Di Laut Maut | Puisi-Puisi Muhammad Sufyan
Menanak rindu, berlapar-lapar temu
Kalau hamba tak bisa menahan senyumnya, kuburkan roh hamba di bibirnya
Sedangkan angin semakin runyam berhembus, dan rindu yang berkarung-karung
Selalu menghantam, bak ombak laut lepas
Dua lengkung alis Tsabit membentang dalam hidupku
Yang berkuasa pada malam hari adalah alismu
yang bertahta di siang hari adalah senyummu yang rekah memerah
Bumi, rasanya hangus
Aku tinggal belulang
Bila hidup di kota tanpa senyummu
Lautan anakku
Kalau kau mengalami kesusahan, anakku
Apa yang hendak kau resahi
Kalau kau mengalami rasa senang
Apa yang membuatmu bahagia, anakku
Sedangkan, laut telah memberimu
Ikan-ikan
Yang bisa kau jual
Yang bisa kau makan
Yang bisa membuatmu senang
Tetapi,
Laut juga memberimu
Harapan-harapan
Yang tak bisa kau jual
Yang tak bisa kau makan
Yang tak bisa membuatmu senang.
Di laut; maut
Bunyi petir menyebar di daun telinga
Perahu bergerak seperti buah mangga yang
Bergelantung di terpa angin
Di laut petir pas di atas dahi
Menyisakan gemetar pada diri
Ingin rasanya
Balik kanan saja dan pulang
Untuk membatalkan perkara maut
Namun apa jadinya
Seekor ikan
Belom didapat
Dibalik itu
Ada wajah istriku dan anak-anakku
Memanggil-manggil
Meminta uang untuk masak nasi
Meminta uang untuk beli kue
Dibalik itu
Ada harapan dan doa yang kuat mengikat
Dibalik itulah
Tak ada lagi kuburan di atas laut
Dan tak ada ketakutan melaut
Dibalik itulah
Di atas laut, penuh dengan maut