BRIN dan HISKI Luncurkan Buku Sastra Horor dan Gelar Diskusi Industri Ekranisasi
Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana- Kesusastraan Indonesia (Hiski) Pusat bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) selenggarakan peluncuran buku Sastra Horor dan Industri Ekranisasi pada Selasa, (23/04) bertempat di Aula Gedung Widya Graha, BRIN, Jakarta.
Acara peluncuran buku Sastra Horor menghadirkan 5 narasumber, di antaranya Dr. Tirto Suwondo, M.Hum. (BRIN), Bae Dong Sun (Peneliti Antropologi Korea), Anggi Umbara (Sutradara/Penulis Skenario Film Horor), Jose Rizal Manua (Pemain Film Horor) dan Dr. Sudibyo, M.Hum (Dosen FIB UGM) dan yang bertindak sebagai moderator adalah Dr Sastri Sunarti, M.Hum (Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur dan Tradisi Lisan).
Acara dibuka dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Kepala Pusat Riset Bahasa, Sastra dan Komunitas, Ade Mulyanah. Ia mengatakan bahwa acara ini diadakan karena riset menjadi produk pengetahuan yang dapat dinikmati oleh masyarakat, serta berperan penting dalam aktivitas ekonomi kreatif di Indonesia.
“Konteks sastra menjadi penting, sebab sastra merupakan media untuk mengungkapkan pengalaman imajinasi. Semoga acara ini dapat memberikan inspirasi bagi semua audiens,” sambut Ade Mulyanah, M.Hum.
Sambutan kedua, disampaikan Ketua Hiski Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Novi mengatakan bahwa buku Sastra Horor menggenapi tiga buku riset tematik sastra sebelumnya, yakni Sastra Pariwisata, Sastra Rempah dan Sastra Maritim.
“Sebagai genre cerita, kisah horor cenderung bersifat trans-media, dengan demikian penyajian kisah horor disesuaikan dengan karakteristik media yang digunakan seperti sastra, film, sandiwara dan sendratari,” ujar Novi.
Novi juga menambahkan, dengan menerapkan sistem seleksi yang ketat, terdapat 90 abstrak yang masuk tetapi yang diterima dalam buku Sastra Horor terseleksi 45 abstrak. Pemrosesan buku Sastra Horor melalui proses yang panjang, dan hari ini masih 10 eksemplar yang terbit pada tahun 2024 dengan jumlah 1052 halaman.
“Dalam buku ini terdapat 5 sub bab dan pertama horor dalam ritual, kedua horor dalam sastra modern, ketiga etnografi horor, keempat horor dalam mantra dan manuskrip, dan kelima horor dalam industri kreatif. Dan yang akan kita bahas adalah horor dalam industri kreatif,” tambah Novi.
Usai sambutan, dan sebelum acara berlanjut pada diskusi inti. Acara bersambung dengan perjanjian kerja sama antara Hiski dengan Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia yang diwakili oleh Prof. Madya Dr. Zafwann. Juga dengan Kepala Pusat Riset, Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan, BRIN Dr. Sastri Sunarti, M.Hum.
Pemateri pertama Dr. Sudibyo, membawakan materi terkait horor dalam teks manuskrip dan sastra lama. Pemateri kedua, Tirto Suwondo berfokus dalam memberikan catatan-catatan terkait buku sastra horor.
“Sebagai bacaan, buku ini jelas menambah wawasan kita tentang sastra yang merepresentasikan salah satu sifat dasar manusia. Tak hanya itu, artikel-artikel yang ada dalam buku ini juga menjadi oase di tengah ladang kering dunia kritik, telaah dan apresiasi tentang sastra horor,” jelasnya.
Berlanjut ke pamateri ketiga, Bae Dong Sun membawakan materi dengan judul “Ekranisasi Sastra Horor Korea Selatan”. Ia mengatakan salah satu film horor paling Korea paling sukses di Indonesia adalah Exhuma dengan penonton mencapai 10 juta orang.
“Industri film horor di Korea berangkat dari 4 media, pertama skenario asli, kedua novel, ketiga kartun, dan keempat Webtoons,” jelasnya.
Pemateri selanjutnya adalah Anggi Umbara. Ia menjelaskan bahwa film horor adalah sebuah film dengan genre yang urusannya memancing emosi yang berupa ketakutan.
“Dalam praktik sinema, film horor kera dianggap sebagai bisnis menjual rasa takut, penonton akan dibuat ketakutan dengan rasa takut yang terkendali dan dapat dikontrol,” terangnya.
Pemateri terakhir adalah Jose Rizal Manua. Sebagai aktor film, salah satunya adalah horor, Jose menceritakan pengalamannnya dalam bermain di film horor.
Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Selain digelar luring, acara ini juga diadakan secara hybrid via Zoom Meeting yang diikuti 130 peserta serta disiarkan secara langsung melalui akun Youtube BRIN Indonesia.