Turut Membangun Literasi Budaya Megalitikum, Tim Pengabdian METAKULTURA UNEJ Selenggarakan Sarasehan Budaya di Situs Duplang
Berita Baru, Jember – Dalam rangka turut membangun literasi budaya megalitikum, Pusat Riset METAKULTURA mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Kamal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember dalam bentuk Sarasehan Budaya. Sarasehan dengan mengundang narasumber akademisi dari UNEJ dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember, diikuti oleh perangkat desa, Jupel situs Duplang, Pokdarswis, dan warga setempat, dilaksanakan di Pendapa Parkir Wisata Situs Duplang, Minggu (22/7/2023).
Sarasehan dengan tema “Optimalisasi Potensi Desa Megalitikum Kamal” diawali dengan tampilan seni tradisi lokal berupa teater rakyat dan nyanyian rakyat, yakni Gendungan dan Mamaca. Kegiatan sarasehan diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran untuk meningkatkan daya tarik Situs Duplang dan budaya lokal di Desa Kamal sebagai destinasi wisata budaya. Selain itu, juga untuk mendorong kesadaran masyarakat setempat dalam meningkatkan pengelolaan khazanah dan benda-benda budaya di lingkungan Desa Kamal.
Sebagai salah satu kelompok riset pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jember, METAKULTURA turut ambil bagian dalam nguri-uri khazanah megalitikum yang didominasi oleh benda budaya berupa batu kenong tersebut. Tim Pengabdian diketuai oleh Edy Hariyadi, S.S., M.Si., dengan anggota Dra. Titik Maslikatin, M.Hum., Siswanto, S.Pd., M.A., dan Dr. Heru S.P. Saputra, M.Hum. Pelaksanaan pengabdian ini telah memasuki tahun kedua.
Sekdes Desa Kamal, Zainal Arifin, yang mewakili Kades, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih atas diselenggarakannya kegiatan sarasehan budaya yang mengangkat tentang Desa Megalitikum Kamal. Dirinya senantiasa mendorong berbagai pihak yang ada di lingkungan Desa Kamal untuk terus menjaga kekayaan benda-benda megalitikum di Kamal. Bahkan, menurutnya, perlu terus ditingkatkan pengelolaannya. “Para seniman Gedungan dan Mamaca ini juga perlu dilakukan regenerasi,” jelas Zainal.
Sementara itu, Edy Hariyadi sebagai ketua kegiatan pengabdian, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran serta berbagai pihak untuk turut membangun Desa Kamal guna melestarikan desa wisata berbasis budaya megalitikum tersebut. Menurutnya, pengelolaan Desa Megalitikum Kamal perlu terus dikembangkan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung, apalagi sudah dibangun pendopo dan kelengkapan untuk UMKM. Edy juga mengungkapkan kekagumannya ketika pertama kali memasuki area Situs Duplang. “Saya seperti memasuki dunia lain. Wilayah dengan nuansa situs megalitikum,” jelas Edy.
Sarasehan Budaya dipandu oleh moderator Siswanto, S.Pd., M.A., dosen PBSI FKIP UNEJ sekaligus anggota METAKULTURA, dengan dua Pembicara, yakni Dr. Sukatman, M.Pd., dosen PBSI FKIP UNEJ dan Dhebora Krisnowati S., S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, dengan Pewara Moh. Bagus Zainur R., mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNEJ.
Sukatman, yang mempresentasikan materi berjudul “Situs Duplang” mengawali dengan konogram “SELO DUPLANG ING KAMAL PANDHAK”, yakni Selo (1) Dupa (6) elang (9) ing Kamal (6) Pandhak (0), 06–9—61 Saka ±139 Masehi. Hal tersebut berisi pesan bahwa Raja Selo Saka menunduk (hormat) kepada Raja Elang dengan menandai daerah Kamal Arjasa Jember sampai Pandhak Tapen Bondowoso sebagai wilayah terlarang (duplang) dan dilindungi negara.
Pada bagian lain, Sukatman yang telah malang melintang melakukan riset tentang situs-situs di Jawa Timur, khususnya dengan perspektif mitologi, menjelaskan bahwa Batu Duplang merupakan satu bukti kebudayaan awal tahun Saka. Disebutkan bahwa Batu Duplang dibangun sebagai penanda daerah swatantra karena wilayah karesian (sesuai Negarakertagama), setidaknya sejak Raja Saka alias Resi Withadarma. Dijelaskan pula bahwa Abad 1 di Nusantara sudah ada negara bernama Medang Kamulan. “Bukti lisan dan megalitikum di Jawa Timur relatif kaya. Perlu dikaji hal serupa di Pulau Jawa bagian lainnya dan dikembangkan untuk industri wisata dan edukasi,” jelas Sukatman.
Dhebora Krisnowati S., sebagai pembicara yang merepresentasikan perspektif pemerintah, senantiasa mendorong agar masyarakat setempat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap khazanah di Desa Kamal, khususnya terkait Situs Duplang. Disampaikan pula bahwa pemerintah senantiasa mendukung dan memfasilitasi upaya untuk memajukan destinasi wisata megalitikum. “Kamal memiliki ciri khas kultural, harus dipertahankan dan dikelola dengan seoptimal mungkin, termasuk seni tradisi Gendungan dan Mamaca ini” tandas Dhebora.