21 Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri
Berita Baru, Surabaya – Puisi Sutardji Calzoum Bachri menjadi salah satu contoh puisi unik di Indonesia. Sutardji memiliki konsepsi tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra. Maka sebab itu, Sutardji adalah salah satu pembaharu dalam perpuisian Indonesia pada tahun 1970-an.
Sutardji memulai karier dalam dunia kepenulisan sejak ia berada di Universirtas Padjajaran, Bandung. Meski mengambil jurusan Administrasi Negara di Fakultas Sosial Politik, Sutardji sangat intens pada kesusastraan.
Ia mengawalinya sejak rutin mengirim tulisan di surat kabar mingguan di Bandung. Selanjutnya, ia mengirim berbagai sajak dan essai ke media massa di Jakarta seperti Sinar Harapan, Kompas, Berita Buana, majalah bulanan Horison dan Budaya Jawa. Selain itu, ia juga mengirim sajaknya ke surat kabar lokal seperti Pikiran Rakyat di Bandung dan Haluan di Padang.
Penyair yang lahir di Indragiri Hulu, Riau, 24 Juni 1941 itu dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia dan diberi gelar Datuk Seri Pujangga Utama.
Inilah 21 kumpulan puisi Sutardji Calzoum Bachri yang telah diringkas dalam artikel ini.
1. MANTERA
lima percik mawar
tujuh sayap merpati
sesayat langit perih
dicabik puncak gunung
sebelas duri sepi
dalam dupa rupa
tiga menyan luka
mangasapi duka
puah!
kau jadi Kau
Kasihku
2. HEMAT
dari hari ke hari
bunuh diri pelan-pelan
dari tahun ke tahun
bertimbun luka di badan
maut menabungKu
segobang-segobang
1977
3. TRAGEDI WINKA DAN SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
4. AH
rasa yang dalam!
datang Kau padaku!
aku telah mengecup luka
aku telah membelai aduhai!
aku telah tiarap harap
aku telah mencium aum!
aku telah dipukau au!
aku telah meraba
celah
lobang
pintu
aku telah tinggalkan puri purapuraMu
rasa yang dalam
rasa dari segala risau sepi dari segala nabi tanya dari segala nyata sebab dari segala abad sungsang dari segala sampai duri dari segala rindu luka dari segala laku igau dari segala risau kubu dari segala buku resah dari segala rasa rusuh dari segala guruh sia dari segala saya duka dari segala daku Ina dari sega- la Anu puteri pesonaku!
datang Kau padaku!
apa yang sebab? jawab. apa yang senyap? saat. apa
yang renyai? sangsai! apa yang lengking? aduhai
apa yang ragu? guru. apa yang bimbang? sayang.
apa yang mau? aku! dari segala duka jadilah aku
dari segala tiang jadilah aku dari segala nyeri
jadilah aku dari segala tanya jadilah aku dari se-
gala jawab aku tak tahu
siapa sungai yang paling derai siapa langit yang paling rumit
siapa laut yang paling larut siapa tanah yang paling pijak si-
apa burung yang paling sayap siapa ayah yang paling tunggal
siapa tahu yang paling tidak siapa Kau yang paling aku kalau
tak aku yang paling rindu?
bulan di atas kolam kasikan ikan! bulan di jendela
kasikan remaja! daging di atas paha berikan bosan!
terang di atas siang berikan rabu senin sabtu jumat
kamis selasa minggu! Kau sendirian berikan aku!
Ah
rasa yang dalam
aku telah tinggalkan puri purapuraMu
yang mana sungai selain derai yang mana gantung selain sambung
yang mana nama selain mana yang mana gairah selain resah yang
mana tahu selain waktu yang mana tanah selain tunggu
yang mana tiang
selain
Hyang
mana
Kau
selain
aku?
nah
rasa yang dalam
tinggalkan puri puraMu!
Kasih! jangan menampik
masuk Kau padaku!
5. BATU
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu jarum
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati tak jatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampai mengapa
gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai se-
dang lambai tak sampai. Kau tahu?
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji?
6. TAPI
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!
1976
7. DAGING
daging
coba bilang
bagaimana arwah masuk badan
bagaimana tuhan
dalam denyutmu
jangan diam
nanti aku marah
kalau kulahap kau
aku enak sekejap
aku sedih
kau jadi taik
daging
kau kawan di bumi di tanah di resah di babi babi
daging
ging ging
kugali gali kau
buat kubur
dari hari
ke hari
8. 1979
mawar lepas rasa
tikam lepas luka
gunung lepas puncak
kini aku bebas
kutaklagi punya tawanan
batu tak lagi beban
mawar tak peduli wangi
laut tak acuh luas
bebas
ngiau
was was was was was was
was was was
was
was was was was
huss
puss
diam
makanlah
se
Ada
mmmmMu!
1973-1974
9. PARA PEMINUM
di lereng-lereng
para peminum
mendaki gunung mabuk
kadang mereka terpeleset
jatuh
dan mendaki lagi
memetik bulan
di puncak
mereka oleng
tapi mereka bilang
– kami takkan karam
dalam laut bulan –
mereka nyanyi nyanyi
jatuh
dan mendaki lagi
di puncak gunung mabuk
mereka berhasil memetik bulan
mereka menyimpan bulan
dan bulan menyimpan mereka
di puncak
semuanya diam dan tersimpan
10. NGIAU
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku me-ngapa panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggele-par tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergi-gitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tahu jentara aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka aku ragu menetapkan yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga.
11. HILANG (KETEMU)
batu kehilangan diam
jam kehilangan waktu
pisau kehilangan tikam
mulut kehilangan lagu
langit kehilangan jarak
tanah kehilangan tunggu
santo kehilangan berak
Kau kehilangan aku
batu kehilangan diam
jam kehilangan waktu
pisau kehilangan tikam
mulut kehilangan lagu
langit kehilangan jarak
tanah kehilangan tunggu
santo kehilangan berak
Kamu ketemu aku
12. O
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasiasia siabalau siarisau siakalian siasiasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong orisau oKau O….
13. LUKA
ha ha
1976
husspuss
diamlah
kasihani mereka
mereka sekedar penyair
husspuss
maafkan aku
aku bukan sekedar penyair
aku depan
depan yang memburu
membebaskan kata
memanggilMu
pot pot pot
pot pot pot
kalau pot tak mau pot
biar pot semau pot
mencari pot
pot
hei Kau dengar manteraku
Kau dengar kucing memanggilMu
izukalizu
mapakazaba itasatali
tutulita
papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu
tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco
zukuzangga zagezegeze zukuzangga zege
zegeze zukuzangga zegezegeze zukuzang
ga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zu
kuzangga zagezegeze aahh….!
nama nama kalian bebas
carilah tuhan semaumu
14. WALAU
walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri
sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
jiwa membumbung dalam baris sajak
tujuh puncak membilang bilang
nyeri hari mengucap ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu
walau huruf habislah sudah
alifbataku belum sebatas allah
1979
15. BAH
airmata ini mata air hari
airmata ini dukakalian kami
airmata ini mutu manikam hati
airmata ini puncak sedih tak sudahsudah
airmata ini intidarah berubah
airmata ini buah segala bah
airmata ini buah hati tumpah
airmata ini guratan sejarah
airmata ini luap doa duafah
airmata ini matamata nurani
airmata ini tanahair kami
2008
16. Doa
untuk Muin Akhmad
sanggup nuh melaut
digejolak samudera perih ini?
apa tongkat musa mampu
menyibak lautan bencana ini
bukan domba bukan ternak
sungguh para ismail bayi
kanak mudamudi
tuatui
tenggelam
ya Tuhan
kuatkan selamatkan bangsaku
dari derita beberapa nabi
2005-2008
17. Wahai Pemuda Mana Telurmu?
Apa gunanya merdeka
Kalau tak bertelur
Apa guna bebas
Kalau tak menetas
Wahai bangsaku
Wahai pemuda mana telurmu?
Kepompong menetaskan kupu kupu
Kuntum jadi bunga
Putik jadi buah
Buah menyimpan biji
Menyimpan mimpi
Menyimpan pohon dan bunga-bunga
Uap terbang
Menetas awan
Mimpi jadi,
Sungai pun jadi
Menetas jadi
Hakekat lautan
Setelah kupikir pikir
Manusia ternyata
Burung berpikir
Setelah kurenungrenung
Manusia ternyata burung yang merenung
Setelah bertafakur
Tahulah aku manusia harus bertelur
Dari burung keluar telur
Lantas telur menjadi burung
Ayah menciptakan anak
Anak melahirkan ayah
Ayo Garuda
Ayo para pemuda
Menetaslah
Lahirkan lagi bapak
Bangsa ini
Seperti dulu
Para pemuda
Bertelur emas
Menetaskan kalian¹
Dalam sumpah mereka
Jakarta, 7 Agustus 2010
¹ sebelumnya kau, diganti oleh penyair menjadi kalian.
18. Tanah Air Mata
Tanah airmata tanah tumpah darahku
Mata air airmata kami
Air mata tanah air kami
Di sinilah kami berdiri
Menyanyikan airmata kami
Dibalik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Dibalik etalase megah gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita kami
Kami coba simpan nestapa
Kami coba kuburkan duka lara
Tapi perih tak bisa sembunyi
Ia merebak kemana-mana
Bumi memang tak sebatas pandang
Dan udara luas menunggu
Namun kalian takkan bisa menyingkir
Kemana pun melangkah
Kalian pijak air mata kami
Kemana pun terbang
Kalian hinggap di air mata kami
Kemana pun berlayar
Kalian arungi air mata kami
Kalian sudah terkepung
Takkan bisa mengelak
Takkan bisa kemana pergi
Menyerahlah pada kedalaman air mata kami
2002
19. Wahai bangsaku. Wahai pemuda mana telurmu?
Kami Tahu Asal Jadi Kau
asal sebab kembali sebab
asal tanah pulang ketanah
asal darah ke mula darah
asal tahu muasal tahu
kami tahu asal jadi kau
kau jadi dari duka kami
yang kau jadikan kudakau
kau jadi dari hati kami
yang kau niatkan sukasukakau
kau jadi dari suara kami
yang kau nyanyikan iramakau
kau jadi dari harihari kami
yang kau hurahurakan semaukau
kau jadi dari mufakat kami
yang kau khianati dengan muslihatkau
asal sebab ke bab sebab
asal tanah ke zarah tanah
asal perih ke patah janji
asal jadi ke balik jadi
asal abad ke mula hari
asal duka ke padam caya
kami tahu asal jadi kau
kau jadi dari ayat kami
yang kau sampaikan tafsirankau
kau jadi dari bahasa kami
yang kau hajatkan maknakau
kau jadi dari kuasa kami
yang kau genggam semaukau
kau jadi dari angan kami
yang kau lantas angankau
kau jadi dari lagu kami
yang kau jadikan gulagulakau
sehebat hebat raja muslihat
takkan dapat ngalahkan rakjat mukjizat
airmata kami jadikan lautan
membenam engkau sedalamdalam
ya kami jadikan tak
tak lagi kuasa yang kau kenyam
diam jadi gempita serapah
mengenyah engkau ke balik zaman
anak menjadi tongkat menghalau engkau kekelam lautan
pulanglah kau ke asal pulang
pulang ke asal kau
pulang ke hunian bunian
pulang ke reban jembalang
kembali ke telur setan!
tak lagi lugu kami netaskan kau
tak
tak hendak kuasa kami netaskan kau lagi
tak
tak siang tak malam kami tak erami kau
tak
tak undangundang kami mau diselangkangi lagi
tak
takkan lengah anakanak kami
tak
guru kalbu kitab sejarah
ngajarkan mereka takkan netaskan kau
tak
wahai musang berbulu amanah
wahai ular berkulit nalar
wahai lintah berbulu pemerintah
wahai taring bersungging senyum
wahai zalim berucap salam
puah!
masuk engkau ke telur setan!
1998
20. Jembatan
sedalamdalam sajak takkan mampu menampung airmata bangsa.
Katakata telah lama terperangkap dalam basa basi dalam teduh pakewuh
dalam isyarat dan kilah tanpa makna
maka lebih baik aku membaca wajah orang berjuta
wajah orang-orang yang berdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota
wajah yang tergusur
wajah yang ditilang malang
wajah para pemuda yang matanya
letih menyimak daftar lowongan kerja
wajah yang tercabikcabik dalam
pengap pabrik
wajah yang disapusapu sepatu
wajah legam para pemulung
yang memungut remahremah pembangunan
wajah yang hanya mampu jadi
sekedar penonton etalase indah
diberbagai plaza
wajah yang diamdiam menjerit
melengking melolong mengucap
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu
tapi wahai saudara satu bendera
kenapa kini ada sesuatu yang terasa jauh diantara kita?
sementara jalanjalan raya mekar dimanamana menghubungkan kota-kota, jembatanjembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah
yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
diantara kita?
di lembah-lembah kusam pada pucuk tulang kersang dan otot linu
mengerang mereka pancangkan koyak moyak bendera hati di pijak
ketidakpedulian pada saudara.
gerimis tak mampu menguncupkan kibarnya.
lalu tanpa tangis mereka menyanyi
padamu negeri
airmata kami
1998
21. Belajar Membaca
kakiku luka
luka kakiku
kakikau lukakah
lukakah kakikau
kalau kakikau luka
lukakukah kakikau
kakiku luka
lukakaukah kakiku
kalau lukaku lukakau
kakiku kakikaukah
kakikaukah kakiku
kakiku luka kaku
kalau lukaku lukakau
lukakakukakiku lukakakukakikaukah
lukakakukakikaukah lukakakukakiku
1979
Itulah 21 kumpulan puisi Sutardji Calzoum Bachri. Semoga bermanfaat.