Jelaskan Dampak Gas Air Mata yang Kadaluwarsa, Profesor Kimia Venezuela: Justru Lebih Berbahaya
Berita Baru, Surabaya – Efek gas air mata menjadi sorotan sehubungan dengan temuan terbaru adanya gas air mata kedaluwarsa seperti yang dikatakan Humas Polri.
Kadiv Humas Polri, Irjen Dedy Prasetyo membenarkan terkait temuan gas air mata kedaluwarsa di Kanjuruhan. “Ada beberapa yang ditemukan (kedaluwarsa), ya. Yang tahun 2021 ada beberapa,” jelasnya, di Mabes Polri, Senin (10/10/2022).
Dedy juga mengungkapkan bahwa efek gas air mata yang kedaluwarsa atau expired itu berkurang. “Zat kimia atau gas air mata ini, ketika dia expired justru kadar kimianya itu berkurang. Sama dengan efektivitasnya gas air mata ini, ketika ditembakkan, dia tidak bisa lebih efektif lagi,” imbuhnya.
Sementara itu, di lain sisi, Profesor Kimia dari Simón Bolívar University, Venezuela, Mónica Kräuter, menjelaskan bahwa gas air mata kedaluwarsa lebih berbahaya daripada gas air mata yang belum kedaluwarsa.
Melansir dari National Geographic Indonesia dalam Grid.id, setelah melewati masa kedaluwarsa, berbagai komponen dalam gas air mata akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
“Tetapi, alih-alih mengurangi efektivitasnya, senyawa-senyawa gas air mata yang kedaluwarsa justru dapat terurai menjadi gas sianida, fosgen, dan nitrogen, sehingga membuatnya menjadi lebih berbahaya,” terangnya.
Mónica bahwa senyawa hasil penguraian gas air mata bersifat racun bagi manusia. “Jika jumlahnya kecil, gas sianida dapat larut dengan mudah oleh selaput lendir. Namun, apabila Anda terpapar dalam jumlah besar, sel tubuh akan mengalami kesulitan menggunakan oksigen untuk menjalankan fungsinya dan merusak berbagai organ tubuh,” tambahnya.
Lebih lanjut, Mónica menerangkan fosgen disebut-sebut sebagai salah satu gas yang paling berbahaya. Gas ini tidak berwarna ataupun berbau sehingga sulit dideteksi. “Apabila berinteraksi dengan tubuh, fosgen akan menyebabkan iritasi, sesak napas, batuk parah, hingga yang terburuk mengganggu fungsi jantung,” lanjutnua.
Terakhir, Mónica kembali menjelaskan bahwa ketika gas air mata ditembakkan, gas yang keluar akan langsung bereaksi dan menimbulkan sensasi terbakar pada mata, saluran pernapasan, kulit, dan berbagai organ tubuh lainnya.
“Penggunaan gas air mata memang efektif untuk meredam dan membubarkan aksi massa yang membeludak. Namun, penggunaannya tetap berpengaruh pada kesehatan. Kedaluwarsa ataupun tidak, gas air mata tetap menimbulkan dampak buruk bagi tubuh. Gas air mata bekerja dengan cara mengiritasi selaput lendir pada mata, hidung, mulut, dan paru-paru,” pungkasnya.