Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Di Balik Warna Logo Baru Unej
(Ilustrasi: Instagram @unrevokeless)

Di Balik Warna Logo Baru Unej




Wajah Baru Universitas Jember: Apakah Rektor Baru Mencintai Warna Merah?

Oleh: Rizal Kurniawan

Bangun tidur, saya cukup kaget ketika mendengar kabar ada semacam revisi warna logo Universitas Jember (UNEJ). Ketika saya melihat dan mencermati pelan-pelan, memang benar, ada sedikit sentuhan inovasi dari yang awalnya berwarna hitam berganti menjadi merah. Meski hanya sekedar urusan gradasi warna, namun topik ini agaknya penting dibahas dan sayang sekali jika dilewatkan. Yang baju lambang merah jangan sampai lolos, yang baju warna merah jangan sampai lolos, kata Kasino.

Aneh saja, ketika kebijakan-kebijakan Rektorat UNEJ melalui Surat Edaran tentang subsidi pembelajaran daring yang tak kunjung kelar, substansi dari satu surat belum terealisasi, ada lagi surat yang keluar, surat edaran terbaru belum rampung, ada lagi surat edaran yang lebih baru lagi. Pada akhirnya, dalam hati saya bertanya pelan. Pelan sekali. Memangnya surat-surat edaran yang dikeluarkan Rektorat itu sebelumnya ada proses kajian komprehensif yang mendalam tidak sih? Atau hanya semacam bentuk kebijakan yang lahir dari spontanitas, pemikiran banal dan sikap kegrusa-grusuhan belaka, kok rasa-rasanya surat edaran tidak lebih berharga dari bungkus penjual kacang hangat di alun-alun.

Oke, balik ke lambang UNEJ. Mungkin bagi sebagian mahasiswa ada yang bertanya-tanya, kenapa harus merah? Soalnya, semenjak bapak Rektor baru ini menjabat, kok rasa-rasanya apa-apa menjadi merah semua. Mulai baliho ucapan selamat atas terpilihnya Rektor dan sekarang lambang UNEJ yang disisipi dan dikasih sentuhan warna merah. Terlepas dari cocokologi, saya tidak tau alasannya apa, mungkin bapak Rektor yang baru sekarang ini punya ketertarikan tersendiri dengan warna merah, atau faktor dan hal lain yang mungkin rasanya tidak etis untuk disebutkan di sini. Kenapa kok tidak cokelat agar lambangnya terkesan lebih organik dan sederhana? Atau ungu agar ada aura misterius? Atau mungkin diganti pink saja biar lebih romantis dan terlihat menyenangkan? Tapi, itu kan terserah bapak Rektor mau diganti apa, sesuai ketentuan umum pasal 7 nomor 2 yang berbunyi “Prosedur operasional mengenai tata cara penggunaan lambang, bendera, himne, mars, busana akademik, busana almameter dan sesanti ditetapkan oleh Rektor,” hal ini tercantum dalam statuta terbaru Universitas Jember tahun 2020. 

Memang, saya awalnya agak geram juga mendengar kabar ini, di tengah krisis seperti ini kok bisa-bisanya Rektorat UNEJ lebih mementingkan pergantian warna lambang yang  menurut saya hanya sekedar persoalan sepele, sebab mungkin cuma sekedar berurusan dengan penerjemahan dan permainan tanda (semiotik), yang dalam hal ini ada dalam wilayah hak prerogatif Rektor untuk mengganti semua prosedural operasional, daripada harus menyibukkan diri dengan tanggung jawabnya untuk memenuhi hak mahasiswa, — lagi-lagi saya harus risih dan sangat bosan menyebutkan — yaitu subsidi dana pembelajaran daring, yang sekarang ditransformasikan dan dirombak lagi menjadi bantuan data internet seperti awal surat pertama keluar. Polanya hampir sama seperti kebijakan yang dilakukan DPR dengan mendahulukan pengesahan UU Minerba di tengah gejolak kemanusiaan hari ini. Sangat brengsek. Masih ingat Sumanto? Saya rasa, jasanya sangat diperlukan untuk ditaruh di gedung DPR, biar dicemilin semua. 

Tapi ketika saya membaca lagi statuta terbaru UNEJ yang disahkan di Jakarta pada 4 Mei2020 oleh Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mungkin sepengamatan kasar saya, statuta ini digarap dan dirancang sudah jauh-jauh hari, yang mungkin baru disetujui baru-baru ini. Maklum lah, jika tidak ada power, urusan birokrasi akan selalu berbelit dan berpanjang-panjang. Yang menjadi poin penting adalah, apakah pergantian warna merah ini menjadi semacam semangat, visi dan misi baru yang menggebu-gebu untuk UNEJ yang lebih hokya dan tidak PHP lagi, sikap berani menerkam segala ketimpangan dan keberpihakannya kepada mahasiswa? Soalnya ketika membaca paparan dan penjelasan di statuta terbaru, warna merah berbentuk lidah api itu mengisyaratkan semangat juang rakyat wilayah Besuki Raya yang membekali berdirinya UNEJ. Gagah sekali bukan? Tidak main-main dalam pertimbangan tracking kesejahraan. 

Ke depan, saya mungkin akan berdoa yang klise-klise saja, sebelum pihak Rektorat muluk-muluk hendak memberi bantuan berupa data internet sesuai surat edaran terbaru, semoga apa yang sudah dijanjikan bulan lalu terkait subsidi dana rekening, yang rencananya akan ditransfer langsung ke rekening atas nama pribadi mahasiswa cepat selesai. Meskipun sudah sempat mendengar slentingan kabar subsidi dana bulan lalu sedang dalam tahap ‘proses’ pencairan. Namun, ketika saya dan beberapa (hampir sebagian besar) teman saya ketika cek rekening tidak ada kabar baik tentang penambahan saldo. Ini bukan persoalan matre dan perhitungan, ini tanggung jawab, mengajari bagaimana Rektorat agar tidak main-main dalam urusan yang bersangkutan dengan hak. 

Terakhir, jika persoalan ini sudah tuntas dan seluruh mahasiswa mendapat apa yang menjadi haknya, saya rela kok pak Rektor, seluruh kampus dicat warna merah, mulai gedung Rektorat, jalan double way bahkan rumput-rumput kalau sempat dicat juga warna merah, kan keren, biar terkesan nasionalis, merdeka dan berani. Hehe.

beras