Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Apa yang Dimaksud Childfree? Simak Kaitannya dengan Beauty Myth

Apa yang Dimaksud Childfree? Simak Kaitannya dengan Beauty Myth



Berita Baru, Surabaya – Akhir-akhir ini jagat maya dihebohkan oleh statement dari selebgram Gita Savitri yang mengatakan bahwa Childfree membuat perempuan lebih awet muda, karna bisa tidur 8 jam dan menggunakan uangnya untuk botox tanpa harus ribet memikirkan kebutuhan anak.

Wanita yang sedang menempuh Pendidikan di Jerman ini seringkali menyuarakan pilihannya tentang Childfree. Pro kontra pun mulai bermunculan, ada yang mendukung karna itu adalah hak dari Gita untuk memutuskan tidak memiliki anak, tapi juga tidak sedikit yang kontra dari pilihan Gita tersebut.

Yang menjadi menarik sebenarnya bukan pada pilihan Gita yang memutuskan untuk Childfree tapi statement yang dilontarkan tentang awet muda, dan keliatan tetap cantik meskipun di usia 30 an. Lagi-lagi kita dihadapkan pada standar cantik yang dipercaya oleh masyarakat, bahwa cantik itu glowing dan tidak terdapat penuaan. Tapi benarkan childfree ada hubungannya dengan awet muda?

Mengenal Childfree

Childfree sendiri merupakan istilah dari seseorang yang memutuskan untuk tidak memiliki anak, baik anak biologis ataupun adopsi. Istilah ini muncul di awal tahun 1500 an dengan adanya fenomena perempuan Eropa yang menunda untuk melangsungkan pernikahan, dengan alasan pekerjaan atau karier. Sekalipun memutuskan untuk menikah, mereka tidak mempertimbangkan hadirnya anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Höglund dan Hildingsson dalam jurnal Sexual & Reproductive Healthcare, disebutkan bahwa 23 orang Sweden memutuskan untuk childfree dengan alasan agar mendapatkan kebebasan, kemandirian dan kemampuan dalam mengatur waktu.

Alasan tersebut masih bisa diterima dibandingkan dengan alasan agar tetap terlihat muda. Seperti yang dikatakan Gita Savitri bahwa childfree adalah natural anti aging. Kalimat ini menjadi sensitive karna anti penuaan adalah hal yang sangat diidamkan oleh perempuan, konotasi dari kalimat anti aging seperti  terlihat tetap cantik.

Yang dikatakan Gita Savitri seakan akan “jika ingin menjadi cantik, maka harus childfree” indicator cantik dalam masyarakat saja sudah sedemikian ribet, ini ditambah lagi childfree, sangat-sangat patut dipertanyakan? Jika memang childfree bisa membuat perempuan lebih awet muda, lalu bagaimana dengan Wulan Guritno yang tetap Memukau meskipun memiliki anak, atau Shopia Latjuba yang tetap langsing meskipun telah memiliki menantu.

Ini bukan tentang mengkritisi keputusan Gita untuk tidak memiliki anak, karna itu adalah hak dia. Tetapi tentang standar kecantikan baru yang secara perlahan dimunculkan. Mitos kecantikan yang selama ini beredar bahwa perempuan harus tetap on point, dengan muka glowing tanpa kusam dan kerutan, dan perempuan harus tinggi lagi langsing agar bisa disebut cantik.

Sialnya mitos tersebut dipercaya dan terus dikontruksi melalui iklan-iklan, dengan tagline “muka anda akan lebih glowing jika menggunakan skincare ini dan blablabla”, atau iklan sepatu “jadikan anda lebih percaya diri dengan menggunakan heels ini”. Dan menjadi sangat tidak lucu jika standar kencantikan baru ala Gita mulai di kampayekan dalam masyarakat “pilihlah childfree, dengan begitu anda bisa tidur 8 jam dan menggunakan uang anda untuk kecantikan”

Tanturri dan Dykstra mengatakan perempuan harus mencapai akhir masa subur sebelum mereka disebut bebas anak atau childfree, karna usia muda dapat merubah fikiran dan menjadi ibu dikemudian hari. Di usia Gita yang masih terbilang muda tentu seharunya dia lebih bersabar dan menunggu 20 tahun lagi untuk bisa men kampanye kan Childfree, karna diusia yang sekarang dia masih bisa berubah fikiran dan berkemungkinan hamil tanpa direncanakan.

Beauty Myth

Tulisan Naomi Wolf tentang Beauty Myth atau mitos kecantikan dalam bukunya The Beauty Myth: How Image of Beauty are Used Againts Women (1991) sangat relate meskipun sudah ditulis lebih 20 tahun lamanya, yang mana perempuan di Negara barat telah berhasil mendapatkan haknya atas hukum, reproduksi dan pendidikan ataupun dalam pekerjaan. Namun terdapat sebuah kekhawatiran atas hal yang sepele, seperti penampilan fisik perempuan, dari wajah, tubuh bahkan pakaiannya.

Saat ini perempuan berlomba-lomba untuk menggunakan skincare dan melakukan perawatan. Klinik-klinik kecantikan dipenuhi dengan perempuan yang takut wajahnya terdapat kerutan. Ataupun tempat gym yang mulai dikunjungi perempuan hanya karna berat badannya naik dalam sepekan.

Setiap harinya perempuan menjadi tidak percaya diri dan tidak puas akan dirinya hanya karna mitos-mitos kecantikan yang beredar, bahkan lebih ekstreamnya perempuan bersedia menyakiti dirinya melalui operasi demi bisa mencapai standar cantik dan tidak terdapat penuaan.

Bahkan dalam kasus Gita Savitri juga berawal dari komenan netijen yang memujinya karna terlihat lebih muda dari si Netijen, padahal usianya terpaut jauh. Dalam gelombang ketiga feminis ini, kita tidak sedang berhadapan dengan maskulinitas, tapi dengan sesama perempuan melalui mitos kecantikan.

Barangkali mitos kecantikan ini distandarisasi melalui pandangan laki-laki, bahwa perempuan cantik adalah yang glowing dan tinggi langsing. Namun, celakanya mitos tersebut dipercaya dan diyakini oleh perempuan, sehingga apa yang dikhawatirkan Naomi pun benar adanya.

beras