Yang Tumbuh Itu Adalah Ingatan| Puisi-puisi Akhmad Taufiq
YANG TUMBUH ITU ADALAH INGATAN
yang tumbuh itu adalah ingatan
ia bagai benih padi yang disemai petani
mengumpul, bagai gugusan pada sepetak tanah
yang lama telah ditinggalkan
tengoklah sejenak pada sebatang padi
ia menjulurkan daunnya, bagai putri
yang mengulurkan tangannya padamu
ia tersenyum, lalu memelukmu dalam-dalam
dekaplah sejenak
sebagai kekasih lama
yang mungkin dirasa telah hilang
yang tumbuh itu adalah ingatan
sebagai petani yang pulang di waktu senja
ia meninggalkan pematang pada temaram
berjalan di sepanjang rasa atas segala
pada daun-daun padi yang menyapa
sebagai kekasih lama
yang mungkin dirasa telah hilang
rebah,
rebahlah segala
pada musim rindu yang tak tentu
sebagai kekasih lama
yang dinanti akan segala cumbu
: tumbuh ingatan
yang rebah di pematang,–
Yogyakarta, 2024
MUNGKINKAH
: mungkinkah
aku bisa mendengar
degup jantungmu dari sebuah jarak
yang tak bisa direka dengan angka
sebuah jarak
yang tak bisa ditimbang sebagai jarak
karena hanya tubuhmu
: yang begitu hanyut
dan lesap dalam
tubuhku,–
Yogyakarta, 2024
YANG JATUH DI PIPIMU
: yang jatuh di pipimu
adalah aku
rebah sebagai daun basah
lalu melunglai di pangkuanmu
tataplah mataku sejenak, sayang
lalu biarkan kepalaku tersandar di lekuk jilbab panjangmu
aku hanya ingin diam
membenamkan segala hiruk-pikuk
di kepalaku
suara-suara yang entah dari mana asalnya
begitu gaduh, memenuhi rongga-rongga di kepala
yang tak pernah kuduga
biarkan saja ia terbenam
lalu mengalirkan segala
sebagai hembusan angin busuk
dari tubuh kita
yang jatuh di pipimu
adalah aku
yang lesap di balik alismu
sebagai luka yang tersimpan begitu rapi
: karena ia tak mesti kembali
Jember, 2024
JIKA ENGKAU INGIN PULANG, PULANGLAH
jika engkau ingin pulang, pulanglah
tak usah kau tengok lagi rumah
juga halamannya tempat kau singgah
meskipun, kau pernah meneguk segelas ara
sebagai penghapus dahaga
jika engkau ingin pulang, pulanglah
tak usah ada air mata, karena rindu
yang lama ditunggu tak juga kembali
sebagai sebulir embun yang menetes
dan meninggalkan pucuk daunnya
jika engkau ingin pulang, pulanglah
tak usah ada berat di dada, lihat saja
jalan yang begitu panjang, memanggil
setiap langkahmu, yang mungkin bercampur risau
pada jalan sesalmu
jika engkau ingin pulang, pulanglah
tak usahlah kau berteriak
karena setiap kepulangan
tak jarang hanya meninggalkan setapak bekas
yang kau serak di sepanjang jalan
Jember, 2024
PERGILAH KAU KE MUARA
: pergilah kau ke muara
pada pagi menjelang siang
pada burung-burung yang memanggilmu
untuk singgah
burung kecil melompat kecil,
singgah di bebatuan untuk menyapamu
ia tersenyum manis, bagai turis
yang melemparkan senyumnya dari jauh
terbang, lalu melintasi pantai yang begitu landai,
bagai helai alismu yang landai di sudut matamu
kulihat, ada ombak yang bergemuruh
tentu itu bukan kau
ia peselancar yang menari riang
melupakan negeri,
tempat ia harus berpulang
ia kesepian di tengah lautan
terbang, terbanglah burung kecilku
yang menyapaku bagai seorang perindu
terbang, bersama semilir angin
di Pantai Parerenan itu
Muara Parerenan Bali, 2024
Akhmad Taufiq adalah penyair kelahiran Lamongan dan mukim di Jember. Atas karya puisinya, ia pernah mendapatkan Penghargaan Puisi Dunia Numera Malaysia pada 2014. Selain itu, ia pernah mendapatkan anugerah Sutasoma pada 2018 dan 2022. Antologi puisinya Kupeluk Kau di Ujung Ufuk terbit pada 2010 dan Mengulum Kisah dalam Tubuh yang Terjarah terbit pada 2016. Ia merupakan kurator pada antologi puisi Tanah Tenggara, antologi enam negara serumpun yang dilaunching 26-27 Desember 2023 di desa Olean, desa budaya di Situbondo. Pada 2023 itu pula puisinya yang bertajuk Gugusan Luka diterbitkan PENA-GAPENA Malaysia dalam agenda Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XII di Kuala Lumpur Malaysia. Pada 2024, bersama antologi puisi Serumpun Sebudaya, puisinya yang bertajuk Dari Tanah Jawa ini Kuucapkan Salam Padamu diterbitkan GAPENA Malaysia.