Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Akhmad Taufiq: Sastra Pesantren dalam Bingkai Ilmu Sastra Modern
Dr. Akhmad Taufiq dosen Universitas Jember saat menjadi pembicara dalam Seminar Sastra Pesantren “Merumuskan Ulang Sastra Pesantren dalam Konteks Kekinian” di sesi #1. (Dok. Foto: Tangkapan layar YouTube NU JATIM CHANEL)

Akhmad Taufiq: Sastra Pesantren dalam Bingkai Ilmu Sastra Modern



Berita Baru, Surabaya – Diskursus sastra terus menjadi pembahasan yang menarik. Pelbagai elemen terus mewadahi pembahasan sastra. Salah satunya Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Jawa Timur.

Menggelar Seminar Sastra Pesantren, pada Senin 17 Oktober 2022 di Aula KH. Bisri Syamsuri PWNU Jawa Timur, mereka mengusung tema “Merumuskan Ulang Sastra Pesantren dalam Konteks Kekinian”.

Dihadiri lebih dari 100 peserta, seminar ini dipantik oleh tiga narasumber di sesi 1. Salah satunya yakni Akhmad Taufiq dari Universitas Jember. Taufiq memaparkan materi berjudul “Sastra Pesantren dalam Bingkai Ilmu Sastra Modern”.

Taufiq menjelaskan bahwa diskursus sastra pesantren dalam konteks kekinian, diakui atau tidak memunculkan satu bentuk gugatan atau lebih tepatnya mempertanyakan kembali tentang konstruksi dan term sastra pesantren tersebut.

“Upaya mempertanyakan kembali ini, lepas dari motif apapun, ini merupakan sesuatu yang positif, positif dalam memberikan daya dorong untuk mengulik kembali ‘sastra pesantren’ baik dari aspek historis, maupun konstruksi epistemologis, ontologis dan aksiologis,” jelas pria yang dua kali meraih penghargaan Anugerah Sastra Sutasoma itu.

Taufiq menambahkan bahwa sastra pesantren relatif tepat dikonstruksi dan diletakkan konsepnya sebagai sastra tentang pesantren. Dia menilai term pesantren ini mencakup pemahaman lokus kebudayaannya.

Menurutnya, dalam sastra pesantren juga merujuk pada lokus kultural. Seperti, manusia-manusia yang ada di dalamnya, yakni kiai, santri, masyarakat. Selain itu, Taufiq melihat dinamika dan problematika sosial, politik, psikologis, dan sekaligus religiusitas/spiritualitas juga ada di dalamnya.

“Pada sisi itulah, sastrawan santri merupakan kreator/pencipta karya sastra, yang secara fungsional karya itu untuk semesta. Oleh karena itu, sastra pesantren dapat dikonsepkan sebagai sastra tentang pesantren, oleh sastrawan santri, untuk semesta,” terangnya.

beras