Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bahaya Deepfake, Komdigi Akan Batasi Usia Pengguna Medsos

Bahaya Deepfake, Komdigi Akan Batasi Usia Pengguna Medsos



Berita Baru, Jakarta – Hingga saat ini, perkembangan teknologi di bidang kecerdasan buatan atau artificial intelegence (AI) telah banyak membantu manusia dalam menjalankan pekerjaan bahkan memenuhi kebutuhan. Kecanggihan teknologi telah melekat dalam kehidupan manusia sehingga dalam perkembangan dan penggunaan informasi perlu filter yang ekstra.

Dikutip dari laman Cloud Computing Indonesia, Deepfake adalah teknologi manipulasi video dan audio yang menggunakan kecerdasan buatan. Tujuannya untuk menciptakan konten yang membuat orang terlihat atau terdengar melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dilakukan. Teknologi ini telah muncul sejak tahun 2017 dan terus berkembang dengan kemampuan yang semakin canggih dalam mengubah wajah dan suara seseorang dalam video.

DeeptalkIndonesia, menghadirkan Wakil Menteri Komunikasi Digital RI, Nezar Patria membahas mengenai deepfake dan rencana pembatasan usia pengguna media sosial. Nezar menjelaskan bahwa produk deepfake sulit untuk dikenali, kecuali ada suatu aplikasi yang bisa mendeteksinya.

“Memang persoalan deepfake ini masuk ke dalam dis-informasi dam mis-informasi. Ini menjadi konsennyapemerintah untuk menjaga ruang digital kita sehingga bisa lebih sehat, terutama menjamin information integrity, yaitu suatu informasi yang bisa dipertanggungjawabkan akurasi dan kebenarannya. Ini menjadi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar. Jadi, pemerintah menaruh perhatian yang cukup besar untuk ini,” ujarnya pada Sabtu (25/01/25), kemarin.

Saat host menanyakan terkait penanganan khusus dari pemerintah untuk tetap mendorong media sosial mendeteksi hoax. Nezar memaparkan apabila terdapat hoax, terutama sudah ke wilayah melanggar hukum, fitnah, dan bersifat merugikan lainnya, pemerintah akan melakukan take down atau blokir.

“Kalau dia cukup merusak misalnya, ada hoax yang bisa memancing ketegangan antar agama, suku, memancing kerusuhan dan kepanikan sosial, atau membuat satu konten di mana informasinya salah, saya kira itu harus dilakukan tindakan. Bahkan suatu media sosial harus memiliki guidelineuntuk membatasi dan menangkal konten-konten seperti itu,” terangnya.

Kemajuan teknologi juga telah melekat di setiap usia, baik anak-anak hingga orang dewasa. Hal tersebut mendorong anak-anak belum cukup umur mengonsumsi konten yang tidak seharusnya. Berangkat dari hal tersebut, Nezar Patria merencanakan adanya pembatasan usia pengguna media sosial dalam tiga bulan ke depan.

“Ya, sejak usia dini mereka terpapar oleh penggunaan gadget. Anak-anak akan menggunakan logic meskipun belum bisa membaca, bahkan memanfaatkan fitur voice, mereka mengenali pola untuk mengoperasikan gadget,” imbuhnya.

Wamen Komdigi itu juga menjelaskan bahwa pembatasan usia bukan berarti tidak bisa menggunakan gadget sama sekali, tetapi pada konten-konten tertentu. Hal ini juga menjadi edukasi untuk orang tua dan anak tentang penggunaan gadget. Namun, aturan ini masih dalam pembahasan dan belum ada penyusunan draft resminya.

“Kita masih mendiskusikannya, terutama dengan stakeholder, konseptornya juga sudah ada. Kita bicara dengan guru, orang tua, platform media sosial, komnas perempuan dan anak, untuk melihat apa saja sih bahaya dari media sosial ini. Kita juga bicara dengan para akademisi dan ahli psikologi. Jadi semua kita ajak diskusi untuk identifikasi masalah. Tidak langsung membatasi seperti itu,” pungkasnya. [Cindy Virda]

beras