Putaran 9 Sekolah Sastra, HISKI Angkat Tema Sastra Didaktik
Berita Baru, Jakarta — Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) kembali gelar Sekolah Sastra putaran ke-9. Acara digelar via Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal Youtube Hiski dan Tribun Network, Sabtu (07/09).
Kegiatan Sekolah Sastra difasilitasi oleh Bantuan Pemerintah untuk Penguatan Komunitas Sastra yang dikelola Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pada putaran ini, HISKI mengangkat topik Sastra Didaktik dengan narasumber Prof. Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. (HISKI Universitas Veteran Sukoharjo) yang dimoderatori oleh Dr. Endah Imawati, M.Pd. (Tribun Network).
Acara dibuka langsung oleh Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Novi memaparkan ada beberapa pertimbangan dalam pengembangan sastra dan kajian sastra didaktik. Pertama, sastra didaktik memiliki beberapa kemungkinan pemaknaan.
“Kedua, dari sisi kajian sastra, sastra didaktik memiliki kemungkinan dimaknai (1) bagaimana cara mengungkapkan kedidaktikan, (2) bagaimana isi kedidaktikan, (3) bagaimana nilai kedidaktikan, dan (4) bagaimana bahasa kedidaktikan yang digunakan,” tambahnya.
Ketiga, lanjut Novi, perkembangan teknologi digital membuka berbagai peluang pengembangan model Sastra Didaktik dengan memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia melalui ruang siber.
“Bagaimana fokus masing-masing atau yang tren yang berkembang saat ini. Mari kita ikuti pemaparan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Farida Nugrahani, M.Hum,” sambut Guru Besar yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi S2 Linguistik Terapan UNJ tersebut.
Acara berlanjut ke pemaparan inti. Farida membawakan materi presentasi dengan judul “Sastra Didaktik”. Farida memaparkan bahwa didaktik berasal dari bahasa Yunani, yakni “didaktie” atau “didaskein” yang artinya mengajar.
Ia menjelaskan bahwa Sastra dan Didaktik tidak dapat dipisahkan mengingat fungsi sastra menurut Horatius: ‘dulce et utile’ (menghibur dan berguna).
“Karya sastra selain berfungsi untuk memberikan hiburan bagi pembaca/penikmatnya juga memberi pendidikan atau pesan-pesan moral,” terangnya.
Farida mengatakan bahwa sastra memiliki beberapa kelebihan. Melalui Sastra, lanjut Farida, pendidikan atau pesan-pesan moral yang diberikan tidak terkesan menggurui, melainkan langsung merasuk dalam sanubari dan memperkaya khasanah batin bagi penikmatnya.
Farida mengutip Abrams (1999:65) dalam bukunya “A Glossary of Literary Terms”, bahwa Sastra Didaktis adalah karya sastra yang didesain untuk menjelaskan suatu cabang ilmu.
“Baik yang bersifat teoretis maupun praktis, atau mungkin juga untuk mengukuhkan suatu tema atau doktrin moral, religi, atau filsafat dalam bentuk fiksi, imajinatif, persuasif, dan impresif,” jelasnya.
Selain dalam karya sastra yang bersifat teks, Farida mengatakan bahwa Sastra Didaktis juga dapat ditemui di film-film.
Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 205 peserta di Zoom Meeting.
Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan HISKI Pusat untuk meningkatkan kompetensi dan bekal para anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Sekolah Sastra ini rutin digelar setiap bulan di minggu pertama dan kedua. Sementara itu, untuk minggu ketiga digelar agenda Tukar Tutur Sastra.