Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bupati Gresik Mengisahkan Sejarah Tradisi Sanggring

Bupati Gresik Mengisahkan Sejarah Tradisi Sanggring



Berita Baru, Gresik – Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menceritakan sekilas sejarah tentang awal mula tradisi Sanggring atau Kolak Ayam di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar. Sebagai kota yang berusia ratusan tahun, Gresik kaya akan berbagai macam warisan tradisi, Salah satunya adalah tradisi Sanggring. Tradisi ini rutin dijalankan selama ratusan tahun setiap malam 23 ramadhan oleh masyarakat Gumeno.

“Nah pemudi pemuda ini tahukah tradisi sanggring ini awal mulanya dari mana ? Karena kolak ayam ini identik dengan Gresik, Identik dengan Gumeno jangan sampai pemuda Gumeno sendiri tidak tahu asal usulnya, Lalu nanti siapa yang akan meneruskan tradisi ini?,” tanya Bupati Gresik, H. Fandi Akhmad Yani saat menghadiri acara ‘Semarak Sanggring ke 497’ di Masjid Sunan Dalem, Desa Gumeno, Minggu (24/4).

“Gresik merupakan kota tua banyak peradaban banyak warisan, tradisi, budaya dan sejarah-sejarah yang harus tetap kita lestarikan,” imbuhnya.

Bupati Gresik menyebut, tradisi sanggring kolak ayam di malam ke 23 bulan Ramadhan merupakan salah satu warisan budaya kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Gumeno. Tradisi tersebut telah berjalan turun temurun sejak masa dakwah Putra Sunan Giri pada 1540 lalu.

“Asal mulanya tradisi Kolak Ayam ini tidak lepas dari kisah Sunan Dalem Putra kedua dari Kanjeng Sunan Giri yang membangun masjid di Desa Gumeno sebagai usaha dalam menyebarkan syiar Islam, Setelah tidak lama masjid yang di bangunnya berdiri Kanjeng Sunan Dalem malah jatuh sakit di Desa Gumeno pula,” beber dia.

Dikatakan, karena sakit yang dideritanya ia selalu mengkonsumsi rempah-rempah yang berasal dari daging ayam, jinten dan berbagai macam campuran rempah, Resep ini Konon katanya diberikan langsung oleh Mbah Kanjeng Sunan Giri melalui mimpi Sunan Dalem. Kemudian resep inilah yang terus dipakai sampai dilestarikan menjadi tradisi Sanggring Kolak Ayam.

“Nama Sanggring berasal dari kata Sang yang artinya Raja/Penggedhe dan Gring yang artinya gering atau sakit. Jadi Sanggring artinya raja yang sakit. Kepatuhan kepada beliau, maka warga Desa Gumeno selalu melanjutkan tradisi tersebut setiap tahun. Juga disebut Kolak Ayam karena bahan utamanya memang berupa daging ayam yang dimasak menggunakan santan sehingga menyerupai kolak, “terang Bupati Gus Yani sapaannya.

Prosesi memasak Kolak Ayam yang pertama tersebut bertepatan pada tanggal 22 Ramadhan 946 H (31 Januari 1540 M). Sunan Dalem kemudian berwasiat kepada semua penduduk agar tiap-tiap tahun pada malam tanggal 23 bulan Ramadhan diadakan Sanggring / Kolak Ayam.

“Lalu Uniknya lagi proses pembuatan kolak ayam yang selalu menarik perhatian saya adalah dimasak bersama sama dan pemasaknya harus laki-laki.” ungkapnya.

Sebagai kepala daerah, Bupati Gus Yani mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Gumeno yang selalu berupaya tetap mempertahankan tradisi warisan budaya Takbenda Sanggring/Kolak ayam setiap malam ke 23 di bulan Ramadhan yang sampai saat ini tetap bertahan dan selalu ramai setiap tahunnya.

“Terima kasih kepada masyarakat Desa Gumeno, karena telah mempertahankan warisan budaya Takbenda, Tradisi kolak ayam yang turun temurun hingga saat ini. Dan tradisi ini merupakan kearifan lokal yang harus dipertahankan dan dilestarikan, mengingat Gresik adalah kota wali dan kota santri,” kata Bupati Gus Yani.

“Jangan lupakan warisan budaya, sejarah atau tradisi-tradisi pendahulu kita, karena itu juga merupakan sarana silaturahmi, sarana dakwah yang sangat bermanfaat bagi kita semua,” tutup Bupati Gus Yani.

Sementara Kepala Desa Gumeno, Hasan Fatoni menambahkan, tradisi Sanggring Kolak Ayam sejak dilanda Pandemi COVID-19 selama dua tahun tetap diadakan namun tidak dibuka untuk umum hanya menyediakan untuk warga lokal saja dan alhamdulillah tahun ini kita buka untuk umum.

“Untuk membuat 3000 bungkus Kolak Ayam dibutuhkan 750 kg gula merah, 250 ekor ayam, 2 kuintal bawang daun, 700 butir kelapa, dan 50 kg jinten bubuk,” ungkapnya.

“Untuk biaya pembuatan kolak ayam sendiri telah menghabiskan biaya sekitar 130 juta dan Alhamdulillah sebagian dibantu oleh beberapa perusahaan di Kabupaten Gresik.” pungkasnya.

beras