Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

62 Tahun PMII, Abdul Ghoni: Jangan Menjadi Sisa-sisa Kejayaan Masa Lalu
Ketua PKC PMII Jawa Timur Abdul Ghoni. (Dok. Foto: Beritabaru.co)

62 Tahun PMII, Abdul Ghoni: Jangan Menjadi Sisa-sisa Kejayaan Masa Lalu



Berita Baru, Surabaya – “Sekecil apapun peristiwa apalagi sejarah organisasi, itu harus ditulis. Siapa yang mampu menulis sejarah, dia tidak akan lekang dan sirna di makan zaman, sejarahnya akan terus menjadi warisan berharga bagi generasi berikutnya dan mewarnai kehidupan bangsa,” terang Abdul Ghoni, Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur. “Sejarah PMII adalah sejarah pergulatan pemuda tentang pemikiran keislaman, keindonesiaan dan kemasyarakatan sekaligus sejarah gerakan politik mahasiswa Indonesia.”

Sambutan itu ia sampaikan saat memperingati Hari Lahir PMII ke-62 tahun di Surabaya Suites Hotel. Dalam Harlah kali ini, PMII mengambil tema “Transformasi Gerakan, Merawat Peradaban” Abdul Ghoni menilai tema itu mesti menjadi refleksi mendalam bagi perjalanan PMII selama ini. Menurutnya hal terbesar yang dilakukan PMII selama ini adalah belajar merawat secara terus menerus pergerakan dengan berbagai dinamikanya.

“Sekaligus merajut berbagai komponen sosial dan kepemudaan untuk memperkuat keindonesiaan kita. Merawat adalah belajar dengan sungguh-sungguh. Sementara merajut adalah kemampuan memimpin untuk menkonsolidasikan semua jejaring republik ini, karena kita sadar potensi keragaman bangsa ini sungguh luar biasa. Jika salah kelola akan menjadi bencana,” terang Ghoni melanjutkan.

Pergolakan pemikiran menjadi hal yang menonjol dalam ruang gerak PMII. Ghoni menjelaskan pemikiran-pemikiran alternatif itu lahir dari pelbagai perkembangan pergerakan situasi nasional. Pendekatan Geo-Politik international, kata dia, acapkali mewarnai. Itu sebab, Ghoni melihat, PMII menjadi teks yang terus hidup dan tidak diam di satu titik stagnasi.

Dalam sambutan itu, Ghoni menyampaikan pergulatan kader-kader PMII sebelum rezim otoritarianisme Orde Baru tumbang. “Kader-kader PMII banyak tersebar di ranah pemikiran alternatif melalui jejaring kelompok studi, akademisi, LSM, juga kelompok gerakan yang intens melakukan advokasi rakyat dan mengobarkan aksi-aksi perlawanan,” ungkapnya. Namun, Reformasi telah berumur 24 tahun, Ghoni mengatakan, paradigma PMII pun harus berubah.

“Kini tantangan terbesar kita di tengah persaingan yang kian terbuka ialah menyiapkan sumber daya unggulan yang profesional untuk menguasai the leading sector bidang-bidang strategis di segala medan pengabdian sembari tetap kritis apabila negara mengambil kebijakan yang tidak pro terhadap kepentingan masyarakat banyak,” katanya.

Ia mencontohkan beberapa tokoh-tokoh politik yang telah menjadi pejabat negara. Mulai dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa hingga Bupati Lumajang, Thoriqul Haq. Namun, Ghoni menegaskan, seperangkat nilai dan gagasan yang terbentuk dan terpatri sejak lama, yang membuat PMII mampu bertahan. Ia menerangkan, bahwa PMII dibentuk dengan landasan keislaman dan kebangsaan.

“Dua hal itu tidak bisa dipisahkan atau disebut dengan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) Annahdliyah. Selain itu adalah Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang menekankan aspek ketuhanan (Hablumminallah), kemanusiaan (Hablummimannas) dan kelestarian alam semesta (Hablumminal’alam), dan secara praksis ditopang oleh paradigma pergerakan yang menekankan cara pandang kritis, konstruktif dan visioner disesuaikan dengan perkembangan situasi Ekosospol yang aktual.”

Tantangan kebangsaan dewasa ini, bagi Ghoni, antara lain, tidak menentunya pasang surut keadaan ekonomi nasional, dibajaknya ruang demokrasi oleh segelintir orang dengan kekuatan kapital yang melimpah, masifnya konsolidasi politik dari gerakan islam radikal yang kian menguasai wacana publik, bergejalanya mafia di berbagai bidang yang kemudian menjadi parasit bagi stabilitas pemerintahan dan kesejahteraan rakyat, hingga persaingan kemampuan basis vokasi guna menempati ruang-ruang strategis.

“Beberapa tantangan itu yang harus Dijawab PMII, karna apabila PMII tidak mampu menjawab tantangan ini maka bersiaplah kita akan menjadi sisa-sisa kejayaan masa lalu yang tertinggal di belakang,” tegas mahasiswa Pascasarjana Univeristas Airlangga itu. Di akhir sambutannya, Ghoni mengutip pernyataan Mantan Ketua Umum PB PMII, Addin Jauharudin.

“Bahwa PMII lahir dan berkembang bukan sebagai organisasi di persimpangan jalan, yang kebingungan dengan sikap kiri dan kanan. Tetapi PMII lahir dengan identitas yang jelas, sebagai jangkar perubahan sosial bagi masa depan bangsa. Perubahan itu nyata dan akan terjadi pada setiap waktu. Oleh karena itu ditengah perubahan pasang surut situasi kebangsaan, dari mulai situasi negara, politik, budaya, agama, ekonomi sampai dunia usaha, maka dengan ini PMII pun perlu berbenah diri dengan melakukan restrukturisasi, redefinisi nilai dan reaktualisasi strategi pengembangan PMII. Keberadaannya bersama organisasi kemahasiswaan lainnya amat dibutuhkan bagi bangsa ini sebagai penguat ideologi kebangsaan di tengah gempuran berbagai tantangan lintas sektor, sekaligus pengoreksi negara. Keberadaanya memberikan manfaat bagi pemberdayaan masyarakat, dan jalan lurus berbangsa,” tutupnya.

beras