Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

mbah moen
KH Maimoen Zubair.

Pesan Mbah Moen Saat Mengumandangkan Takbiran



Berita Baru, Tokoh – Kala itu, 24 September 2015. Di Musala Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, para santri KH Maimoen Zubair tengah membaca takbir.

Ketika membaca lafadz

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر،
الله أكبر ولله الله أكبر كبيرا، والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه، مخلصين له الدين، ولو كره الكافرون….

Beberapa santri ada yang menambahkan

‎ولو كره الكافرون، ولو كره المشركون، ولو كره المنافقون pada kalimat ولو كره الكافرون.

Mendengar itu, lantas Mbah Moen yang waktu itu ada di ruang tamu memanggil salah satu santri ndalem.

“Cong, sing moco takbir kandani, lafale iku cukup (Nak, yang membaca takbir diberi tahu, lafadznya cukup): ولو كره الكافرون. Ojo muk tambahi (jangan ditambah) ولو كره المنافقون,” begitu dawuh Mbah Moen seperti dikutip dalam dutaislam.co.

Pasalnya, sang santri mengumandakan kalimat “Munafikkun” di dalamnya. Dengan gamblang Mbah Moen memberi tahu bahwa takbir tersebut tak perlu ditambahkan kata “munafikkun” cukup melafalkan
‎ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ saja.

Sang murid pun penasaran dan bertanya kenapa harus demikian, kemudian Mbah Moen menjelaskan sebab yang ada di dalam Alquran itu hanya dua, yaitu
‎ ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻮﻥ dan ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ.

“Yen pengen nambahi yo cukup ditambah (kalau ingin menambahi, cukup dengan ditambah) ولو كره المشركون,” imbuh beliau.

Mbah Moen menerangkan, bahwa yang tertuang dalam Al-Qur’an hanya ada dua yaitu: ولو كره الكافرون karo (dan) ولو كره المشركون. Adapun ﻭﻟﻮ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻮﻥ tidak ada di dalam Al-Qur’an.

“Wong munafiq iku senajan haqiqote wong kafir, namung mlebu barisane wong Islam lan ngetokake islame, kerono iku ojo dimungsuhi senajan gething. Yen dimungsuhi, lak podo dene mungsuhan karo podo islame. (Orang munafiq itu walaupun haqiqotnya orang kafir, namun masih termasuk barisan orang Islam dan mereka memperlihatkan islamnya, karena itu, jangan dimusuhi walaupun mereka memusuhi. Kalau dimusuhi, sama saja bermusuhan dengan sesama muslimnya),” jelas Mbah Moen.

Dalam berbagai kesempatan Mbah Moen acapkali mengatakan Al-Qur’an memang memerintahkan untuk berjihad dan keras terhadap orang kafir dan munafiq. Tetapi Nabi pun, dawuh Mbah Moen, mempunyai politik sehingga raja-raja kafir pada zaman itu mengirimkan hadiah berupa unta, kuda, bighol dan himar.

“Bahkan raja mesir Muqowqis mengirimkan hadiah berupa wanita cantik, Maria Al-Qibthiyyah yang kemudian menjadi istri Nabi. Pernikahan ini menurunkan seorang putra bernama Ibrohim,” terang beliau.

Sedangkan orang munafiq, Mbah Moen melanjutkan, ketika mereka ikut dalam sebuah peperangan, seperti perang badar, peperangan itu dimenangkan oleh pihak muslimin. Sedangkan saat perang uhud, dan orang-orang munafiq mengundurkan diri tidak mengikuti perang, pihak muslimin mengalami kekalahan, walaupun awalnya menang.

Hal itu pun disebabkan turunnya para pemanah dari bukit uhud, setelah melihat kemenangan dan mereka melihat ghonimah dan di saat sebagian shohabat mengatakan: “apakah tidak kami perangi orang-orang munafiq itu?”, Nabi bersabda:

‎لو قاتلتهم لقالوا إن محمدا قاتل أصحابه.

“Andaikan Saya memerangi mereka, niscya mereka berkata: sesungguhnya muhammad memerangi para shahabatnya”.

Bahkan Abdulloh bin Ubay bin Salul, pemimpin orang munafiq, setelah meninggal digali kuburnya dan diluluri air liur Nabi serta dikafani dengan kain dari Nabi. Hal itu dijelaskan dalam kitab Syajarotul Maarif.

beras