Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Catatan Refleksi Menyambut Konkoorcab PMII Jatim XXIV
Ketua PC PMII Kota Malang, Moh Sa’i Yusuf

Catatan Refleksi Menyambut Konkoorcab PMII Jatim XXIV



Oleh: Moh Sa’i Yusuf*

Kolom – Sebelum memulai catatan sumir ini, izinkan al-faqir mengucapkan minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin. Di momentum bulan Syawal, semoga kita kembali ke fitrah, serta kesucian senantiasa kita senantiasa ada, dan terus mengalir dalam dzohir maupun batin kita semua amin. Ikhtiar untuk terus berbenah terus kita lakukan. Keistiqomahan berjuang dan belajar di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, salah satunya.

Kelahiran PMII bukan tanpa alasan. Bukan pula lahir di ruang hampa. PMII merupakan organisasi yang tak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan dalam bermasyarakat. Aktivitas keorganisasian tidak lepas dari emosional, intelektual, digital dan spiritual. Tentu ini menjadi standart dasar, yang dapat terasah dan terbentuk melalui pola pendidikan pengkaderan yang ada di tubuh perisai bintang sembilan ini.

Tentu tanpa menafikan sejarah bahwa setiap perjuangan yang digerakkan oleh PMII dapat dibaca dan dirasakan oleh seluruh kader tanpa terkecuali. Dengan harapan dan cita-cita besar yang menjadi spirit juang kita sebagai seorang kader yang berbasis nilai. Perbaikan dalam tataran kaderisasi menjadi sebuah keniscayaan dari organisasi tercinta ini. Diisi dengan pelbagai sifat dan sikap kader, itu dapat dinetralisir oleh pendidikan pengkaderan yang efektif. Sebab, konsep kaderisasi itu tak dapat dilepaskan dari ideologisasi dan transformasi nilai.

Dalam waktu dekat, Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Timur akan melaksanakan perhelatan Koonkorcab XXIV. Obrolan dan perbincangan menjadi kondisi yang otomatis terjadi. Lebih-lebih sosok yang laik untuk melanjutkan roda organisasi PKC PMII jawa timur dalam kurun waktu 2 – 3 tahun kedepan.

Namun, terlepas dari perbincangan itu, ada hal yang lebih penting untuk digalakkan oleh kader secara kolektif, yakni gagasan perbaikan PMII Jawa Timur di masa yang akan datang. Wabil khusus konsep kaderisasi yang mapan. Sebagai seorang kader selayaknya tak berkacamata kuda, menutup mata, bahwa basis dari setumpuk kader PMII berada di setiap kampus yang harus terdidik dengan baik dan progresif.

Kita tahu bahwa Jawa Timur merupakan provinsi terbanyak perguruan tingginya kedua setelah Jawa Barat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mecatat setidaknya ada 17 perguruan tinggi negeri dan 321 perguruan tinggi swasta yang mewarnai dinamika pergerakan mahasiswa di Jawa Timur. Data Kemendikbud itu bukan sekadar angka dan statistika. Lebih dari itu ia adalah sebuah wadah yang di dalamnya terdapat pelbagai potensi mahasiswa. Lantas pertanyaannya, di samping perdebatan tetek bengek soal percaturan politik PKC Jawa Timur, apakah kader-kader itu telah mendapatkan ruang di kepala pejabat PMII?

Pertanyaan itu sudah sepatutnya dilihat sebagai sebuah otokritik. Bukan tanpa alasan, sebab cita-cita untuk menjadikan PMII Jawa Timur sebagai barometer kaderisasi di level nasional manjadi satu keniscayaan sejati. Dengan kemampuan kader yang dimiliki serta faktor pendukung lainnya iklim ini harus harus tercipta di PMII Jawa Timur. Mandat proses atas ghirah PMII secara ideologis dengan tujuan kiprah kader ke depan tidak jauh dari nilai ke-PMII-an yang terdidik sejak di struktur.

Hal ini cukup menjadi pekerjaan rumah kita bersama di tubuh PMII. Dengan pelbagai dinamika dihadapi, sebagai seorang kader terdidik untuk menjadi manusia dewasa, serta dituntut melihat tantangan zaman. Baik yang dihadapi saat ini, atau yang akan dihadapi di masa akan datang. Maka dari itu menciptakan “free market of idea”, menjadi satu keharusan untuk seluruh kader dijawa timur. Supaya tercipta perbincangan serta berbagai perdebatan yang paradigmatik dan subtantif.

Dengan visi cemerlang Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII Mohammad Abdullah Syukri tentu seluruh kader terutama yang ada di struktur, untuk menciptakan iklim kehidupan PMII yang baik dengan nuansa intelektual dan visioner. Dengan begitu korps dengan kapal besar biru kuning ini, menjadi satu jawaban untuk mengambil peran sebagai tugas kekhalifahan di setiap aspek kehidupan dalam realitas sosial. Sehingga adanya PMII betul – betul terasa di seluruh elemen masyarakat dalam kehidupan berbangsa yang berkebudayaan dan berperadaban.

Salam pergerakan.

beras