Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

"Satu Jam Bersama Ilmuwan Sastra" yang diselenggarakan Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, 25 Maret 2022.

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Gelar Bincang Sastra Industri Kreatif



Berita Baru, Yogyakarta – Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta gelar diskusi sastra dengan tajuk “Satu Jam Bersama Ilmuwan Sastra” pada Jumat, (25/03/2022) Via Zoom Meeting.

Dimoderatori oleh Dr. Ratun Untoro, M.Hum, edisi diskusi sastra malam itu mengundang Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. dari Universitas Negeri Jakarta sebagai narasumber dengan tema “Sastra Industri Kreatif”.

Novi mengawali presentasinya dengan memaparkan data terkait progres ekonomi kreatif dari tahun 2006 era kepemimpinan Presiden SBY sampai tahun 2021 era kepemimpinan Jokowi, pasca munculnya UU No 24/2019 tentang Ekonomi Kreatif.

Ia juga mengutip pasal tentang Pemajuan Kebudayaan yang mempunyai visi “Indonesia bahagia berlandaskan keberagaman budaya, yang mencerdaskan, mendamaikan, dan menyejahterakan”.

“Pasal 5 UU No 5/2017 menyebutkan sepuluh objek pemajuan kebudayaan, yaitu (1) tradisi lisan, (2) manuskrip, (3) adat istiadat, (4) ritus, (5) pengetahuan tradisional, (6) teknologi tradisional, (7) seni (8) bahasa, (9) permainan rakyat, dan (10) olahraga tradisional,” paparnya.

Novi menjelaskan bahwa stakeholder berperan penting dalam pengembangan ekonomi kreatif. Salah satunya adalah Sastra Industri Kreatif.

Ihwal sastra industri kreatif, Novi menyebutkan tiga pengertian, yaitu sastra untuk industri kreatif, sastra oleh industri kreatif, dan sastra sebagai basis industri kreatif.

“1. Sastra untuk industri kreatif, dirancang untuk menghasilkan atau diproses lanjut menjadi produk industri kreatif. 2. Sastra oleh industri kreatif, dirancang dan dihasilkan oleh industri kreatif dan untuk mendukung proses produksi (sastra) industri kreatif. 3. Sastra sebagai basis industri kreatif, dikembangkan melalui alihwahana atau adaptasi lainnya menjadi beragam alternatif industri kreatif,” jelasnya.

Selanjutnya dikemukakan dikemukakan Novi, “Secara praktis ketiganya dapat menyatu dalam satu gejala. Pembedaan menjadi tiga wilayah tersebut untuk memudahkan identifikasi dan klasifikasi yang sejalan dengan jenis industri kreatif, seperti beragam bidang yang menjadi fokus penanganan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” imbuhnya.

Novi menjelaskan bahwa sastra basis industri kreatif juga dibedakan menjadi industri kreatif berbasis seni, industri kreatif berbasis tradisi lisan, dan industri kreatif berbasis ritual.Di Banyuwangi, sastra industri kreatif terbangun menjadi ekosistem yang saling menguatkan.

Sebagai contoh, tradisi lisan yang berkaitan dengan gandrung memunculkaan beragam produk kreatif berupa video (yang dipublikasi di youtube), lukisan, patung, kaos, batik, dan beragam asesori.Sementara itu, dalam bidang animasi, Novi menyampaikan contoh produk anak bangsa yang dipublikasi pada tingkat dunia, seperti yang dilakukan oleh Mataram Surya Visi Studio (MSV), Universitas Amikom Yogyakarta.

Animasi berkelas dunia seperti “Battle of Surabaya” dan “Ajisaka” merupakan hasil kerja sama dengan korporasi internasional Walt Disney dan Hoollywood.

MSV telah membuktikan bahwa latar sejarah dan cerita rakyat Indonesia berpotensi mengisi produk animasi dunia. “Battle of Surabaya” yang menghadirkan tokoh Musa dan Yuma melibatkan 179 anggota tim dan dikatakan oleh Prof. M. Suyanto sebagai hadiah untuk Republik Indonesia yang sudah 70 tahun merdeka.

Salah satu simpulan yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa pengembangan sastra industri kreatif memerlukan ekosistem yang saling mendukung dan menguatkan agar menghasilkan produk inovatif dan berkualitas.

Dalam akhir presentasinya, Novi menceritakan pengalaman risetnya di masyarakat Banyuwangi dan juga memaparkan beberapa karya tulisnya mengenai budaya dan ekonomi kreatif. Setelah penyampaian materi oleh narasumber, dilanjutkan tanya jawab yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang menurut Novi perlu ditindaklanjuti penelitian dengan menjalin kerja sama dengan Balai Bahasa, perguruan tinggi, atau lembaga yang menyediakan hibah penelitian.

Sebagai informasi, tema Sastra Industri Kreatif menjadi serial ke-6 dari deretan diskusi “Satu Jam Bersama Ilmuwan Sastra” yang diadakan Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta. Enam narasumber yang mengisi acara ini adalah Dr. Aprinus Salam (UGM), Dr. Mochamad Ilham (UNEJ), Prof. Bani Sudardi (UNS), Dr. Yoseph Yapi Taum (USD), Prof. Suwarno (UNY), dan Prof. Novi Anoegrajekti (UNJ).

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Gelar Bincang Sastra Industri Kreatif

beras