Budaya – Beritabaru.co Jawa Timur https://jatim.beritabaru.co Meluruskan Distorsi Informasi Tue, 20 Feb 2024 04:10:05 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.7.1 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2020/07/cropped-Berita-Baru-Icon-32x32.png Budaya – Beritabaru.co Jawa Timur https://jatim.beritabaru.co 32 32 Citra Srikandi Indonesia Gelar Dialog Virtual Bahas Selingkung Jurnal https://jatim.beritabaru.co/citra-srikandi-indonesia-gelar-dialog-virtual-bahas-selingkung-jurnal/ https://jatim.beritabaru.co/citra-srikandi-indonesia-gelar-dialog-virtual-bahas-selingkung-jurnal/#respond Tue, 20 Feb 2024 04:09:20 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=112795 Citra Srikandi Indonesia Gelar Dialog Virtual Bahas Selingkung Jurnal

Berita Baru, Bandung - Citra Srikandi Indonesia (CSI) bekerjasama dengan Pusat Digitalisasi Pengembangan Budaya Sunda (PDP-BS Unpad) gelar Dialog Virtual #2 dengan tajuk "Memahami Selingkung Jurnal" pada Senin, (12/02) via Zoom Meeting.

Dialog Virtual kali ini menghadirkan dua narasumber yang memiliki kapasitas di bidang jurnal, yaitu Dr. Anna Sungkar, S.Sn., M.Sn. (Jurnal Dekonstruksi) dan Eva Y., S.Ds., M.Si. (Jurnal Artchive). Serta dimoderatori oleh Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum, (Ketua Umum Hiski dan pemimpin jurnal Arif). Hadir pula wakil ketua PDP-BS Unpad, Dr. Teddi Muhtadin, M.Hum.

Pemateri pertama Anna Sungkar memberikan pengantar terkait sejarah dan muatan Jurnal Dekonstruksi. Ia mengatakan bahwa jurnal tersebut membicarakan filsafat dan penerapannya, yaitu kebudayaan.

"Dalam kebudayaan terkandung banyak aspek kehidupan manusia, seperti seni, agama, politik, ekonomi dan beragam tulisan . Sehingga banyak tulisan menyangkut aspek tersebut," ujarnya. Jangan heran kalau dalam jurnal ada tulisan tentang musik, puisi, arkeologi, yoga dan kuliner, yang ditinjau dari segi filsafat.

Anna juga menambahkan bahwa selain artikel penelitian, Jurnal Dekonstruksi juga menerima tulisan esai bukan hasil penelitian, namun merupakan buah pemikiran atau visi penulis.

"Biasanya para budayawan, politikus, dan seniman lebih suka menulis dalam format bebas. Redaksi memberikan 25% ruang untuk para penulis esai," terangnya.

Sementara itu, pembicara kedua, Eva membawakan materi berjudul "Memahami Selingkung Jurnal Ilmiah". Eva mengatakan bahwa "selingkung" dalam konteks penulisan berhubungan dengan ide bahwa gaya penulisan dan format tertentu terbatas atau spesifik untuk lingkungan tertentu. "Ini bisa jadi sebuah institusi, penerbit, atau bahkan disiplin ilmu. Istilah tersebut berarti batas sekeliling sesuatu," jelasnya.

Eva menambahkan bahwa perbedaan gaya selingkung antarjurnal mencerminkan keunikan dan identitas masing-masing jurnal atau penerbit. "Gaya selingkung juga dapat berubah seiring waktu, menyesuaikan diri dengan perkembangan dalam disiplin ilmu dan preferensi pembaca," terangnya.

Gaya selingkung dapat mempengaruhi berbagai elemen dalam penulisan jurnal, termasuk: pemilihan bahasa, struktur dan organisasi, sistematika sitasi, tingkat detail, penekanan pada grafik dan tabel, interdisipliner, dan kebijakan editorial.

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens, dipandu dengan moderator. Sampai akhir acara, sekitar 40-an peserta yang terlibat.

Sebagai informasi, CSI beranggotakan para “Perempuan Cendekia” dari seluruh Indonesia, yang terdiri atas para dosen, dari bergelar Magister, Doktor, Profesor, serta jabatan struktural seperti Dekan, Rektor, Direktur Pascasarjana, Kepala LPPM, Kepala Unit, Ka. Prodi, dan Aktibud, dengan tujuan saling berbagi ilmu, silih asih asah asuh, menjalin silaturahmi sesama perempuan pendidik lintas disiplin ilmu. Citra Srikandi Indonesia (CSI) merupakan Perkumpulan Organisasi Perempuan Cendekia yang telah berbadan hukum melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor. AHU-0006773. AH.01.7.Tahun 2019. Saat ini, Prof. Dr. Endang Caturwati, M.S. sebagai ketua umum dan Prof. Dr. Sri Rustiyanti, M. Sn. sebagai Sekjen Citra Srikandi Indonesia.

Aktivitas kegiatan CSI cukup produktif dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan, di antaranya:  launching buku, menerbitkan buku, bedah buku, workshop puisi, webinar international, seminar nasional, dan pembacaan puisi.

 ]]>
Citra Srikandi Indonesia Gelar Dialog Virtual Bahas Selingkung Jurnal

Berita Baru, Bandung - Citra Srikandi Indonesia (CSI) bekerjasama dengan Pusat Digitalisasi Pengembangan Budaya Sunda (PDP-BS Unpad) gelar Dialog Virtual #2 dengan tajuk "Memahami Selingkung Jurnal" pada Senin, (12/02) via Zoom Meeting.

Dialog Virtual kali ini menghadirkan dua narasumber yang memiliki kapasitas di bidang jurnal, yaitu Dr. Anna Sungkar, S.Sn., M.Sn. (Jurnal Dekonstruksi) dan Eva Y., S.Ds., M.Si. (Jurnal Artchive). Serta dimoderatori oleh Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum, (Ketua Umum Hiski dan pemimpin jurnal Arif). Hadir pula wakil ketua PDP-BS Unpad, Dr. Teddi Muhtadin, M.Hum.

Pemateri pertama Anna Sungkar memberikan pengantar terkait sejarah dan muatan Jurnal Dekonstruksi. Ia mengatakan bahwa jurnal tersebut membicarakan filsafat dan penerapannya, yaitu kebudayaan.

"Dalam kebudayaan terkandung banyak aspek kehidupan manusia, seperti seni, agama, politik, ekonomi dan beragam tulisan . Sehingga banyak tulisan menyangkut aspek tersebut," ujarnya. Jangan heran kalau dalam jurnal ada tulisan tentang musik, puisi, arkeologi, yoga dan kuliner, yang ditinjau dari segi filsafat.

Anna juga menambahkan bahwa selain artikel penelitian, Jurnal Dekonstruksi juga menerima tulisan esai bukan hasil penelitian, namun merupakan buah pemikiran atau visi penulis.

"Biasanya para budayawan, politikus, dan seniman lebih suka menulis dalam format bebas. Redaksi memberikan 25% ruang untuk para penulis esai," terangnya.

Sementara itu, pembicara kedua, Eva membawakan materi berjudul "Memahami Selingkung Jurnal Ilmiah". Eva mengatakan bahwa "selingkung" dalam konteks penulisan berhubungan dengan ide bahwa gaya penulisan dan format tertentu terbatas atau spesifik untuk lingkungan tertentu. "Ini bisa jadi sebuah institusi, penerbit, atau bahkan disiplin ilmu. Istilah tersebut berarti batas sekeliling sesuatu," jelasnya.

Eva menambahkan bahwa perbedaan gaya selingkung antarjurnal mencerminkan keunikan dan identitas masing-masing jurnal atau penerbit. "Gaya selingkung juga dapat berubah seiring waktu, menyesuaikan diri dengan perkembangan dalam disiplin ilmu dan preferensi pembaca," terangnya.

Gaya selingkung dapat mempengaruhi berbagai elemen dalam penulisan jurnal, termasuk: pemilihan bahasa, struktur dan organisasi, sistematika sitasi, tingkat detail, penekanan pada grafik dan tabel, interdisipliner, dan kebijakan editorial.

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens, dipandu dengan moderator. Sampai akhir acara, sekitar 40-an peserta yang terlibat.

Sebagai informasi, CSI beranggotakan para “Perempuan Cendekia” dari seluruh Indonesia, yang terdiri atas para dosen, dari bergelar Magister, Doktor, Profesor, serta jabatan struktural seperti Dekan, Rektor, Direktur Pascasarjana, Kepala LPPM, Kepala Unit, Ka. Prodi, dan Aktibud, dengan tujuan saling berbagi ilmu, silih asih asah asuh, menjalin silaturahmi sesama perempuan pendidik lintas disiplin ilmu. Citra Srikandi Indonesia (CSI) merupakan Perkumpulan Organisasi Perempuan Cendekia yang telah berbadan hukum melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor. AHU-0006773. AH.01.7.Tahun 2019. Saat ini, Prof. Dr. Endang Caturwati, M.S. sebagai ketua umum dan Prof. Dr. Sri Rustiyanti, M. Sn. sebagai Sekjen Citra Srikandi Indonesia.

Aktivitas kegiatan CSI cukup produktif dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan, di antaranya:  launching buku, menerbitkan buku, bedah buku, workshop puisi, webinar international, seminar nasional, dan pembacaan puisi.

 ]]>
https://jatim.beritabaru.co/citra-srikandi-indonesia-gelar-dialog-virtual-bahas-selingkung-jurnal/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2024/02/25d42b90-b1f3-4cae-bf8e-8c5aa780aa48-300x300.jpeg
HISKI Pusat Selenggarakan Tukar Tutur Sastra yang Kedua https://jatim.beritabaru.co/hiski-pusat-selenggarakan-tukar-tutur-sastra-yang-kedua/ https://jatim.beritabaru.co/hiski-pusat-selenggarakan-tukar-tutur-sastra-yang-kedua/#respond Sun, 18 Feb 2024 01:48:56 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=112768 HISKI Pusat Selenggarakan Tukar Tutur Sastra yang Kedua

Berita Baru, Jakarta – HISKI (Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia) kembali selenggarakan “Tukar Tutur Sastra” yang kedua pada hari Sabtu, (17/02/2024) Via Zoom Meeting.

Tukar Tutur Sastra dirancang berlangsung setiap bulan sekali dengan menghadirkan narasumber para ketua komisariat yang ada dari Aceh sampai Papua. Kali ini narasumber yang hadir adalah Prof. Dr. Nurhayati, M.Pd. dari HISKI Komisariat Sumatera Selatan, Dr. Achmad Sultoni, M.Pd. dari HISKI Komisariat Banyumas, Dr. Mukti Wiodayati, M.Hum. dari Komisariat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, dan acara Tukar Tutur Sastra dipandu oleh Dr. Endah Imawati, M.Pd.

Dalam pengantarnya, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., sebagai Ketua Umum HISKI menyampaikan lima pertimbangan penyelenggaraan Tukar Tutur Sastra.

Pertama, mengaktifkan dan memberi ruang diskusi dan berbagi informasi untuk HISKI Komisariat yang tersebar dari Aceh Sampai Papua. Kedua, sastra sebagai gejala universal yang dihidupi oleh masing-masing dan setiap komunitas yang perlu ditemukan kaidah universalnya. Ketiga, demi kemajuan bersama seluruh dan masing-masing anggota HISKI, Komisariat sebagai representasi komunitas lokal dipandang perlu berkontribusi secara aktif. Keempat, fenomena kelokalan dalam bidang sastra berpotensi untuk memformulasikan semestaan sastra yang dihidupi oleh masyarakat Indonesia di masing-masing wilayah. Kelima, HISKI perlu memiliki informasi yang berangkap mengenai kelokalan dalam bidang sastra sebagai dokumentasi untuk mendukung pengembangan sastra dan kajian-kajiannya.

“Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan penerbitan buku bersama dari materi-materi yang telah digelar setiap bulan,” ujar Anoegrajekti.

Narasumber pertama, Nurhayati menyampaikan paparan berjudul “Teater Dulmuluk: Masa Lampau, Tantangan Masa Kini, dan Masa Depan”.

Pembahasan difokuskan terhadap perjalanan Teater Dulmuluk yang secara historis berasal dari syair yang dilantunkan dan kemudian bermetamorfosis menjadi seni pertunjukan. Saat ini Dulmuluk menjadi salah satu ikon Kota Palembang dan sekitarnya.

“Teater Dulmuluk menjadi bagian penting sejarah dan budaya Palembang dan sekitarnya dengan ciri khas masing-masing wilayah,” jelas Nurhayati.

Sebagai ikon kota Palembang, Teater Dulmuluk dihidupi oleh berbagai komunitas termasuk kampus-kampus sebagai salah satu pusat kebudayaan juga memiliki grup dulmuluk yang didukung oleh sivitas akademikanya.

HISKI Sumatera Selatan juga pernah mementaskan Dulmuluk dengan para pemain para anggota HISKI yang berasal dari Sumatera sampai Papua, pada tahun 2021 dan 2022.

Narasumber kedua, Sultoni menyampaikan materi berjudul “Lanskap Alam dalam Cerita Rakyat Banyumas”.

Dari sumber-sumber tertulis yang ada terdapat dua ratusan cerita rakyat yang ada di wilayah Banyumas. Hal tersebut menjadi harta kekayaan Indonesia yang merepresentasikan cara pandang dan kearifan masyarakat lokal Banyumas dalam merespons lingkungan dan kehidupan.

“Cerita rakyat merupakan dokumen yang memuat rekaman budaya dari masyarakat pemiliknya,” ujar Sultoni.

Berdasarkan pandangan tersebut, cerita rakyat berpotensi menjadi sumber pengetahuan yang bernilai bagi masyarakat lokal yang menjadi pemiliknya maupun masyarakat universal.

Narasumber ketiga, Widayati menyampaikan pembahasan berjudul “Tradisi Lisan di dalam Manuskrip Jawa: Menguak Potensi Wisata Religi di Sukoharjo”.

Sukoharjo memiliki peninggalan sejarah, seperti masjid dan makam yang berpotensi dikembangkan sebagai destinasi wisata religi.

“Di Universitas Veteran terdapat Rumah Arca yang merupakan laboratorium sejarah dengan koleksi arca-arca yang dikumpulkan dari berbagai lokasi di wilayah Sukoharjo,” urai Widayati.

Selesai paparan para narasumber, dilanjutkan diskusi. Berbagai pertanyaan kritis disampaikan oleh para peserta dan mendapat respons bagus dari para narasumber. Hingga akhir acara partisipan yang bertahan sekitar 290-an.

 ]]>
HISKI Pusat Selenggarakan Tukar Tutur Sastra yang Kedua

Berita Baru, Jakarta – HISKI (Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia) kembali selenggarakan “Tukar Tutur Sastra” yang kedua pada hari Sabtu, (17/02/2024) Via Zoom Meeting.

Tukar Tutur Sastra dirancang berlangsung setiap bulan sekali dengan menghadirkan narasumber para ketua komisariat yang ada dari Aceh sampai Papua. Kali ini narasumber yang hadir adalah Prof. Dr. Nurhayati, M.Pd. dari HISKI Komisariat Sumatera Selatan, Dr. Achmad Sultoni, M.Pd. dari HISKI Komisariat Banyumas, Dr. Mukti Wiodayati, M.Hum. dari Komisariat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, dan acara Tukar Tutur Sastra dipandu oleh Dr. Endah Imawati, M.Pd.

Dalam pengantarnya, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., sebagai Ketua Umum HISKI menyampaikan lima pertimbangan penyelenggaraan Tukar Tutur Sastra.

Pertama, mengaktifkan dan memberi ruang diskusi dan berbagi informasi untuk HISKI Komisariat yang tersebar dari Aceh Sampai Papua. Kedua, sastra sebagai gejala universal yang dihidupi oleh masing-masing dan setiap komunitas yang perlu ditemukan kaidah universalnya. Ketiga, demi kemajuan bersama seluruh dan masing-masing anggota HISKI, Komisariat sebagai representasi komunitas lokal dipandang perlu berkontribusi secara aktif. Keempat, fenomena kelokalan dalam bidang sastra berpotensi untuk memformulasikan semestaan sastra yang dihidupi oleh masyarakat Indonesia di masing-masing wilayah. Kelima, HISKI perlu memiliki informasi yang berangkap mengenai kelokalan dalam bidang sastra sebagai dokumentasi untuk mendukung pengembangan sastra dan kajian-kajiannya.

“Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan penerbitan buku bersama dari materi-materi yang telah digelar setiap bulan,” ujar Anoegrajekti.

Narasumber pertama, Nurhayati menyampaikan paparan berjudul “Teater Dulmuluk: Masa Lampau, Tantangan Masa Kini, dan Masa Depan”.

Pembahasan difokuskan terhadap perjalanan Teater Dulmuluk yang secara historis berasal dari syair yang dilantunkan dan kemudian bermetamorfosis menjadi seni pertunjukan. Saat ini Dulmuluk menjadi salah satu ikon Kota Palembang dan sekitarnya.

“Teater Dulmuluk menjadi bagian penting sejarah dan budaya Palembang dan sekitarnya dengan ciri khas masing-masing wilayah,” jelas Nurhayati.

Sebagai ikon kota Palembang, Teater Dulmuluk dihidupi oleh berbagai komunitas termasuk kampus-kampus sebagai salah satu pusat kebudayaan juga memiliki grup dulmuluk yang didukung oleh sivitas akademikanya.

HISKI Sumatera Selatan juga pernah mementaskan Dulmuluk dengan para pemain para anggota HISKI yang berasal dari Sumatera sampai Papua, pada tahun 2021 dan 2022.

Narasumber kedua, Sultoni menyampaikan materi berjudul “Lanskap Alam dalam Cerita Rakyat Banyumas”.

Dari sumber-sumber tertulis yang ada terdapat dua ratusan cerita rakyat yang ada di wilayah Banyumas. Hal tersebut menjadi harta kekayaan Indonesia yang merepresentasikan cara pandang dan kearifan masyarakat lokal Banyumas dalam merespons lingkungan dan kehidupan.

“Cerita rakyat merupakan dokumen yang memuat rekaman budaya dari masyarakat pemiliknya,” ujar Sultoni.

Berdasarkan pandangan tersebut, cerita rakyat berpotensi menjadi sumber pengetahuan yang bernilai bagi masyarakat lokal yang menjadi pemiliknya maupun masyarakat universal.

Narasumber ketiga, Widayati menyampaikan pembahasan berjudul “Tradisi Lisan di dalam Manuskrip Jawa: Menguak Potensi Wisata Religi di Sukoharjo”.

Sukoharjo memiliki peninggalan sejarah, seperti masjid dan makam yang berpotensi dikembangkan sebagai destinasi wisata religi.

“Di Universitas Veteran terdapat Rumah Arca yang merupakan laboratorium sejarah dengan koleksi arca-arca yang dikumpulkan dari berbagai lokasi di wilayah Sukoharjo,” urai Widayati.

Selesai paparan para narasumber, dilanjutkan diskusi. Berbagai pertanyaan kritis disampaikan oleh para peserta dan mendapat respons bagus dari para narasumber. Hingga akhir acara partisipan yang bertahan sekitar 290-an.

 ]]>
https://jatim.beritabaru.co/hiski-pusat-selenggarakan-tukar-tutur-sastra-yang-kedua/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2024/02/132b81cb-6c46-4167-813e-7c668eb95109-300x200.jpeg
Relawan Abdul Ghoni Gelar Kesenian Barongan Banyuwangi https://jatim.beritabaru.co/relawan-abdul-ghoni-gelar-kesenian-barongan-banyuwangi/ https://jatim.beritabaru.co/relawan-abdul-ghoni-gelar-kesenian-barongan-banyuwangi/#respond Mon, 05 Feb 2024 10:02:32 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=112736 Relawan Abdul Ghoni Gelar Kesenian Barongan Banyuwangi

Berita Baru, Banyuwangi - Relawan Abdul Ghoni Caleg DPR-RI Dapil Jawa Timur III (Banyuwangi-Situbondo-Bondowoso) bersama Pemuda Gontoran Kulon (Goku) Bersatu menggelar kesenian barongan Banyuwangi di Desa Rejosari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu 3 Februari 2024.

Meski diguyur hujan, aksi kesenian barongan dan tari gandrung yang ditampilkan oleh Gempar Budoyo berhasil menyedot perhatian masyarakat desa Rejosari.

Masyarakat hadir penuh antusias dan ramai-ramai mengabadikan momen penampilan kesenian barongan campursari tersebut dengan mengambil gambar melalui ponsel masing-masing.

Saat ditemui Beritabaru.co Jawa Timur, Abdul Ghoni mengatakan kegiatan ini digelar sebagai bentuk melestarikan kesenian dan kebudayaan. "Ide ini berawal dari pegiat seni barongan Banyuwangi, mereka sangat antusias untuk melesatarikan kebudayaan lokal," ucapnya.

Kesenian Barongan, bagi Ghoni merupakan kesenian yang sangat dekat dengan rakyat. "Semoga pagelaran seni ini mengobati kerinduan masyarakat terhadap kesenian barongan," terangnya.

Sementara itu, Pembina Gempar Budoyo Rudi Wahyono menyampaikan terimakasih kepada Abdul Ghoni karena sudah mensupport para pegiat kesenian.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu di desa kami sangat antusias dan mendukung sekali kepada bapak Abdul Ghoni," ucapnya. Ia juga berharap Abdul Ghoni dapat menyampaikan dan mengabulkan aspirasinya.

]]>
Relawan Abdul Ghoni Gelar Kesenian Barongan Banyuwangi

Berita Baru, Banyuwangi - Relawan Abdul Ghoni Caleg DPR-RI Dapil Jawa Timur III (Banyuwangi-Situbondo-Bondowoso) bersama Pemuda Gontoran Kulon (Goku) Bersatu menggelar kesenian barongan Banyuwangi di Desa Rejosari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu 3 Februari 2024.

Meski diguyur hujan, aksi kesenian barongan dan tari gandrung yang ditampilkan oleh Gempar Budoyo berhasil menyedot perhatian masyarakat desa Rejosari.

Masyarakat hadir penuh antusias dan ramai-ramai mengabadikan momen penampilan kesenian barongan campursari tersebut dengan mengambil gambar melalui ponsel masing-masing.

Saat ditemui Beritabaru.co Jawa Timur, Abdul Ghoni mengatakan kegiatan ini digelar sebagai bentuk melestarikan kesenian dan kebudayaan. "Ide ini berawal dari pegiat seni barongan Banyuwangi, mereka sangat antusias untuk melesatarikan kebudayaan lokal," ucapnya.

Kesenian Barongan, bagi Ghoni merupakan kesenian yang sangat dekat dengan rakyat. "Semoga pagelaran seni ini mengobati kerinduan masyarakat terhadap kesenian barongan," terangnya.

Sementara itu, Pembina Gempar Budoyo Rudi Wahyono menyampaikan terimakasih kepada Abdul Ghoni karena sudah mensupport para pegiat kesenian.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu di desa kami sangat antusias dan mendukung sekali kepada bapak Abdul Ghoni," ucapnya. Ia juga berharap Abdul Ghoni dapat menyampaikan dan mengabulkan aspirasinya.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/relawan-abdul-ghoni-gelar-kesenian-barongan-banyuwangi/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2024/02/2b417306-9518-434e-bbde-c35e340bcdd3-300x225.jpeg
Mengenal Baju Adat Jawa Timur https://jatim.beritabaru.co/mengenal-baju-adat-jawa-timur/ https://jatim.beritabaru.co/mengenal-baju-adat-jawa-timur/#respond Wed, 11 Oct 2023 16:06:11 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=110908 Mengenal Baju Adat Jawa Timur

Berita Baru, Surabaya - Mari mengenal baju adat Jawa Timur yang beraneka ragam. Kita memang harus memahami adat yang ada di Indonesia. Dengan begitu, adat istiadat di Indonesia akan terus lestari.

Indonesia memiliki beragam adat dan budaya yang penting untuk terus dilestarikan. Adat dan budaya ini menjadi salah satu kekayaan yang kita miliki. Untuk itu harus kita jaga agar tidak punah.

Salah satu hal yang bisa kita lestarikan adalah baju adat. Dengan banyaknya daerah dan suku, Indonesia pastinya memiliki banyak pakaian adat. Dari Sabang hingga Merauke memiliki pakaian adatnya masing-masing.

Mengenal Baju Adat Jawa Timur, Mulai Pesa'an Madura hingga Baju Manten

Baju adat di Indonesia sendiri memang sangat banyak. Bahkan satu daerah pun bisa memiliki banyak pakaian adat. Nah, agar baju-baju adat ini terus lestari setidaknya kita harus mengetahui macamnya.

Pengetahuan mengenai baju adat ini pastinya cukup penting untuk pelestarian adat dan budaya yang ada di Indonesia. Kita bisa memulai dengan mempelajari pakaian adat satu daerah. Nah, setelah itu kita bisa belajar tentang baju adat daerah-daerah lain.

Kamu bisa mulai dari baju adat Jawa Timur. Marilah kita lebih mengenal Baju Adat Jawa Timur. Berikut ini adalah beberapa Baju Adat Jawa Timur.

Pesa'an Madura

Baju Adat Pesa'an Madura

Madura menjadi salah satu wilayah dari Jawa Timur. Wilayah yang satu ini memang agak sedikit berbeda dengan wilayah lain yang ada di Jawa Timur. Madura merupakan pulau yang terpisah dari sebagian besar wilayah Jawa Timur.

Nah, seperti namanya Pesa'an Madura ini adalah baju adat dari Jawa Timur yang berasal dari Madura. Pakaian yang satu ini adalah pakaian adat yang digunakan untuk pria. Pakaian ini berupa kaos bergaris dengan warna merah dan putih, luaran lengan panjang hitam, serta celana hitam longgar.

Pesa'an ini biasanya dilengkapi dengan sabuk dan sarung pada bagian perut. Selain itu, biasanya juga dilengkapi dengan aksesoris kepala yang dinamakan Udheng.

Kebaya Rancongan

Kebaya Rancongan

Pakaian ini juga berasal dari Madura. Kebaya rancongan biasanya digunakan oleh wanita sebagai pasangan pengguna pesa'an. Kebaya ini memiliki bentuk runcing pada bagian bawah.

Atasan kebaya ini biasanya dipadukan dengan kain batik khas Jawa Timur, antara lain motif lasem, storjan, dan tebiruan. Penggunaan pakaian ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti sisir cucuk, giwang, dan kalung.

Jebeng dan Thulik

Jebeng dan Thulik

Pakaian ini berasal dari wilayah Banyuwangi. Jebeng digunakan oleh wanita dan Thulik digunakan oleh pria. Jebeng adalah kebaya polos dengan bawahan berupa kain khas dari Banyuwangi.

Thulik yakni pakaian dengan atasan panjang berwarna hitam dan memiliki kancing berwarna emas. Bawahan yang digunakan adalah celana panjang dengan warna senada. Sekarang pastinya kita lebih Mengenal Baju Adat Jawa Timur.

Baju Manten

Baju Manten

Dalam mengenal baju adat Jawa Timur, pastinya Baju Manten ini tidak boleh ketinggalan. Baju manten menjadi salah satu baju adat dari Jawa Timur. Baju yang satu ini khusus digunakan dalam acara pernikahan.

Nah, Baju manten ini memiliki ciri khas tersendiri dari setiap daerahnya. Jadi, tidak semua wilayah di Jawa Timur menggunakan jenis baju Manten yang sama. Banyak sekali jenis baju manten yang bisa kamu temukan di Jawa Timur ini.

Di Banyuwangi, Baju manten yang digunakan adalah Mupus Braen Blambangan. Sedangkan, di daerah Malang menggunakan pakaian pengantin keprabon Malang. Selain itu, pastinya masih banyak sekali pakaian manten yang ada di setiap daerah di Jawa Timur.

Baju Gothil

Baju Gothil Ponorogo

Ponorogo memiliki baju khas yang dinamakan Baju Gothil. Pakaian yang satu ini berupa atasan hitam polos dan juga bawahan hitam polos yang longgar. Celana ini biasanya diberi kolor pada bagian pinggang dari lawe dan dibiarkan menjuntai ke bawah

Baju yang satu ini biasanya digunakan oleh Pria Warok Ponorogo. Kamu bisa melihat pakaian ini di pertunjukan-pertunjukkan Reog Ponorogo. Pakaian yang satu ini menjadi salah satu pakaian adat yang cukup sederhana.

Dengan mengetahui ulasan di atas pastinya kita bisa lebih mengenal baju adat Jawa Timur. Wawasan kita terkait dengan baju adat pun menjadi lebih luas. Dengan begitu, kita bisa turut melestarikan baju adat yang ada di Indonesia khususnya Jawa Timur ini.

]]>
Mengenal Baju Adat Jawa Timur

Berita Baru, Surabaya - Mari mengenal baju adat Jawa Timur yang beraneka ragam. Kita memang harus memahami adat yang ada di Indonesia. Dengan begitu, adat istiadat di Indonesia akan terus lestari.

Indonesia memiliki beragam adat dan budaya yang penting untuk terus dilestarikan. Adat dan budaya ini menjadi salah satu kekayaan yang kita miliki. Untuk itu harus kita jaga agar tidak punah.

Salah satu hal yang bisa kita lestarikan adalah baju adat. Dengan banyaknya daerah dan suku, Indonesia pastinya memiliki banyak pakaian adat. Dari Sabang hingga Merauke memiliki pakaian adatnya masing-masing.

Mengenal Baju Adat Jawa Timur, Mulai Pesa'an Madura hingga Baju Manten

Baju adat di Indonesia sendiri memang sangat banyak. Bahkan satu daerah pun bisa memiliki banyak pakaian adat. Nah, agar baju-baju adat ini terus lestari setidaknya kita harus mengetahui macamnya.

Pengetahuan mengenai baju adat ini pastinya cukup penting untuk pelestarian adat dan budaya yang ada di Indonesia. Kita bisa memulai dengan mempelajari pakaian adat satu daerah. Nah, setelah itu kita bisa belajar tentang baju adat daerah-daerah lain.

Kamu bisa mulai dari baju adat Jawa Timur. Marilah kita lebih mengenal Baju Adat Jawa Timur. Berikut ini adalah beberapa Baju Adat Jawa Timur.

Pesa'an Madura

Baju Adat Pesa'an Madura

Madura menjadi salah satu wilayah dari Jawa Timur. Wilayah yang satu ini memang agak sedikit berbeda dengan wilayah lain yang ada di Jawa Timur. Madura merupakan pulau yang terpisah dari sebagian besar wilayah Jawa Timur.

Nah, seperti namanya Pesa'an Madura ini adalah baju adat dari Jawa Timur yang berasal dari Madura. Pakaian yang satu ini adalah pakaian adat yang digunakan untuk pria. Pakaian ini berupa kaos bergaris dengan warna merah dan putih, luaran lengan panjang hitam, serta celana hitam longgar.

Pesa'an ini biasanya dilengkapi dengan sabuk dan sarung pada bagian perut. Selain itu, biasanya juga dilengkapi dengan aksesoris kepala yang dinamakan Udheng.

Kebaya Rancongan

Kebaya Rancongan

Pakaian ini juga berasal dari Madura. Kebaya rancongan biasanya digunakan oleh wanita sebagai pasangan pengguna pesa'an. Kebaya ini memiliki bentuk runcing pada bagian bawah.

Atasan kebaya ini biasanya dipadukan dengan kain batik khas Jawa Timur, antara lain motif lasem, storjan, dan tebiruan. Penggunaan pakaian ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti sisir cucuk, giwang, dan kalung.

Jebeng dan Thulik

Jebeng dan Thulik

Pakaian ini berasal dari wilayah Banyuwangi. Jebeng digunakan oleh wanita dan Thulik digunakan oleh pria. Jebeng adalah kebaya polos dengan bawahan berupa kain khas dari Banyuwangi.

Thulik yakni pakaian dengan atasan panjang berwarna hitam dan memiliki kancing berwarna emas. Bawahan yang digunakan adalah celana panjang dengan warna senada. Sekarang pastinya kita lebih Mengenal Baju Adat Jawa Timur.

Baju Manten

Baju Manten

Dalam mengenal baju adat Jawa Timur, pastinya Baju Manten ini tidak boleh ketinggalan. Baju manten menjadi salah satu baju adat dari Jawa Timur. Baju yang satu ini khusus digunakan dalam acara pernikahan.

Nah, Baju manten ini memiliki ciri khas tersendiri dari setiap daerahnya. Jadi, tidak semua wilayah di Jawa Timur menggunakan jenis baju Manten yang sama. Banyak sekali jenis baju manten yang bisa kamu temukan di Jawa Timur ini.

Di Banyuwangi, Baju manten yang digunakan adalah Mupus Braen Blambangan. Sedangkan, di daerah Malang menggunakan pakaian pengantin keprabon Malang. Selain itu, pastinya masih banyak sekali pakaian manten yang ada di setiap daerah di Jawa Timur.

Baju Gothil

Baju Gothil Ponorogo

Ponorogo memiliki baju khas yang dinamakan Baju Gothil. Pakaian yang satu ini berupa atasan hitam polos dan juga bawahan hitam polos yang longgar. Celana ini biasanya diberi kolor pada bagian pinggang dari lawe dan dibiarkan menjuntai ke bawah

Baju yang satu ini biasanya digunakan oleh Pria Warok Ponorogo. Kamu bisa melihat pakaian ini di pertunjukan-pertunjukkan Reog Ponorogo. Pakaian yang satu ini menjadi salah satu pakaian adat yang cukup sederhana.

Dengan mengetahui ulasan di atas pastinya kita bisa lebih mengenal baju adat Jawa Timur. Wawasan kita terkait dengan baju adat pun menjadi lebih luas. Dengan begitu, kita bisa turut melestarikan baju adat yang ada di Indonesia khususnya Jawa Timur ini.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/mengenal-baju-adat-jawa-timur/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2023/10/IMG_5276-300x200.jpeg
Komunitas Sastra Asal Bondowoso Meraih Anugerah Sutasoma https://jatim.beritabaru.co/komunitas-sastra-asal-bondowoso-meraih-anugerah-sutasoma/ https://jatim.beritabaru.co/komunitas-sastra-asal-bondowoso-meraih-anugerah-sutasoma/#respond Thu, 05 Oct 2023 06:48:20 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=110738 Komunitas Sastra Asal Bondowoso Meraih Anugerah Sutasoma

Berita Baru, Surabaya - Komunitas Seni dan Budaya 3A asal Bondowoso meraih anugerah sastra Sutasoma untuk kategori komunitas sastra terbaik di Jawa Timur. Pemberian Anugerah ini digelar oleh Balai Bahasa Jawa Timur di Gedung Cak Durasim pada hari Kamis 5 Oktober 2023.

Gus Nov, sapaan akrab Novi Agus Triono sebagai ketua komunitas 3A dalam sambutannya menyampaikan banyak terima kasih kepada balai bahasa Jawa Timur atas penghargaan yang diraih oleh komunitasnya.

"Penghargaan ini merupakan bentuk motivasi kepada kami yang selama ini bekerja dalam bidang sastra, tulis-menulis, dan drama untuk terus giat bekerja demi kemanusiaan," sambut Gus Nov

Dihubungi lebih lanjut, Alif Raung Firdaus, penyair Bondowoso yang sekaligus pengurus dari komunitas 3A juga menyampaikan bahwa anugerah yang diraih oleh komunitasnya merupakan bentuk apresiasi stakeholder bahasa dan sastra Jawa Timur terhadap pegiat sastra yang patut disyukuri.

"Anugerah ini merupakan penghargaan kepada kami sekaligus lecutan untuk kerja ke depan agar lebih baik lagi. Agar tidak berhenti mengabdikan diri pada dunia yang telah kami tekuni, yakni dunia seni, sastra pada khususnya," pungkas Alif Raung.

Sebagaimana diketahui, Anugerah Sutasoma merupakan penghargaan bergengsi bagi para pelaku sastra di Jawa Timur. Selain penghargaan bagi komunitas sastra terbaik, ada juga kategori guru bahasa terbaik, pegiat sastra terbaik, karya terbaik, hingga pegiat bahasa daerah terbaik.

]]>
Komunitas Sastra Asal Bondowoso Meraih Anugerah Sutasoma

Berita Baru, Surabaya - Komunitas Seni dan Budaya 3A asal Bondowoso meraih anugerah sastra Sutasoma untuk kategori komunitas sastra terbaik di Jawa Timur. Pemberian Anugerah ini digelar oleh Balai Bahasa Jawa Timur di Gedung Cak Durasim pada hari Kamis 5 Oktober 2023.

Gus Nov, sapaan akrab Novi Agus Triono sebagai ketua komunitas 3A dalam sambutannya menyampaikan banyak terima kasih kepada balai bahasa Jawa Timur atas penghargaan yang diraih oleh komunitasnya.

"Penghargaan ini merupakan bentuk motivasi kepada kami yang selama ini bekerja dalam bidang sastra, tulis-menulis, dan drama untuk terus giat bekerja demi kemanusiaan," sambut Gus Nov

Dihubungi lebih lanjut, Alif Raung Firdaus, penyair Bondowoso yang sekaligus pengurus dari komunitas 3A juga menyampaikan bahwa anugerah yang diraih oleh komunitasnya merupakan bentuk apresiasi stakeholder bahasa dan sastra Jawa Timur terhadap pegiat sastra yang patut disyukuri.

"Anugerah ini merupakan penghargaan kepada kami sekaligus lecutan untuk kerja ke depan agar lebih baik lagi. Agar tidak berhenti mengabdikan diri pada dunia yang telah kami tekuni, yakni dunia seni, sastra pada khususnya," pungkas Alif Raung.

Sebagaimana diketahui, Anugerah Sutasoma merupakan penghargaan bergengsi bagi para pelaku sastra di Jawa Timur. Selain penghargaan bagi komunitas sastra terbaik, ada juga kategori guru bahasa terbaik, pegiat sastra terbaik, karya terbaik, hingga pegiat bahasa daerah terbaik.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/komunitas-sastra-asal-bondowoso-meraih-anugerah-sutasoma/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2023/10/ad1f756c-8be5-42cd-b4e7-9fc02ee21ec5-300x248.jpeg
Tim Periset Universitas Negeri Jakarta Sebarkan Gagasan dan Selenggarakan Evaluasi Pergelaran Gandrung Terob “Ayo Gandrungan”  https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-universitas-negeri-jakarta-sebarkan-gagasan-dan-selenggarakan-evaluasi-pergelaran-gandrung-terob-ayo-gandrungan/ https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-universitas-negeri-jakarta-sebarkan-gagasan-dan-selenggarakan-evaluasi-pergelaran-gandrung-terob-ayo-gandrungan/#respond Mon, 11 Sep 2023 08:16:41 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=109996 Tim Periset Universitas Negeri Jakarta Sebarkan Gagasan dan Selenggarakan Evaluasi Pergelaran Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” 

Berita Baru, Banyuwangi – Tim periset UNJ selenggarakan evaluasi pergelaran gandrung terob “Ayo Gandrungan” (10 September 2023), bertempat di Rumah Budaya Osing yang dipimpin Kang Purwadi dan sekaligus sebagai mitra riset yang berperan besar dalam mengorganisasi kegiatan.

Evaluasi dihadiri juga oleh mitra riset, Disbudpar Kabupaten Banyuwangi, Yayasan Kiling Osing Banyuwangi, Sanggar tari Sopo Ngiro, serta DKB, budayawan, pemimpin sanggar tari, dan panjak.

Dalam sambutannya, Ketua tim periset, Novi Anoegrajekti menyampaikan bahwa Gelar Gandrung Terob, “Ayo Gandrungan!” sebagai ruang uji coba hasil pewarisan melalui pelatihan yang telah berlangsung Minggu, 25 Juni 2023 dan mendapat respons positif dari semua pihak, termasuk dari kalangan birokrat Banyuwangi.

“Ibu, Bapak pada kesempatan ini, kita berhimpun bersama untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan Gelar Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” yang telah berlangsung dan hasilnya dapat dilihat melalui tautan youtube," ujarnya. 

Arah pewarisan selanjutnya adalah panjak, utamanya kluncing, kendang, dan biola. Pewarisan lainnya adalah untuk pemaju dan generasi milenial.

Panjak perlu menjadi prioritas karena penari gandrung terob tidak memiliki tim panjak. Para gandrung pada umumnya mengambil panjak secara comotan ‘meminta panjak dari berbagai grup’. 

“Kesulitan mendapatkan panjak, utamanya kluncing, kendang, dan biola akibat kelangkaan pemain musik tersebut, memerlukan tidak lanjut berupa pewarisan melalui pelatihan," jelasnya. 

Kluncing memberikan instruksi kepada gandrung untuk melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung. Kendang memandu irama dan gerak penari gandrung untuk semua adegan yang dengan sendirinya memerlukan pemahaman terhadap gerakan semua adegan gandrung.

“Saya bisa menjadi seperti sekarang ini karena dikelilingi oleh orang-orang hebat, Bu Temu, Ohm Bari, Bu Mudaiyah, dan Alm Ayah saya”, ujar Haidi lugas.

Biola menjadi melodi yang menuntut pemain menguasai semua notasi tembang gandrung mulai dari topengan, jejer, repenan, paju, dan seblang-seblang. 

“Selain adegan topengan, pergelaran gandrung di masa lalu, ada yang diawali bondan, gambyong, atau remong,” jelas Subari Sofyan.

Bondan dan gambyong berasal dari Jawa Tengah sedangkan remong berasal dari Surabaya. Hal tersebut dimaknai sebagai upaya penari gandrung menunjukkan kekhususannya. Kemungkinan lainnya atas permintaan penanggap yang diselaraskan dengan seni di daerah asal mereka.

Pengembangan Lanjut

Modal awal telah dimiliki oleh tiga peserta pelatihan, yaitu Fika, Lusi, dan Rina. Kesediaan menerima tanggapan telah diniatkan oleh ketiganya. Langkah selanjutnya adalah menghidupkan dan mengaktifkan partisipasi ekosistem yang dari seni tradisi gandrung, seperti pelaku seni gandrung, penanggap, penonton/penikmat, pedagang, dan youtuber.

“Kehadiran penari gandrung terob memerlukan ruang aktualisasi diri berupa panggung tanggapan oleh keluarga, organisasi, instansi, atau korporasi.”

Jika dianalogikan sebagai pengemudi, ketiga penari gandrung telah memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) yang berarti telah memiliki kewenangan legal formal. Akan tetapi ketiganya perlu terus berjuang meningkatkan keterampilan dan kepiawaiannya menghadapi beragam tantangan agar semakin menguasai medan pergelaran gandrung profesional.

Seminar Gandrung Terob

Sehari sebelumnya, Sabtu, 9 September 2023 berlangsung seminar “Gandrung Terob” yang diselenggarakan oleh Tim Indonesiana bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan Dewan Kesenian Blambangan. 

Seminar diselenggarakan di Hotel Poliwangi Jinggo. Seminar menghadirkan narasumber, Bapak Choliqul Ridha dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bapak Hasan Basri dari Dewan Kesenian Blambangan, dan Novi Anoegrajekti, periset seni tradisi gandrung dari Universitas Negeri Jakarta. 

Seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 (lima puluh) peserta tersebut membahas masa depan seni tradisi gandrung agar semakin diminati oleh generasi milenial. Banyak masukan yang disampaikan oleh para peserta yang memperkaya alternatif pengembangan seni tradisi gandrung.

]]>
Tim Periset Universitas Negeri Jakarta Sebarkan Gagasan dan Selenggarakan Evaluasi Pergelaran Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” 

Berita Baru, Banyuwangi – Tim periset UNJ selenggarakan evaluasi pergelaran gandrung terob “Ayo Gandrungan” (10 September 2023), bertempat di Rumah Budaya Osing yang dipimpin Kang Purwadi dan sekaligus sebagai mitra riset yang berperan besar dalam mengorganisasi kegiatan.

Evaluasi dihadiri juga oleh mitra riset, Disbudpar Kabupaten Banyuwangi, Yayasan Kiling Osing Banyuwangi, Sanggar tari Sopo Ngiro, serta DKB, budayawan, pemimpin sanggar tari, dan panjak.

Dalam sambutannya, Ketua tim periset, Novi Anoegrajekti menyampaikan bahwa Gelar Gandrung Terob, “Ayo Gandrungan!” sebagai ruang uji coba hasil pewarisan melalui pelatihan yang telah berlangsung Minggu, 25 Juni 2023 dan mendapat respons positif dari semua pihak, termasuk dari kalangan birokrat Banyuwangi.

“Ibu, Bapak pada kesempatan ini, kita berhimpun bersama untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan Gelar Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” yang telah berlangsung dan hasilnya dapat dilihat melalui tautan youtube," ujarnya. 

Arah pewarisan selanjutnya adalah panjak, utamanya kluncing, kendang, dan biola. Pewarisan lainnya adalah untuk pemaju dan generasi milenial.

Panjak perlu menjadi prioritas karena penari gandrung terob tidak memiliki tim panjak. Para gandrung pada umumnya mengambil panjak secara comotan ‘meminta panjak dari berbagai grup’. 

“Kesulitan mendapatkan panjak, utamanya kluncing, kendang, dan biola akibat kelangkaan pemain musik tersebut, memerlukan tidak lanjut berupa pewarisan melalui pelatihan," jelasnya. 

Kluncing memberikan instruksi kepada gandrung untuk melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung. Kendang memandu irama dan gerak penari gandrung untuk semua adegan yang dengan sendirinya memerlukan pemahaman terhadap gerakan semua adegan gandrung.

“Saya bisa menjadi seperti sekarang ini karena dikelilingi oleh orang-orang hebat, Bu Temu, Ohm Bari, Bu Mudaiyah, dan Alm Ayah saya”, ujar Haidi lugas.

Biola menjadi melodi yang menuntut pemain menguasai semua notasi tembang gandrung mulai dari topengan, jejer, repenan, paju, dan seblang-seblang. 

“Selain adegan topengan, pergelaran gandrung di masa lalu, ada yang diawali bondan, gambyong, atau remong,” jelas Subari Sofyan.

Bondan dan gambyong berasal dari Jawa Tengah sedangkan remong berasal dari Surabaya. Hal tersebut dimaknai sebagai upaya penari gandrung menunjukkan kekhususannya. Kemungkinan lainnya atas permintaan penanggap yang diselaraskan dengan seni di daerah asal mereka.

Pengembangan Lanjut

Modal awal telah dimiliki oleh tiga peserta pelatihan, yaitu Fika, Lusi, dan Rina. Kesediaan menerima tanggapan telah diniatkan oleh ketiganya. Langkah selanjutnya adalah menghidupkan dan mengaktifkan partisipasi ekosistem yang dari seni tradisi gandrung, seperti pelaku seni gandrung, penanggap, penonton/penikmat, pedagang, dan youtuber.

“Kehadiran penari gandrung terob memerlukan ruang aktualisasi diri berupa panggung tanggapan oleh keluarga, organisasi, instansi, atau korporasi.”

Jika dianalogikan sebagai pengemudi, ketiga penari gandrung telah memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) yang berarti telah memiliki kewenangan legal formal. Akan tetapi ketiganya perlu terus berjuang meningkatkan keterampilan dan kepiawaiannya menghadapi beragam tantangan agar semakin menguasai medan pergelaran gandrung profesional.

Seminar Gandrung Terob

Sehari sebelumnya, Sabtu, 9 September 2023 berlangsung seminar “Gandrung Terob” yang diselenggarakan oleh Tim Indonesiana bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan Dewan Kesenian Blambangan. 

Seminar diselenggarakan di Hotel Poliwangi Jinggo. Seminar menghadirkan narasumber, Bapak Choliqul Ridha dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bapak Hasan Basri dari Dewan Kesenian Blambangan, dan Novi Anoegrajekti, periset seni tradisi gandrung dari Universitas Negeri Jakarta. 

Seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 (lima puluh) peserta tersebut membahas masa depan seni tradisi gandrung agar semakin diminati oleh generasi milenial. Banyak masukan yang disampaikan oleh para peserta yang memperkaya alternatif pengembangan seni tradisi gandrung.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-universitas-negeri-jakarta-sebarkan-gagasan-dan-selenggarakan-evaluasi-pergelaran-gandrung-terob-ayo-gandrungan/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2023/09/d1bd216c-0f1c-480b-9a57-524179f5b678-300x225.jpeg
Turut Membangun Literasi Budaya Megalitikum, Tim Pengabdian METAKULTURA UNEJ Selenggarakan Sarasehan Budaya di Situs Duplang https://jatim.beritabaru.co/turut-membangun-literasi-budaya-megalitikum-tim-pengabdian-metakultura-unej-selenggarakan-sarasehan-budaya-di-situs-duplang/ https://jatim.beritabaru.co/turut-membangun-literasi-budaya-megalitikum-tim-pengabdian-metakultura-unej-selenggarakan-sarasehan-budaya-di-situs-duplang/#respond Wed, 26 Jul 2023 16:17:58 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=109170 Turut Membangun Literasi Budaya Megalitikum, Tim Pengabdian METAKULTURA UNEJ Selenggarakan Sarasehan Budaya di Situs Duplang

Berita Baru, Jember - Dalam rangka turut membangun literasi budaya megalitikum, Pusat Riset METAKULTURA mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Kamal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember dalam bentuk Sarasehan Budaya. Sarasehan dengan mengundang narasumber akademisi dari UNEJ dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember, diikuti oleh perangkat desa, Jupel situs Duplang, Pokdarswis, dan warga setempat, dilaksanakan di Pendapa Parkir Wisata Situs Duplang, Minggu (22/7/2023).

Sarasehan dengan tema “Optimalisasi Potensi Desa Megalitikum Kamal” diawali dengan tampilan seni tradisi lokal berupa teater rakyat dan nyanyian rakyat, yakni Gendungan dan Mamaca. Kegiatan sarasehan diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran untuk meningkatkan daya tarik Situs Duplang dan budaya lokal di Desa Kamal sebagai destinasi wisata budaya. Selain itu, juga untuk mendorong kesadaran masyarakat setempat dalam meningkatkan pengelolaan khazanah dan benda-benda budaya di lingkungan Desa Kamal.

Sebagai salah satu kelompok riset pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jember, METAKULTURA turut ambil bagian dalam nguri-uri khazanah megalitikum yang didominasi oleh benda budaya berupa batu kenong tersebut. Tim Pengabdian diketuai oleh Edy Hariyadi, S.S., M.Si., dengan anggota Dra. Titik Maslikatin, M.Hum., Siswanto, S.Pd., M.A., dan Dr. Heru S.P. Saputra, M.Hum. Pelaksanaan pengabdian ini telah memasuki tahun kedua.

Sekdes Desa Kamal, Zainal Arifin, yang mewakili Kades, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih atas diselenggarakannya kegiatan sarasehan budaya yang mengangkat tentang Desa Megalitikum Kamal. Dirinya senantiasa mendorong berbagai pihak yang ada di lingkungan Desa Kamal untuk terus menjaga kekayaan benda-benda megalitikum di Kamal. Bahkan, menurutnya, perlu terus ditingkatkan pengelolaannya. “Para seniman Gedungan dan Mamaca ini juga perlu dilakukan regenerasi,” jelas Zainal.

Sementara itu, Edy Hariyadi sebagai ketua kegiatan pengabdian, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran serta berbagai pihak untuk turut membangun Desa Kamal guna melestarikan desa wisata berbasis budaya megalitikum tersebut. Menurutnya, pengelolaan Desa Megalitikum Kamal perlu terus dikembangkan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung, apalagi sudah dibangun pendopo dan kelengkapan untuk UMKM. Edy juga mengungkapkan kekagumannya ketika pertama kali memasuki area Situs Duplang. “Saya seperti memasuki dunia lain. Wilayah dengan nuansa situs megalitikum,” jelas Edy.  

Sarasehan Budaya dipandu oleh moderator Siswanto, S.Pd., M.A., dosen PBSI FKIP UNEJ sekaligus anggota METAKULTURA, dengan dua Pembicara, yakni Dr. Sukatman, M.Pd., dosen PBSI FKIP UNEJ dan Dhebora Krisnowati S., S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, dengan Pewara Moh. Bagus Zainur R., mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNEJ.

Sukatman, yang mempresentasikan materi berjudul “Situs Duplang” mengawali dengan konogram “SELO DUPLANG ING KAMAL PANDHAK”, yakni Selo (1) Dupa (6) elang (9) ing Kamal (6) Pandhak (0), 06--9—61 Saka ±139 Masehi. Hal tersebut berisi pesan bahwa Raja Selo Saka menunduk (hormat) kepada Raja Elang dengan menandai daerah Kamal Arjasa Jember sampai Pandhak Tapen Bondowoso sebagai wilayah terlarang (duplang) dan dilindungi negara.

Pada bagian lain, Sukatman yang telah malang melintang melakukan riset tentang situs-situs di Jawa Timur, khususnya dengan perspektif mitologi, menjelaskan bahwa Batu Duplang merupakan satu bukti kebudayaan awal tahun Saka. Disebutkan bahwa Batu Duplang dibangun sebagai penanda daerah swatantra karena wilayah karesian (sesuai Negarakertagama), setidaknya sejak Raja Saka alias Resi Withadarma. Dijelaskan pula bahwa Abad 1 di Nusantara sudah ada negara bernama Medang Kamulan. “Bukti lisan dan megalitikum di Jawa Timur relatif kaya. Perlu dikaji hal serupa di Pulau Jawa bagian lainnya dan dikembangkan untuk industri wisata dan edukasi,” jelas Sukatman.

Dhebora Krisnowati S., sebagai pembicara yang merepresentasikan perspektif pemerintah, senantiasa mendorong agar masyarakat setempat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap khazanah di Desa Kamal, khususnya terkait Situs Duplang. Disampaikan pula bahwa pemerintah senantiasa mendukung dan memfasilitasi upaya untuk memajukan destinasi wisata megalitikum. “Kamal memiliki ciri khas kultural, harus dipertahankan dan dikelola dengan seoptimal mungkin, termasuk seni tradisi Gendungan dan Mamaca ini” tandas Dhebora.

]]>
Turut Membangun Literasi Budaya Megalitikum, Tim Pengabdian METAKULTURA UNEJ Selenggarakan Sarasehan Budaya di Situs Duplang

Berita Baru, Jember - Dalam rangka turut membangun literasi budaya megalitikum, Pusat Riset METAKULTURA mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Kamal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember dalam bentuk Sarasehan Budaya. Sarasehan dengan mengundang narasumber akademisi dari UNEJ dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember, diikuti oleh perangkat desa, Jupel situs Duplang, Pokdarswis, dan warga setempat, dilaksanakan di Pendapa Parkir Wisata Situs Duplang, Minggu (22/7/2023).

Sarasehan dengan tema “Optimalisasi Potensi Desa Megalitikum Kamal” diawali dengan tampilan seni tradisi lokal berupa teater rakyat dan nyanyian rakyat, yakni Gendungan dan Mamaca. Kegiatan sarasehan diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran untuk meningkatkan daya tarik Situs Duplang dan budaya lokal di Desa Kamal sebagai destinasi wisata budaya. Selain itu, juga untuk mendorong kesadaran masyarakat setempat dalam meningkatkan pengelolaan khazanah dan benda-benda budaya di lingkungan Desa Kamal.

Sebagai salah satu kelompok riset pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jember, METAKULTURA turut ambil bagian dalam nguri-uri khazanah megalitikum yang didominasi oleh benda budaya berupa batu kenong tersebut. Tim Pengabdian diketuai oleh Edy Hariyadi, S.S., M.Si., dengan anggota Dra. Titik Maslikatin, M.Hum., Siswanto, S.Pd., M.A., dan Dr. Heru S.P. Saputra, M.Hum. Pelaksanaan pengabdian ini telah memasuki tahun kedua.

Sekdes Desa Kamal, Zainal Arifin, yang mewakili Kades, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih atas diselenggarakannya kegiatan sarasehan budaya yang mengangkat tentang Desa Megalitikum Kamal. Dirinya senantiasa mendorong berbagai pihak yang ada di lingkungan Desa Kamal untuk terus menjaga kekayaan benda-benda megalitikum di Kamal. Bahkan, menurutnya, perlu terus ditingkatkan pengelolaannya. “Para seniman Gedungan dan Mamaca ini juga perlu dilakukan regenerasi,” jelas Zainal.

Sementara itu, Edy Hariyadi sebagai ketua kegiatan pengabdian, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran serta berbagai pihak untuk turut membangun Desa Kamal guna melestarikan desa wisata berbasis budaya megalitikum tersebut. Menurutnya, pengelolaan Desa Megalitikum Kamal perlu terus dikembangkan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung, apalagi sudah dibangun pendopo dan kelengkapan untuk UMKM. Edy juga mengungkapkan kekagumannya ketika pertama kali memasuki area Situs Duplang. “Saya seperti memasuki dunia lain. Wilayah dengan nuansa situs megalitikum,” jelas Edy.  

Sarasehan Budaya dipandu oleh moderator Siswanto, S.Pd., M.A., dosen PBSI FKIP UNEJ sekaligus anggota METAKULTURA, dengan dua Pembicara, yakni Dr. Sukatman, M.Pd., dosen PBSI FKIP UNEJ dan Dhebora Krisnowati S., S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, dengan Pewara Moh. Bagus Zainur R., mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNEJ.

Sukatman, yang mempresentasikan materi berjudul “Situs Duplang” mengawali dengan konogram “SELO DUPLANG ING KAMAL PANDHAK”, yakni Selo (1) Dupa (6) elang (9) ing Kamal (6) Pandhak (0), 06--9—61 Saka ±139 Masehi. Hal tersebut berisi pesan bahwa Raja Selo Saka menunduk (hormat) kepada Raja Elang dengan menandai daerah Kamal Arjasa Jember sampai Pandhak Tapen Bondowoso sebagai wilayah terlarang (duplang) dan dilindungi negara.

Pada bagian lain, Sukatman yang telah malang melintang melakukan riset tentang situs-situs di Jawa Timur, khususnya dengan perspektif mitologi, menjelaskan bahwa Batu Duplang merupakan satu bukti kebudayaan awal tahun Saka. Disebutkan bahwa Batu Duplang dibangun sebagai penanda daerah swatantra karena wilayah karesian (sesuai Negarakertagama), setidaknya sejak Raja Saka alias Resi Withadarma. Dijelaskan pula bahwa Abad 1 di Nusantara sudah ada negara bernama Medang Kamulan. “Bukti lisan dan megalitikum di Jawa Timur relatif kaya. Perlu dikaji hal serupa di Pulau Jawa bagian lainnya dan dikembangkan untuk industri wisata dan edukasi,” jelas Sukatman.

Dhebora Krisnowati S., sebagai pembicara yang merepresentasikan perspektif pemerintah, senantiasa mendorong agar masyarakat setempat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap khazanah di Desa Kamal, khususnya terkait Situs Duplang. Disampaikan pula bahwa pemerintah senantiasa mendukung dan memfasilitasi upaya untuk memajukan destinasi wisata megalitikum. “Kamal memiliki ciri khas kultural, harus dipertahankan dan dikelola dengan seoptimal mungkin, termasuk seni tradisi Gendungan dan Mamaca ini” tandas Dhebora.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/turut-membangun-literasi-budaya-megalitikum-tim-pengabdian-metakultura-unej-selenggarakan-sarasehan-budaya-di-situs-duplang/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2023/07/IMG_2664-300x225.jpeg
Merawat Tembang Dolanan dari Pesisir Banyuwangi https://jatim.beritabaru.co/merawat-tembang-dolanan-dari-pesisir-banyuwangi/ https://jatim.beritabaru.co/merawat-tembang-dolanan-dari-pesisir-banyuwangi/#respond Mon, 17 Jul 2023 13:36:46 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=109026 Merawat Tembang Dolanan dari Pesisir Banyuwangi

Berita Baru, Banyuwangi - Di era digitalisasi dan globalisasi yang terus berkembang, tembang dolanan, warisan budaya tradisional Indonesia, telah menemukan ruang baru untuk bertransformasi dan tetap hidup di tengah perkembangan teknologi dan pengaruh global.

Tembang dolanan, yang biasanya dinyanyikan oleh anak-anak saat bermain, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, popularitas tembang dolanan sempat meredup seiring dengan perubahan minat dan gaya hidup anak-anak.

Permainan anak atau Dolanan merupakan salah satu bentuk kesenian yang lahir dari naluri alami anak. Bentuk pengimplementasianya menggunakan bahasa, gerak tubuh, bahkan simbol sebagai sarana pembelajaran bahkan nasihat.

Bahkan dolanan pun mengandung filosofi yang kuat dalam pembentukan karakter untuk budi pekerti anak dan identitas lokal. Hal inilah yang memantik dosen PBSI FKIP UNEJ dalam kegiatan eduwisata berbasis digitalisasi tembang dolanan.

Kegiatan pengembangan eduwisata berbasis literasi bahari ini merupakan bagian dari skema program pengabdian pada tahun kedua dari tim keris Sastralis-Inkrea. Pada tahun kedua ini difokuskan pada digitalisasi tembang dolanan anak nelayan Muncar Banyuwangi, setelah tahun pertama difokuskan pada pengembangan media pembelajaran berbasis literasi bahari.

“Skema pengembangan eduwisata berbasis digitalisasi tembang dolanan anak nelayan Muncar ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa proses penyelamatan khazanah budaya anak nelayan ini penting dan memiliki makna edukasi, terutama bagi anak-anak. Tentu, proses digitalisasi tembang dolanan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada waktu jangka panjang. Oleh karena itu, dokumentasi melalui media digital seperti ini merupakan kerja kebudayaan yang patut diapresiasi untuk siapapun yang mau terlibat di dalamnya,” ujar Akhmad Taufiq, ketua pengabdian Kelompok Riset Sastra, Tradisi Lisan, dan Industri Kreatif (Tralis Inkrea).

Menurut Izzat Ramsi, salah satu aktivis literasi bahari dari Putera Nelayan (Punel) bahwa gerakan literasi bahari ini lahir karena kita punya kegelisahan. Ia mengatakan banyak teman-teman atau anak-anak kampung pesisir Muncar tidak bisa baca. Di samping itu masalah putus sekolah juga banyak.

Kondisi ini direspon oleh teman-teman Rumah Baca Ikan (RBI Muncar) untuk memberikan motivasi, literasi, dan melatih mental anak-anak. Harapannya ke depan semoga makin banyak yang peduli dalam membangun masa depan anak pesisir Muncar.

“Semoga terus bersinergi gerakan literasi ini baik dengan pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan akademisi,” tutur Izzat.

Dalam kesempatan yang sama, Adi Prayogo sebagai Ketua RBI Muncar menjelaskan bahwa salah satunya bentuk dolanan beserta tembangnya yang dimiliki oleh anak pesisir kalimoro - Muncar.

"Sebenarmya banyak ya, tadi hanya beberapa tembang dolanan yang dimainkan yakni, Pos Tapos, Puk Krupuken, Paman Doli, Si Kaya Si miskin. Anak-anak tadi yang ikut ada sekitar 60-an, belum orang tuanya dan masyarakat yang terlibat langsung,” ungkapnya.

Permainan atau dolanan tersebut, Adi melanjutkan, merupakan potensi lokal yang lahir secara alamiah dari anak pesisir Kalimoro Muncar. Anak pesisir Kalimoro Muncar yang identik dengan tempat dolanannya di sebuah tepian pantai/pesisir banyak melahirkan ide-ide dolanan yang sangat kreatif.

Ia mengungkapkan, anak pesisir Kalimoro Muncar setiap harinya selalu bermain di pesisir, bahkan pesisir itu sudah menjadi semacam taman bermain yang indah. Setiap sore menjelang senja, anak Kalimoro tak lepas dari halaman pesisir untuk bermain.

“Maka dari itu, dolanan seperti yang dilakukan oleh Anak Pesisir kalimoro Muncar perlu kita jaga dan rawat keberadaanya,” pungkasnya.

Dengan adanya perubahan ini, tembang dolanan tidak hanya tetap hidup, tetapi juga menemukan kebangkitan baru di era digitalisasi dan globalisasi. Melalui adaptasi kreatif dan pemanfaatan teknologi, tembang dolanan telah berhasil mempertahankan keasliannya sambil beradaptasi dengan tren modern. Fenomena ini membuktikan bahwa budaya tradisional dapat tetap relevan dan berharga di tengah perubahan zaman, mengikuti langkah dengan teknologi dan memanfaatkannya sebagai sarana penyebaran yang luas.

Tembang dolanan adalah harta karun budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam era digital ini, kita dapat menyaksikan perpaduan yang menarik antara warisan budaya tradisional dan teknologi modern, memungkinkan generasi muda untuk merasakan keindahan dan keunikan tembang dolanan dengan cara yang baru dan menarik.

]]>
Merawat Tembang Dolanan dari Pesisir Banyuwangi

Berita Baru, Banyuwangi - Di era digitalisasi dan globalisasi yang terus berkembang, tembang dolanan, warisan budaya tradisional Indonesia, telah menemukan ruang baru untuk bertransformasi dan tetap hidup di tengah perkembangan teknologi dan pengaruh global.

Tembang dolanan, yang biasanya dinyanyikan oleh anak-anak saat bermain, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, popularitas tembang dolanan sempat meredup seiring dengan perubahan minat dan gaya hidup anak-anak.

Permainan anak atau Dolanan merupakan salah satu bentuk kesenian yang lahir dari naluri alami anak. Bentuk pengimplementasianya menggunakan bahasa, gerak tubuh, bahkan simbol sebagai sarana pembelajaran bahkan nasihat.

Bahkan dolanan pun mengandung filosofi yang kuat dalam pembentukan karakter untuk budi pekerti anak dan identitas lokal. Hal inilah yang memantik dosen PBSI FKIP UNEJ dalam kegiatan eduwisata berbasis digitalisasi tembang dolanan.

Kegiatan pengembangan eduwisata berbasis literasi bahari ini merupakan bagian dari skema program pengabdian pada tahun kedua dari tim keris Sastralis-Inkrea. Pada tahun kedua ini difokuskan pada digitalisasi tembang dolanan anak nelayan Muncar Banyuwangi, setelah tahun pertama difokuskan pada pengembangan media pembelajaran berbasis literasi bahari.

“Skema pengembangan eduwisata berbasis digitalisasi tembang dolanan anak nelayan Muncar ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa proses penyelamatan khazanah budaya anak nelayan ini penting dan memiliki makna edukasi, terutama bagi anak-anak. Tentu, proses digitalisasi tembang dolanan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada waktu jangka panjang. Oleh karena itu, dokumentasi melalui media digital seperti ini merupakan kerja kebudayaan yang patut diapresiasi untuk siapapun yang mau terlibat di dalamnya,” ujar Akhmad Taufiq, ketua pengabdian Kelompok Riset Sastra, Tradisi Lisan, dan Industri Kreatif (Tralis Inkrea).

Menurut Izzat Ramsi, salah satu aktivis literasi bahari dari Putera Nelayan (Punel) bahwa gerakan literasi bahari ini lahir karena kita punya kegelisahan. Ia mengatakan banyak teman-teman atau anak-anak kampung pesisir Muncar tidak bisa baca. Di samping itu masalah putus sekolah juga banyak.

Kondisi ini direspon oleh teman-teman Rumah Baca Ikan (RBI Muncar) untuk memberikan motivasi, literasi, dan melatih mental anak-anak. Harapannya ke depan semoga makin banyak yang peduli dalam membangun masa depan anak pesisir Muncar.

“Semoga terus bersinergi gerakan literasi ini baik dengan pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan akademisi,” tutur Izzat.

Dalam kesempatan yang sama, Adi Prayogo sebagai Ketua RBI Muncar menjelaskan bahwa salah satunya bentuk dolanan beserta tembangnya yang dimiliki oleh anak pesisir kalimoro - Muncar.

"Sebenarmya banyak ya, tadi hanya beberapa tembang dolanan yang dimainkan yakni, Pos Tapos, Puk Krupuken, Paman Doli, Si Kaya Si miskin. Anak-anak tadi yang ikut ada sekitar 60-an, belum orang tuanya dan masyarakat yang terlibat langsung,” ungkapnya.

Permainan atau dolanan tersebut, Adi melanjutkan, merupakan potensi lokal yang lahir secara alamiah dari anak pesisir Kalimoro Muncar. Anak pesisir Kalimoro Muncar yang identik dengan tempat dolanannya di sebuah tepian pantai/pesisir banyak melahirkan ide-ide dolanan yang sangat kreatif.

Ia mengungkapkan, anak pesisir Kalimoro Muncar setiap harinya selalu bermain di pesisir, bahkan pesisir itu sudah menjadi semacam taman bermain yang indah. Setiap sore menjelang senja, anak Kalimoro tak lepas dari halaman pesisir untuk bermain.

“Maka dari itu, dolanan seperti yang dilakukan oleh Anak Pesisir kalimoro Muncar perlu kita jaga dan rawat keberadaanya,” pungkasnya.

Dengan adanya perubahan ini, tembang dolanan tidak hanya tetap hidup, tetapi juga menemukan kebangkitan baru di era digitalisasi dan globalisasi. Melalui adaptasi kreatif dan pemanfaatan teknologi, tembang dolanan telah berhasil mempertahankan keasliannya sambil beradaptasi dengan tren modern. Fenomena ini membuktikan bahwa budaya tradisional dapat tetap relevan dan berharga di tengah perubahan zaman, mengikuti langkah dengan teknologi dan memanfaatkannya sebagai sarana penyebaran yang luas.

Tembang dolanan adalah harta karun budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam era digital ini, kita dapat menyaksikan perpaduan yang menarik antara warisan budaya tradisional dan teknologi modern, memungkinkan generasi muda untuk merasakan keindahan dan keunikan tembang dolanan dengan cara yang baru dan menarik.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/merawat-tembang-dolanan-dari-pesisir-banyuwangi/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2023/07/9e5ef6ff-c301-4800-953d-11f2834c2963-300x226.jpeg
Tim Periset UNJ bersama Disbudpar Kabupaten Banyuwangi Gelar FGD Pewarisan Seni Tradisi Gandrung Terob https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-unj-bersama-disbudpar-kabupaten-banyuwangi-gelar-fgd-pewarisan-seni-tradisi-gandrung-terob/ https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-unj-bersama-disbudpar-kabupaten-banyuwangi-gelar-fgd-pewarisan-seni-tradisi-gandrung-terob/#respond Mon, 26 Jun 2023 11:22:17 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=108798 Tim Periset UNJ bersama Disbudpar Kabupaten Banyuwangi Gelar FGD Pewarisan Seni Tradisi Gandrung Terob

Berita Baru, Banyuwangi - Tim Periset UNJ bersama Disbudpar Kabupaten Banyuwangi Gelar FGD Pewarisan Seni Tradisi Gandrung Terob pada hari Sabtu, (24/06/2023) di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. 

FGD untuk menghimpun respons dan harapan kalangan pelaku seni gandrung, budayawan, pelaku industri kreatif, DKB, LP2M Untag, dan tokoh masyarakat dengan menghadirkan dua puluh peserta dari berbagai kalangan.

Kergiatan ini sebagai salah satu wujud luaran penelitian terapan yang didanai DRTPM tahun 2023 dengan mengujicobakan hasil melalui pergelaran gandrung terob yang dikaitkan dengan Calender Banyuwangi Festival (BFes).

Pewarisan dilakukan melalui pelatihan gandrung terob dengan metode nyantrik, yaitu peserta pelatihan mengikuti kegiatan gandrung yang menjadi guru pilihannya. Dua penari gandrung (Lusi dan Rina) berada di bawah bimbingan Bu Temu Misti dan satu peserta (Fika) di bawah bimbingan Bu Mudaiyah.

FGD menghadirkan dua narasumber, yaitu Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. (UNJ) sebagai ketua tim periset dan Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A. (UNESA) sebagai pembahas. 

Dalam sambutan pembuka Anoegrajekti, menyampaikan produk dari pelatihan. 

“Hasil pelatihan ini telah melahirkan tiga penari gandrung yang akan meramaikan pergelaran gandrung terob di Banyuwangi. 

Gerak dan cengkok tembang gandrung Banyuwangi telah terasa, dan perlu terus diasah dan dikembangkan,” ujar Anoegrajekti.

PLH Disbudpar, Choliqul Ridha menyampaikan rasa senangnya menjadi mitra riset yang secara konsisten menggali dan mengembangkan seni tradisi di Banyuwangi. 

“Terima kasih kepada Prof Novi bersama tim yang terus melakukan inovasi dan kreasi melalui riset yang diselenggarakan di Banyuwangi,” jelas Ridha.

Metode “Nyantrik”

Dalam paparannya, Anoegrajekti menyampaikan perjalanan riset di Banyuwangi yang sudah berlangsung sejak tahun 1997. 

Pelatihan dengan metode “nyantrik” merupakan keputusan bersama yang dihimpun melalui observasi, wawancara, dan dialog dengan pelaku seni, budayawan, birokrat, dan DKB.

“Kang Purwadi sebagai mitra riset dalam serangkaian FGD dan pertemuan informal, secara konsisten berharap pelatihan dengan metode nyantrik yang memberikan tanggung jawab kepada pelatih untuk terus mendampingi agar menjadi penari gandrung yang berkualitas”, ungkap Anoegrajekti.

Dalam paparannya, Setya Yuwana memandang bahwa metode “nyantrik” yang memerlukan keterlibatan total murid dalam keseluruhan aktivitas guru dipandang efektif sebagai cara pewarisan seni tradisi.

“Pilihan metode nyantrik sesuai untuk model pewarisan seni tradisi gandrung,” ungkap Setya Yuwana. Dicontohkan juga seperti yang terjadi pada Prof. Suripan dan Prof. Teeuw yang melibatkan para muridnya dalam kegiatan sehari-hari di keluarganya, seperti berbelanja dan mengepel.

Selesai paparan dilanjutkan dengan diskusi dan pembahasan yang disampaikan oleh para peserta FGD. 

Kalangan youtuber mengalami kendala dalam mendokumentasi dan memublikasi pergelaran gandrung karena penggunaan minuman keras (bir dan sejenisnya). “Botol minuman keras yang tertangkap kamera menjadi citra negatif,” ungkap para youtuber.

Situasi seperti di atas memerlukan hadirnya negara (pemerintah kabupaten Banyuwangi) melalui regulasi yang mengikat seluruh anggota masyarakatnya, seperti yang disampaikan oleh Purwadi. Selanjutnya ketua DKB menyampaikan bahwa gandrung saat ini telah di terima di kalangan pesantren dan sekolah-sekolah berafiliasi Islam.

Keberterimaan tersebut menunjukkan keterbukaan masyarakat dan kemampuan para seni yang terus berinovasi dan berkreasi agar berterima di kalangan masyarakat.

]]>
Tim Periset UNJ bersama Disbudpar Kabupaten Banyuwangi Gelar FGD Pewarisan Seni Tradisi Gandrung Terob

Berita Baru, Banyuwangi - Tim Periset UNJ bersama Disbudpar Kabupaten Banyuwangi Gelar FGD Pewarisan Seni Tradisi Gandrung Terob pada hari Sabtu, (24/06/2023) di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. 

FGD untuk menghimpun respons dan harapan kalangan pelaku seni gandrung, budayawan, pelaku industri kreatif, DKB, LP2M Untag, dan tokoh masyarakat dengan menghadirkan dua puluh peserta dari berbagai kalangan.

Kergiatan ini sebagai salah satu wujud luaran penelitian terapan yang didanai DRTPM tahun 2023 dengan mengujicobakan hasil melalui pergelaran gandrung terob yang dikaitkan dengan Calender Banyuwangi Festival (BFes).

Pewarisan dilakukan melalui pelatihan gandrung terob dengan metode nyantrik, yaitu peserta pelatihan mengikuti kegiatan gandrung yang menjadi guru pilihannya. Dua penari gandrung (Lusi dan Rina) berada di bawah bimbingan Bu Temu Misti dan satu peserta (Fika) di bawah bimbingan Bu Mudaiyah.

FGD menghadirkan dua narasumber, yaitu Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. (UNJ) sebagai ketua tim periset dan Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A. (UNESA) sebagai pembahas. 

Dalam sambutan pembuka Anoegrajekti, menyampaikan produk dari pelatihan. 

“Hasil pelatihan ini telah melahirkan tiga penari gandrung yang akan meramaikan pergelaran gandrung terob di Banyuwangi. 

Gerak dan cengkok tembang gandrung Banyuwangi telah terasa, dan perlu terus diasah dan dikembangkan,” ujar Anoegrajekti.

PLH Disbudpar, Choliqul Ridha menyampaikan rasa senangnya menjadi mitra riset yang secara konsisten menggali dan mengembangkan seni tradisi di Banyuwangi. 

“Terima kasih kepada Prof Novi bersama tim yang terus melakukan inovasi dan kreasi melalui riset yang diselenggarakan di Banyuwangi,” jelas Ridha.

Metode “Nyantrik”

Dalam paparannya, Anoegrajekti menyampaikan perjalanan riset di Banyuwangi yang sudah berlangsung sejak tahun 1997. 

Pelatihan dengan metode “nyantrik” merupakan keputusan bersama yang dihimpun melalui observasi, wawancara, dan dialog dengan pelaku seni, budayawan, birokrat, dan DKB.

“Kang Purwadi sebagai mitra riset dalam serangkaian FGD dan pertemuan informal, secara konsisten berharap pelatihan dengan metode nyantrik yang memberikan tanggung jawab kepada pelatih untuk terus mendampingi agar menjadi penari gandrung yang berkualitas”, ungkap Anoegrajekti.

Dalam paparannya, Setya Yuwana memandang bahwa metode “nyantrik” yang memerlukan keterlibatan total murid dalam keseluruhan aktivitas guru dipandang efektif sebagai cara pewarisan seni tradisi.

“Pilihan metode nyantrik sesuai untuk model pewarisan seni tradisi gandrung,” ungkap Setya Yuwana. Dicontohkan juga seperti yang terjadi pada Prof. Suripan dan Prof. Teeuw yang melibatkan para muridnya dalam kegiatan sehari-hari di keluarganya, seperti berbelanja dan mengepel.

Selesai paparan dilanjutkan dengan diskusi dan pembahasan yang disampaikan oleh para peserta FGD. 

Kalangan youtuber mengalami kendala dalam mendokumentasi dan memublikasi pergelaran gandrung karena penggunaan minuman keras (bir dan sejenisnya). “Botol minuman keras yang tertangkap kamera menjadi citra negatif,” ungkap para youtuber.

Situasi seperti di atas memerlukan hadirnya negara (pemerintah kabupaten Banyuwangi) melalui regulasi yang mengikat seluruh anggota masyarakatnya, seperti yang disampaikan oleh Purwadi. Selanjutnya ketua DKB menyampaikan bahwa gandrung saat ini telah di terima di kalangan pesantren dan sekolah-sekolah berafiliasi Islam.

Keberterimaan tersebut menunjukkan keterbukaan masyarakat dan kemampuan para seni yang terus berinovasi dan berkreasi agar berterima di kalangan masyarakat.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-unj-bersama-disbudpar-kabupaten-banyuwangi-gelar-fgd-pewarisan-seni-tradisi-gandrung-terob/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2023/06/672c505b-7515-400a-8a98-f7066a9146d2-300x225.jpeg
Tim Periset UNJ Selenggarakan Pergelaran Gandrung Terob Hasil Pelatihan https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-unj-selenggarakan-pergelaran-gandrung-terob-hasil-pelatihan/ https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-unj-selenggarakan-pergelaran-gandrung-terob-hasil-pelatihan/#respond Mon, 26 Jun 2023 11:01:54 +0000 https://jatim.beritabaru.co/?p=108792 Tim Periset UNJ Selenggarakan Pergelaran Gandrung Terob Hasil Pelatihan

Berita Baru, Banyuwangi - Tim Periset UNJ bersama Mitra Risetnya, Disbudpar Kabupaten Banyuwangi, Kiling Osing Banyuwangi, Sanggar Sopo Ngiro, dan Rumah Budaya Osing selenggarakan pergelaran gandrung terob hasil pelatihan. Pergelaran gandrung berlangsung Minggu, (25/06/2023) di Sekretarias Rumah Budaya Osing, Kemiren, Banyuwangi. 

Pergelaran gandrung sebagai ujicoba hasil penelitian terapan yang didanai DRTPM tahun 2023. Hasil berupa produk, yaitu gandrung profesional baru yang dibina oleh dua penari gandrung terob, Bu Mudaiyah dan Bu Temu Misti.

Dalam sambutannya ketua tim periset, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. menyampaikan bahwa Gandrung merupakan seni tradisi warisan para leluhur menjadi penciri dan identitas masyarakat Banyuwangi.

“Gandrung secara historis menjadi tonggak seni yang berakar pada sejarah perjuangan masyarakat Banyuwangi,” jelas Anoegrajekti.

PLH Disbudpar, Choliqul Ridha menyampaikan bahwa telah banyak hasil yang diraih melalui penelitian ini, antara lain desain batik gandrung yang menjadi motif kain yang dikenakan oleh para gandrung senior pada malam hari ini.

“Terima kasih Prof Novi dan tim yang telah ikut memajukan kesenian di Banyuwangi melalui riset-riset yang secara konsisten dilakukan di Banyuwangi,” ungkap Ridha.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi, Bapak Dwiyanto dalam sambutan pembukaannya menyampaikan harapan-harapan agar gandrung dikenal oleh generasi milenial dengan melakukan inovasi dan kreasi, seperti dalam hal durasi pergelaran dan alat musik pengiring.

“Saat ini yang diperlukan adalah aksi nyata melalui transformasi agar gandrung diminati oleh generasi milenial, seperti yang telah dilakukan seperti pada malam hari ini,” jelas Dwiyanto.

Pergelaran Gandrung Terob

Selesai sambutan acara dilanjutkan dengan pergelaran seni tradisi gandrung terob hasil pelatihan.

Tiga penari gandrung muda (Fika, Lusi, dan Rina) meragakan adegan topengan, jejer gandrung, repenan, dan paju gandrung, sedangkan adegan seblang-seblang dibawakan oleh lima gandrung senior yang meramaikan pergelaran ini, yaitu Bu Darti, Bu Mudaiyah, Bu Siti, Bu Sunasih, dan Bu Temu.

Para penari gandrung muda sudah menampakkan bakat dalam membawakan tembang-tembang gandrung dengan cengkok Banyuwangi. Sementara itu, para gandrung senior juga masih menampakkan kepiawaian dan keterampilannya dalam gerakan tari, oleh vokal, dan penguasaan irama musik sehingga terjalin sebuah harmoni yang memesona.

Disampaikan oleh Kang Purwadi yang memandu pergelaran gandrung bahwa masyarakat Kemiren tentu merindukan adegan seblang-seblang yang saat ini sudah cenderung ditinggalkan oleh para penari gandrung terob. 

Pada adegan paju, tampil para penari profesional, seperti Pak Us, Pak Subari Sofyan, dan Pak Sabar Hariyanto, yang tampil mengesankan dengan kelincahan, kelenturan, dan kepiawaiannya dalam berimproviassi menciptakan gerakan-gerakan indah.

Pergelaran diakhiri dengan adegan seblang-seblang yang secara bergiliran tembang dan tari dibawakan oleh para gandrung senior.

]]>
Tim Periset UNJ Selenggarakan Pergelaran Gandrung Terob Hasil Pelatihan

Berita Baru, Banyuwangi - Tim Periset UNJ bersama Mitra Risetnya, Disbudpar Kabupaten Banyuwangi, Kiling Osing Banyuwangi, Sanggar Sopo Ngiro, dan Rumah Budaya Osing selenggarakan pergelaran gandrung terob hasil pelatihan. Pergelaran gandrung berlangsung Minggu, (25/06/2023) di Sekretarias Rumah Budaya Osing, Kemiren, Banyuwangi. 

Pergelaran gandrung sebagai ujicoba hasil penelitian terapan yang didanai DRTPM tahun 2023. Hasil berupa produk, yaitu gandrung profesional baru yang dibina oleh dua penari gandrung terob, Bu Mudaiyah dan Bu Temu Misti.

Dalam sambutannya ketua tim periset, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. menyampaikan bahwa Gandrung merupakan seni tradisi warisan para leluhur menjadi penciri dan identitas masyarakat Banyuwangi.

“Gandrung secara historis menjadi tonggak seni yang berakar pada sejarah perjuangan masyarakat Banyuwangi,” jelas Anoegrajekti.

PLH Disbudpar, Choliqul Ridha menyampaikan bahwa telah banyak hasil yang diraih melalui penelitian ini, antara lain desain batik gandrung yang menjadi motif kain yang dikenakan oleh para gandrung senior pada malam hari ini.

“Terima kasih Prof Novi dan tim yang telah ikut memajukan kesenian di Banyuwangi melalui riset-riset yang secara konsisten dilakukan di Banyuwangi,” ungkap Ridha.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi, Bapak Dwiyanto dalam sambutan pembukaannya menyampaikan harapan-harapan agar gandrung dikenal oleh generasi milenial dengan melakukan inovasi dan kreasi, seperti dalam hal durasi pergelaran dan alat musik pengiring.

“Saat ini yang diperlukan adalah aksi nyata melalui transformasi agar gandrung diminati oleh generasi milenial, seperti yang telah dilakukan seperti pada malam hari ini,” jelas Dwiyanto.

Pergelaran Gandrung Terob

Selesai sambutan acara dilanjutkan dengan pergelaran seni tradisi gandrung terob hasil pelatihan.

Tiga penari gandrung muda (Fika, Lusi, dan Rina) meragakan adegan topengan, jejer gandrung, repenan, dan paju gandrung, sedangkan adegan seblang-seblang dibawakan oleh lima gandrung senior yang meramaikan pergelaran ini, yaitu Bu Darti, Bu Mudaiyah, Bu Siti, Bu Sunasih, dan Bu Temu.

Para penari gandrung muda sudah menampakkan bakat dalam membawakan tembang-tembang gandrung dengan cengkok Banyuwangi. Sementara itu, para gandrung senior juga masih menampakkan kepiawaian dan keterampilannya dalam gerakan tari, oleh vokal, dan penguasaan irama musik sehingga terjalin sebuah harmoni yang memesona.

Disampaikan oleh Kang Purwadi yang memandu pergelaran gandrung bahwa masyarakat Kemiren tentu merindukan adegan seblang-seblang yang saat ini sudah cenderung ditinggalkan oleh para penari gandrung terob. 

Pada adegan paju, tampil para penari profesional, seperti Pak Us, Pak Subari Sofyan, dan Pak Sabar Hariyanto, yang tampil mengesankan dengan kelincahan, kelenturan, dan kepiawaiannya dalam berimproviassi menciptakan gerakan-gerakan indah.

Pergelaran diakhiri dengan adegan seblang-seblang yang secara bergiliran tembang dan tari dibawakan oleh para gandrung senior.

]]>
https://jatim.beritabaru.co/tim-periset-unj-selenggarakan-pergelaran-gandrung-terob-hasil-pelatihan/feed/ 0 https://jatim.beritabaru.co/wp-content/uploads/sites/6/2023/06/3cfd191a-c0dc-449e-9d30-47c92ada031c-300x245.jpeg