Pelantikan Pengurus Baru, PMII INAIFAS Gelar Dialog Interaktif Terkait Etika Lingkungan
Berita Baru Jatim, Jember – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (INAIFAS) Kencong-Jember mengggelar Pelantikan Pengurus dan Dialog Interaktif terkait Etika Lingkungan, pada Minggu, (28/03/2021) di Balai Desa Kasihan, Puger, Jember.
Dialog interaktif tersebut menghadirkan dua pemateri, Muhammad Al-Fayyadl, ketua Front Nahdliyin Untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Nasional dan Muhammad Nur Wahid, Lembaga Pendidikan Rakyat untuk Kedaulatan Sumber-sumber Agraria (LPR KuaSA).
Pemateri pertama, Muhammad Nur Wahid, memaparkan presentasi tentang pengalaman kerjanya di LPR KuaSA, salah satunya adalah politik spasial berkait dengan kawasasan peruntukkan.
Dalam presentasinya, Wahid memaparkan bahwa tambak dan tambang merupakan ancaman serius terhadap kedaulatan rakyat atas sumber-sumber agraria di Kabupaten Jember.
“Keduanya, sama seperti sedang mengucapkan pada bencana tsunami, selamat datang. Di samping itu, pemerintah kita begitu baik memfasilitasi industri, perlu diberi aplaus,” guraunya.
Wahid juga menambahkan di akhir presentasinya dengan pertanyaan “Kapitalisasi wilayah pesisir untuk siapa?”
Pemateri kedua, Fayyadl, mengatakan bahwa kita hidup di tengah kepungan zaman yang membangun konstruk kebudayaan, yang menempatkan alam bukan hanya sebagai makhluk hidup, tapi lebih hina dari itu. Dia hanya menjadi alas kaki, menjadi sesuatu yang kita injak-injak.
“Ada koneksi-koneksi yang tidak terlihat. Mengapa listrik sampai ke desa kita. Kita melihat produk sebagai produk. Padahal produk itu lahir dari proses yang begitu besar,” terangnya.
Fayyadl juga menambahkan, ada satu pra kondisi yang dipahami, kapitalisme yang diberlakukan di Indonesia adalah kapitalisme yang berangkat dari negara berkembang, atau kita sebut saja sebagai kapitalisme rente, yaitu oligarki, perselingkuhan pengusaha dan penguasa, dan skema kapitalisme itu sangat koruptif.
“Kemarin ada film dokumenter yang ramai diperbincangkan, yaitu Sexy Killer, di sana diceritakan bagaimana kontestasi politik kemarin, calon yang maju adalah pemimpin calon yang didukung oleh dosa-dosa lingkungan,ā€¯ungkapnya.
“Kekuatan islam tidak pernah dapat merebut pos-pos politik yang penting, yang menyangkut hidup dan nasib masyarakat. Justru, katakanlah seperti Menteri Ekonomi, Menteri Ketenagakerjaan diserahkan oleh orang-orang yang profit oriented,” imbuhnya.
Prinsip nenek moyang kita dahulu, di mana bumi dipijak, di situ langitu dijunjung.
“Itu prinsip yang sangat filosofis, bukan hanya memposisikan alam secara setara, tapi lebih tinggi dari manusia, kita diajarkan untuk senantiasa menjaga ritme alam,” tegasnya.
Meski terkadang ada beberapa sumber daya alam yang tidak terbatas, tapi alam selalu bekerja seperti sunnatullah yang lain. Pasti ada limitnya.
“Hal inilah yang digembar-gemborkan rezim profit, selalu percaya mitos bahwa misal, air dan panas buki tidak ada habisnya,” ungkapnya.
Terkahir, Fayyadl lambang nahdliyin kan bumi yang diikat, jadi jika kita tidak menjaga dan merawat bumi, kita bukan orang NU.
“Tapi sayang, tali itu agak longgar, jadi tetap bisa kemasukan investor, coba aja dikencengin sekalian,” satire Fayyadl disambut gelak tawa audiens.
Seusai pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan dialog interaktif dengan kurang lebih 100 peserta.