BEM FEB UNAIR Peringati Reformasi
Berita Baru, Surabaya – Perubahan sistem bernegara dari era rezim otoriter menuju era demokrasi merupakan momentum sejarah dari sebuah pergerakan. Sebagai peristiwa penting, Reformasi menjadi harapan besar lahirnya perubahan sistem kebebasan yang disebut demokrasi.
Namun, harumnya hasil Reformasi bukanlah tanpa pengorbanan. Banyak nyawa yang harus hilang dalam memperjuangkannya. Menyikapi hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar serangkaian kegiatan aksi untuk memperingati Hari Reformasi yang jatuh setiap tanggal 21 Mei, Jumat, (20/05/2022).
Vania Safira, Presiden BEM FEB Unair mengatakan mahasiswa tidak harus melantangkan suara untuk menyampaikan aspirasi atau tuntutan. Ia menilai dengan gerakan kecil sudah mencerminkan semangat untuk menghadapi perubahan.
Sementara itu, Kepala Departemen Kajian Isu Strategis BEM FEB UNAIR, Suci Anggraeni, menuturkan, bahwa tema reformasi yang kali ini diangkat tidak hanya sebatas tentang penggulingan rezim Suharto saja. Lebih dari itu, ia menjelaskan, definisi reformasi yang begitu luas agaknya juga perlu diangkat.
Dalam kegiatan itu, mereka mengangkat lima isu reformasi yang harus segera dituntaskan, yakni, Reformasi Agraria, Reformasi Pendidikan, Reformasi Sosial, Reformasi Birokrasi, serta Reformasi Penegakan Hukum. Suci menilai, reformasi belum tuntas. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh generasi penerus, khususnya mahasiswa.
“Lalu yang menjadi pertanyaan, apakah pemerintahan kita saat ini sudah melakukan reformasi? Jawabannya iya. Namun, apakah itu sudah cukup untuk membawa Indonesia lebih baik?” Suci mempertanyakan.
Serangkaian kegiatan Peringatan Hari Reformasi diawali dengan aksi yang dilakukan di depan Gedung FEB UNAIR. Dalam kegiatan tersebut, lilin dianalogikan sebagai simbol pengingat.
Ketika mayoritas masyarakat berfokus kepada isu ’98, BEM FEB UNAIR berusaha mengingatkan bahwa masih banyak agenda reformasi yang belum dituntaskan.
“Kita tidak bisa terus-terusan menyalahkan kondisi yang redup ini, tapi kita punya lilin-lilin ini yang membantu kita untuk mengubah kondisi yang tadinya redup atau gelap menjadi sebuah kondisi yang jauh lebih terang,” tutur Suci.
Suci pun berharap bahwa setiap kita memiliki peran masing-masing untuk mewujudkan reformasi dengan definisinya masing-masing. Maka, mewujudkan reformasi masa kini pun juga harus dilaksanakan secara kolosal, tidak jauh beda dengan usaha mewujudkan reformasi ’98, bahkan lebih sulit daripada itu.
“Siapapun termasuk aku, kamu, kita, dan kalian punya peran untuk tetap menjaga lilin itu menyala. Kita semua harus sadar kalo reformasi itu tidak boleh berhenti sampai di sini, reformasi itu akan dan harus selalu terjadi,” tutup Suci.