The God Father of Broken Heart
The God Father of Broken Heart
oleh: Fiezu Himmah
seakan tak tergerus usia
kau tampil begitu prima
derai pilu jadi lebih bijak
hadirmu memberi nuansa
nelangsa merelakan kami rayakan
sayu menunggu kau ajak berdansa
getir duka membiru harus bersama
sampai pada rimba ketidakpastian yang dipestakan
kau adalah bapak bagi kami
patah hati yang kau yakinikan manusiawi
fenomena kegagalan yang ditoleransi
kini setiap sudut lantunkan suaramu
tiada kan pernah fana jejakmu
berbaring kekal sepanjang hidup
Jakarta, Mei 2020
Siapa Yang Tak Berbangga Menjadi Jawa?
sore ini aku memandang curam ke seberang
bayangan beberapa tempat jadi tergambar surut
Stasiun Balapan, Parangtritis dan Tanjung Mas
jadi terkesan melankolis alegoris
masih kemarin rasanya kami bersua
bahu-membahu aksi berbasis budaya
saling bergoyang tanpa canggung
lintas etnis pun mengagumimu
aku tidak akan pernah lupa
bagaimana lahirnya maestro yang lahir dari kawasan jalanan
dibesarkan asap bus kota
dari masa ke masa
saat kupandang orang-orang pinggiran tengah sini mencibir kampungan lirik-liriknya
masih tersisakah kini yang serupa?
sedang lautan budaya menjadi dinamis karenanya
siapa yang tak berbangga menjadi Jawa?
berlinang air mata
hangat membasah bersama do’a
Jakarta, Mei 2020
Biodata Singkat
Fiezu Himmah– Perempuan yang sekarang hidupnya sedang nomaden. Tapi tetap asli warga Jember. Ingin jadi sesuatu yang mudah kau ingat saja. Suka sekali minum kopi yang gulanya sedikit. Mempunyai hoby terbaru memandangi ikan dalam akuarium dan heningnya miniatur kapal laut. Baru saja menerbitkan buku Antologi Puisi berjudul “Perempuan Yang Susah Menangis”.