Apa Itu Stunting?
Berita Baru, Jakarta – Indonesia termasuk ke dalam negara yang masih menghadapi permasalahan stunting dan berpotensi mengganggu hingga membahayakan kehidupan anak. Sekitar 4 dari 10 anak hingga saat ini perkirakan mengalami stunting. Di sisi lain, hal ini berpotensi merugikan negara dalam segi finansial maupun non materi. Namun apa itu stunting?
Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh di bawah rata-rata sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Hal ini disebabkan oleh kurang gizi yang berkelanjutan selama masa pertumbuhan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak dan perkembangan intelektual.
Dilansir dari laman Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, stunting (gagal tumbuh) ialah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
Stunting seringkali diukur dengan menggunakan indeks tinggi badan untuk usia (Height-for-Age, HAZ), yang menunjukkan seberapa jauh tinggi badan seseorang berbeda dari rata-rata tinggi badan untuk usia yang sama. Indeks ini menggunakan standar yang disetujui secara internasional, yang dikembangkan oleh WHO dan UNICEF.
Menurut WHO, stunting adalah keterlambatan tumbuh kembang pada anak akibat kurangnya nutrisi atau asupan gizi, infeksi yang terjadi berulang kali, serta kurangnya stimulasi psikososial. Seorang anak dikatakan menderita stunting ketika tubuhnya tidak bertambah tinggi walaupun usianya sudah semakin bertambah. Selain itu, pertumbuhan tinggi badan si anak berada di bawah standar pertumbuhan anak yang ditetapkan oleh WHO.
Stunting merupakan masalah gizi yang sangat umum terjadi di negara-negara berkembang, terutama di Afrika dan Asia. Menurut WHO, lebih dari 160 juta anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia menderita stunting. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, termasuk masalah pendengaran, masalah pernafasan, dan masalah kognitif. Namun beberapa warga masih tak mengerti apa itu stunting.
Dilansir dari Our World in Data, stunting dapat terjadi sepanjang masa kanak-kanak, namun sebagian besar ditentukan dari 1.000 hari pertama si anak. Artinya, asupan nutrisi dan gizi yang memadai amat dibutuhkan oleh anak dari masa kandungan hingga si anak berusia dua tahun, jika tidak, maka anak akan rentan terkena stunting
Penyebab utama stunting adalah kurang gizi yang berkelanjutan, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya akses terhadap makanan yang bergizi, kurangnya air bersih dan sanitasi yang baik, serta infeksi yang berulang. Beberapa faktor risiko lainnya termasuk kurangnya keluarga yang memiliki pendidikan, kurangnya akses terhadap perawatan kesehatan, serta masalah sosial ekonomi yang lebih luas.
Seorang anak bisa terkena stunting, bukan hanya karena asupan gizinya tidak memadai, tetapi juga karena si anak memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik. Menurut Our World in Data, ketika seorang anak memiliki kondisi kesehatan yang buruk, maka asupan nutrisi yang memadai amat dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan infeksi yang menyerang. Jika anak kekurangan gizi, maka tubuh si anak sulit untuk melawan infeksi penyakit yang menyerang.
Dampak stunting adalah pertumbuhan otak dan organ lain pada anak akan terganggu, sehingga mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Di samping itu, pertumbuhan otak yang tidak maksimal juga menyulitkan anak bertanggung jawab atas hidupnya sendiri kelak.
Dilansir dari laman P2PTM Kemenkes RI, ciri utama stunting adalah tinggi badan anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Meskipun demikian, kondisi tubuh anak yang pendek ini seringkali disalah artikan oleh para orang tua sebagai faktor keturunan (genetik). Oleh karena, masyarakat banyak yang hanya menganggap perkara ini remeh dan tidak ada pencegahan maupun penanganan lebih lanjut.
Dilansir dari laman Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, padahal genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Untuk mengatasi stunting, diperlukan upaya yang berkelanjutan dan terpadu, yang mencakup perbaikan akses terhadap makanan yang bergizi, perbaikan sanitasi dan akses terhadap air bersih, serta perbaikan perawatan kesehatan dan pendidikan. Beberapa strategi yang dapat digunakan meliputi pemberian makanan tambahan, program imunisasi, serta program pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk keluarga dan komunitas. Itulah pentingnya mengetahui apa itu stunting. Agar masa depan anak-anak kita tidak terancam.