Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bincangkan Kearifan Lokal dalam Perspektif Sastra dan Budaya, Hiski Sulawesi Utara Gelar Webinar

Bincangkan Kearifan Lokal dalam Perspektif Sastra dan Budaya, Hiski Sulawesi Utara Gelar Webinar



Berita Baru, Sulawesi – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Sulawesi Utara usai senyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema “Kearifan Lokal dalam Perspektif Bahasa, Sastra, dan Budaya” pada Rabu, (12/06).

Acara diawali dengan pembukaan Ketua HISKI Komisariat Sulawesi Utara, Dr. Dwianita Conny Palar, M.Hum dan Ketua pelaksana Zainuddin Soga, M.Pd.I. kaprodi PBA IAIN Manado. Ketua pelaksana melaporkan bahwa kegiatan ini diinisiasi oleh Dr. Hadirman, M.Hum Ketua HISKI Komisariat Sulut masa jabatan 2020-2024 untuk melakukan kegiatan nasional sebagai eksistensi kepengurusan HISKI Sulut masa jabatan 2024-2028.

Mereka berharap Webinar dengan tema yang diangkat membawa pencerahan dan menjadi ruang diskusi yang bermanfaat.

Acara ini menghadirkan 4 (empat) narasumber, di antaranya; Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum (Ketua Umum HISKI), Maya Pingkan Warouw, M.Hum, M.Ed., Ph.D. (Dekan FIB Unsrat), Prof. Golda Juliet Tulung, M.A., Ph.D. (Kaprodi S3 Ilmu Linguistik Unsrat) dan Prof. Dr. U. M. Kamajaya Al Katuuk, M.S. (Dosen Universitas Negeri Manado)

Dimoderatori oleh Ilham Syah, M.Pd (Kaprodi PGMI IAIN Manado), acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber.

Narasumber pertama, yaitu Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Ia mempresentasikan materi berjudul “Kearifan Lokal dalam Perspektif Sastra dan Budaya”. Novi menjelaskan bahwa dalam konsep antropologi, kearifan lokal dikenal pula sebagai pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genius) Masyarakat pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai tradisi dan budaya dari generasi ke penerusnya.

“Segala sesuatu yang terkait dengan bentuk-bentuk tradisional (baca: lokal), baik suatu kegiatan ataupun hasil karya yang biasanya didasarkan pada kebudayaan tertentu,” jelas guru besar Universitas Negeri Jakarta tersebut.

Novi menambahkan, dalam wacana kebudayaan, persoalan lokalitas tidak pernah usang. Hal ini menjadi perbincangan berkelanjutan antara sastra universal versus sastra realisme sosial, kontekstual, sastra pedalaman, dan sastra daerah. Lokal global dalam sastra dan budaya akan terus berlangsung.

“Lokalitas dalam sastra menjadi konsep penting jika dikaitkan dengan kearifan lokal. Adanya daya sebagai bentuk jati diri, solidaritas, rasa saling memiliki, dan rasa kebanggaan bangsa,” jelasnya.

Tak lupa, Novi juga menceritakan pengalaman penelitiannya di Banyuwangi,terutama riset-risetnya terkait kebudayaan Using, khususnya pewarisan seni tradisi Gandrung, ritual, dan festival.

Bincangkan Kearifan Lokal dalam Perspektif Sastra dan Budaya, Hiski Sulawesi Utara Gelar Webinar

Bincangkan Kearifan Lokal dalam Perspektif Sastra dan Budaya, Hiski Sulawesi Utara Gelar WebinarPembicara kedua, Maya Pingkan Warouw, M.Hum, M.Ed., Ph.D . Ia membawakan materi berjudul “Lirik Mahambak: Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Suku Bantik”. Ia menjelaskan bahwa Suku Bantik merupakan suku masyarakat pesisir yang tersebar di Buha, Bengkol, Talawaan Bantik, Bailang, Molas, Meras serta Tanamon di kecamatan Sinonsayang Minahasa Selatan. Selain itu juga terdapat di Ratahan dan wilayah Mongondouw.

Maya mencantumkan lirik Mahambak berjudul Raodo. Ia mengatakan bahwa lagu tersebut dibawakan dalam tarian mahambak tradisional.

“Lirik lagu ini menggambarkan tentang berlayar ke laut menggunakan perahu yang oleh karena riak laut terombang ambing dan perahu menjadi miring. Kemudian digambarkan bahwa di dasar laut ada pusaka Bantik berupa Mutiara. Namun dalamnya lautan tak terselami,” terangnya.

Dan pembicara ketiga, Prof. Golda Juliet Tulung, M.A., Ph.D. mempresentasikan materi berjudul “Kearifan Lokal dalam Ungkapan Bahasa”. Mengutip Robert Siharani, Golda menerangkan bahwa kearifan lokal (local wisdom) dapat dipahami sebagai nilai-nilai budaya, gagasan-gagasan tradisional, dan pengetahuan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, dan berbudi luhur yang dimiliki oleh anggota masyarakatnya dalam menata kehidupan sosial mereka.

“Kearifan lokal juga berfungsi menata kehidupan sosial masyarakat, seperti meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan kedamaian,” tutur Golda.

Golda menambahkan bahwa kearifan Lokal dalam ungkapan bahasa perlu terus dihidupkan. Khususnya dalam pembelajaran formal, hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran bahasa.

“Lebih khusus lagi, model pembelajaran bahasa berbasis peribahasa daerah yang menghasilkan luaran berupa teks tulisan (fiksi atau nonfiksi) dapat menumbuhkan dan mengembangkan karakter pembelajar sesuai dengan nilai budaya, kearifan lokal yang ada,” paparnya.

Sementara itu, Prof. Kamajaya Al Katuk lebih berfokus pada upaya merespon dari tiga narasumber di awal terkait tantangan dunia kesusasteraan yang nyata, yaitu pengaruh kemajuan teknologi seperti artificial intelligence dan plagiarisme. Kamajaya memaparkan bagaimana peluang dan hambatan pengembangan pengajaran dan pembelajaran kesusastraan di Lembaga Pendidikan formal. Kamajaya sendiri adalah seorang sastrawan Sulawesi Utara yang sering mengangkat Budya Kiai Modjo dalam mendirikan Kampung Jawa Tondano yang terletak di kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.

“Kita tak dapat menolak juga menghindari, yang terus dapat kita lakukan adalah upaya untuk terus adaptif. Dengan kearifan lokal yang khas, kita akan bisa membuat karya sastra yang otentik,” ujarnya.

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 173 peserta di Zoom Meeting.

Bincangkan Kearifan Lokal dalam Perspektif Sastra dan Budaya, Hiski Sulawesi Utara Gelar Webinar

beras