Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Sosok Kholid, Nelayan Banten yang Lantang Menolak Pembangunan Pagar Laut di Tenggerang

Sosok Kholid, Nelayan Banten yang Lantang Menolak Pembangunan Pagar Laut di Tenggerang



Berita Baru, Jakarta – Polemik pemanfaatan laut di wilayah perairan Indonesia kini semakin memanas. Kasus pagar laut di area Tangerang, Bekasi, dan Jakarta memunculkan suara dari masyarakat serta nelayan untuk memperjuangkan hak mereka.

Seorang nelayan asal Kabupaten Serang, Kholid, dengan tegas menyuarakan penolakan terhadap pagar laut di pesisir Pantai Kabupaten Tangerang, Banten. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Indonesia Lawyer Clup (ILC) yang tayang beberapa waktu lalu.

Kholid dikenal sebagai nelayan dari Desa Kronjo, Kecamatan Pontang, Serang, Provinsi Banten. Ia merupakan nelayan yang berwawasan luas dan memiliki kecakapan bicara yang bagus. Ia mengaku mengetahui siapa dalang di balik pagar laut yang membentang sepanjang 30 km di Desa Muncung hingga Pakuhaji, Tanggerang, Banten.

“Masyarakat tahu (pembangunan pagar laut), artinya memang otomatis juga sudah pernah mengobrol atas perintah siapa. Kata pekerjanya disuruh PIK 2, proyek PIK 2. Kalau dianggap ini pagar misterius begitu rumitnya, sebenarnya lucu saja saya mah,” papar Kholid dikutip dari TribunnewsBanten.

Kholid juga mengutarakan bahwa yang mengerjakan pagar tersebut merupakan masyarakat atau kuli yang dibayar sebesar Rp100 ribu per harinya. Hal tersebut menguatkan asumsi bahwa dalam di balik pagar laut merupakan orang berduit.

Belakangan beredar isu nelayan yang membangun pagar laut dengan tujuan mengatasi abrasi. Namun, Kholid merasa hal tersebut tidak masuk akal karena menggunakan bambu.

“Kalau misalnya swadaya masyarakat, saya perkirakan ini lebih dari 5 juta bambu, (harga bambu) yang paling murah Rp15 ribu. Kalau ada 5 juta bambu, sudah berapa miliar? Enggak masuk (akal), enggak ada,” ungkap Kholid.

Selama lima bulan Kholid merasakan keresahan tersebut dan pernah melaporkannya ke Dinas Kelautan setempat. Namun, laporan tersebut tidak ditindaklanjuti sama sekali. Setelah pagar laut tersebut viral dan mendapat perhatian publik, akhirnya dibongkar oleh TNI atas perintah Presiden Prabowo Subianto.

Menyikapi hal tersebut, Kholid merasa geram dan mengaku bahwa dirinya berani melawan dalang di balik pembangunan pagar laut tersebut.

“Saya begini marah, emosi, hampura ya, saya tidak ingin dikelola oleh korporasi-korporasi. Kalau saya dikelola oleh korporasi, sampai kiamat kita ini akan miskin terus, modelnya ya begini nih, bikin miskin. Kalau negara enggak berani melawan, saya yang akan melawan. Saya akan pimpin masyarakat Banten,” sambungnya.

Kelantangan Kholid dalam melawan pagar laut juga membuatnya mendapat banyak ancaman. Namun, ia mengatakan bahwa dirinya sedikit pun tak gentar dan akan terus melawan.

“Kalau ancaman ke saya, ada telepon masuk, nomor telepon baru (Kholid tanya ke penelepon) ‘dengan siapa nih’. (Kata penelepon) ‘enggak perlu kenal, saya mau bilang, kamu jangan macam-macam ngomong urusan pagar laut segala macam, urusan pengurugan, kamu bisa bahaya kamu, kasihan anak istri kamu’. Ketika saya telepon kembali udah enggak aktif,” ujar Kholid.

beras