HISKI dan Badan Bahasa Gelar Diskusi Kelompok Terpumpun Bahas Tiga Topik: Alih Wahana Sastra, Teori dan Kritik Sastra, dan Pembelajaran Sastra di Sekolah
Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) bersama Badan Bahasa usai mengadakan Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) di Hotel Mercure Sabang, Jakarta pada Jumat, (29/11/2024). Kegiatan ini melibatkan anggota HISKI dari berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua, untuk membahas strategi pengembangan sastra Indonesia dan daerah.
Dalam sambutan pengantar, Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. menyampaikan bahwa kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Memengah mengarah pada kompetensi menulis sastra dan ditempuh dengan menghadirkan siswa terpilih dari utusan daerah untuk menulis bersama dan hasilnya dipublikasi oleh Badan Bahasa.
“Diskusi kali ini difokuskan pada tiga hal berikut. (1) Alih Wahana Sastra (Indonesia dan daerah), (2) Pengembangan Teori dan Kritik Sastra (Karya sastra Indonesia dan daerah), dan (3) Pengembangan Pembelajaran Sastra (Indonesia dan daerah)”, jelas Novi.
Sartono Sajendra dari Badan Bahasa mengingatkan agar dalam diskusi kelompok terpumpun menghasilkan rumusan isu strategis dan rekomendasi untuk Badan Bahasa.
“Kebetulan saat ini BAPPENAS sedang membahas dan menyusun perencanaan pembangunan nasional, sehingga rekomendasi dapat disampaikan melalui Badan Bahasa,” jelas Sartono.
Dalam diskusi ini, tiga isu utama dibahas oleh kelompok peserta yang terdiri atas pakar sastra, guru, dan ahli pembelajaran berikut.
Pertama, Alih Wahana Sastra, membahas proses adaptasi karya sastra ke dalam format yang sesuai untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, serta pengembangan aplikasi peta sastra interaktif.
Kedua, Teori dan Kritik Sastra, merumuskan pengembangan teori sastra baru yang relevan dengan era digital serta menyelenggarakan pelatihan kritik sastra.
Ketiga, Pembelajaran Sastra di Sekolah, merancang metode pembelajaran sastra yang kreatif, inovatif, dan aplikatif, serta peningkatan kompetensi guru dalam bidang pembelajaran sastra, serta peningkatan apresiasi sastra guna menciptakan ekosistem sastra di lingkungan sekolah.
Darti tiga isu tersebut menghasilkan rekomendasi yang sekaligus sebagai masukan untuk Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam bidang pengembangan dan pembinaan sastra pada umunya dan di lingkungan satuan pendidikan pada khususnya.
Salah satu poin penting yang dihasilkan adalah rencana kolaborasi HISKI dengan Badan Bahasa dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Kolaborasi ini bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam bidang sastra, penyusunan bahan ajar kreatif, dan penguatan serta penghargaan terhadap siswa dan sastrawan.
Implementasi hasil diskusi ini direncanakan dalam tiga tahap —pendek, menengah, dan panjang— selama empat tahun ke depan. HISKI berharap langkah ini dapat menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan mendalami sastra, serta membangun karakter bangsa melalui karya sastra.
Dedi A. Navis juga ikut terlibat dalam diskusi kelompok terpumpun pada kelompok pembelajaran sastra.
Bertemu secara terpisah, Dedi menyampaikan, “Saya merasa bangga dan bersyukur karena pembahasan dalam forum diskusi kelompok terpumpun, sejalan dengan pandangan Papi yang merindukan sastra menjadi bacaan wajib di sekolah.”
Sastra yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan berpotensi membentuk kepribadian dan karakter pembelajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab, mandiri, dan produktif (NA).