Salam| Puisi-puisi karya Syaiful Anam

salam

pada siapa rindu ini aku sampaikan, kekasih
Ketika telingamu tak sanggup mendengar
Dan debar jantungmu tak sanggup lagi menyerapi rasa

pada siapa sunyi ini aku keluhkan, kekasih
Ketika suara di bibirmu ditelan keasingan
Dan jarak mendekapmu dalam ketiadaan

Kata-kata dalam sajak ini menjadi piatu
Tanpa dimiliki
Dan memiliki

Seperti bunga verbena di semenanjung Siberia
Merayakan warna dalam kesendiriannya
Lalu tiada setelah musim salju berlalu

Dingin yang pekat dan hujan yang padat
Mendesakku kembali pada sepenggal kalimat
Dalam sajak penyair tua (pablo neruda)

“Kenapa cinta mendatangiku tiba-tiba
Saat aku tersadar; kau betapa jauhnya?”

februari yang rapuh

Udara yang hinggap di keningmu
Dan helai rambut yang terbawa angin ke jalan-jalan yang jauh
Menandai februari yang rapuh.

Aku di sini !
Di antara kalimat yang asing
Kutanggalkan kesepianku
Di kota tanpa cinta
Aku hidup sebagai sesuatu yang lain

Oh, desa-desa masa kecilku
Jauh membentang di sepanjang bayang
Di sana, aku tak pernah merindui sesuatu yang bukan miliku
Di sini, aku hilang dan meradang

Kota-kota di manapun
ditulis oleh bising mesin
Manusia tak bisa berpura-pura di hadapan lelah
Lunglai tak bergairah

Jakarta, 23 Februari 2024.
Maggarai.