Universitas Palangka Raya Gelar Kuliah Umum Pascasarjana Bertajuk “Penelitian Sastra dan Budaya Berbasis Kearifan Lokal”

Berita Baru, Palangka Raya – Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya (UPR) usai gelar Kuliah Umum pada Jumat, (28/02/2025). Acara yang berlangsung di Ruang Teater, Lantai 6, Gedung PPIG UPR. Kuliah umum ini terbuka bagi mahasiswa, akademisi, serta masyarakat umum yang tertarik mendalami kajian sastra dan budaya dengan perspektif kelokalan.

Mengusung tema “Penelitian Sastra dan Budaya Berbasis Kearifan Lokal”, kuliah umum ini menghadirkan narasumber, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M. Hum., Guru Besar Ilmu Sastra dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sekaligus Ketua Umum HISKI Pusat.

Sebelum mulai kuliah umum, acara dibuka oleh Dr. Misrita, M.Hum, Koordinator Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris yang dilanjutkan dengan sambutan Direktur Program Pascasarjana UPR, Prof. Dr. I Nyoman Sudyana, M.Sc. Ia mengatakan, kegiatan akademik ini bertujuan memperkaya wawasan para peserta mengenai penelitian sastra dan budaya berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal.

“Dalam era globalisasi saat ini, kajian berbasis kearifan lokal memiliki peran penting dalam mempertahankan identitas budaya serta sebagai landasan dalam penelitian akademik” ujar I Nyoman Sudyana.

Melalui kegiatan ini, lanjut Nyoman, Program Pascasarjana UPR berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengembangkan penelitian sastra dan budaya. “Juga sekaligus mendorong pemanfaatan kearifan lokal sebagai pendekatan ilmiah yang lebih kontekstual dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini,” urainya.

Penelitian Sastra dan Budaya Berbasis Kearifan Lokal

Kegiatan dilanjutkan dengan acara inti, yakni kuliah umum yang dimoderatori oleh Dr. U.Z. Mikdar, M.Pd. Dalam presentasinya, Prof. Novi menyoroti pentingnya penelitian sastra dan budaya berbasis kearifan lokal sebagai upaya pelestarian dan penguatan identitas nasional di era globalisasi.

Novi menegaskan bahwa penelitian sastra dan budaya harus mengakar pada nilai-nilai tradisi yang diwariskan lintas generasi.

“Kearifan lokal bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga sumber inovasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan industri kreatif. Studi sastra dan budaya harus mampu menjawab tantangan zaman dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan humaniora, seni, dan pendidikan,” ujarnya.

Menurut Novi, kearifan lokal dikenal sebagai local knowledge (pengetahuan setempat) dan local genius (kecerdasan setempat) yang menjadi dasar pembentukan karakter masyarakat.

“Masyarakat tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai tradisi yang berkembang dan diwariskan secara lintas generasi. Inilah yang harus dikaji dalam penelitian sastra dan budaya, agar kearifan lokal tetap hidup dan berdaya guna bagi masyarakat modern,” jelasnya.

Sebagai contoh nyata, Novi menceritakan pengalaman penelitian tentang optimalisasi budaya Using di Banyuwangi, yang menjadi salah satu fokus risetnya. Ia menjelaskan bagaimana seni tradisi seperti Gandrung dan Seblang dapat dikembangkan menjadi industri kreatif berbasis budaya.

“Gandrung Banyuwangi bukan sekadar tarian tradisional, tetapi bisa menjadi produk budaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi jika dikemas dalam bentuk inovatif, seperti film dokumenter, cendera mata, hingga festival seni yang menarik wisatawan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa penelitian ini bertujuan menghasilkan model optimalisasi budaya Using yang mencakup regulasi kebijakan dalam bentuk Naskah Akademik sebagai dasar dalam penyusunan Ranperda, serta pengembangan lima modul kajian budaya untuk mendukung industri kreatif.

“Sastra tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi budaya, tetapi juga dapat menjadi aset pariwisata yang bernilai ekonomi. Misalnya, cerita rakyat dan legenda seperti Sri Tanjung Sidopekso di Banyuwangi, yang tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga dapat diintegrasikan dalam pengembangan destinasi wisata berbasis sejarah, budaya, dan religi,” tambahnya.

Dengan pendekatan berbasis riset dan inovasi, Novi Anoegrajekti berharap agar sastra dan budaya tidak hanya menjadi kajian akademik, tetapi juga menjadi bagian dari pembangunan ekonomi dan diplomasi budaya.

“Penelitian sastra dan budaya harus mampu berkontribusi dalam pengembangan industri kreatif dan pariwisata, sehingga tidak hanya lestari, tetapi juga membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat,” tutupnya.

Sebagai informasi, dalam acara ini juga dilakukan penandatangan MoU antara UPR dengan UNJ bertempat di gedung PPIG UPR Palangka Raya Kalimantan Tengah. Dalam acara tersebut Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum didampingi oleh tim penelitian Dana Indonesiana Dr. M. Yoesoef dan Drs. Sudartomo Macaryus, M. Hum.