Eko Teguh Paripurno: Tambang dan Tambak Memberi Jalan Masuk Tsunami ke Rumah Warga
Berita Baru Jatim, Surabaya – Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno menyebutkan bahwa pertambangan dan tambak di wilayah pesisir selatan Kabupaten Jember membuka akses jalan tsunami.
“Tambang dan tambak itu menghilangkan ketinggian gumuk, mengurangi luasan pasir. Jadi itu kalau dilakukan pertambangan dan penghalang morfologi atas tsunami jadi hilang,” kata pakar Mitigasi Bencana, Eko Teguh Paripurno, pada Sabtu (16/01/2021) siang.
Menurutnya, tambang dan tambak itu mengurangi morfologi pelindung pantai karena tambak itu akan memindahkan pasir sedangkan tambang mengambil pasir dan bagian pasirnya akan habis dan akan rata.
“Gumuk pasir sebagai penghalang alami, akan hilang, dan tsunami akan langsung meluncur ke pemukiman warga,”ungkapnya.
Menurut Perda No. 01 Tahun 2015 Tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember tahun 2015-2035 menyebutkan bahwa pesisir selatan Jember masuk kawasan rawan bencana tsunami.
“Kita harus menghitung resiko warga jika tidak ada tambang dan tambak”, kata Eko Teguh.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tentang “Masterplan Pengurangan Resiko Bencana Tsunami”, pada Juni 2012 menyebutkan jika terjadi tsunami di Jawa bagian selatan maka Jember terkena dampak tsunami dengan jumlah 134.207 jiwa terpapar.
Eko Teguh menegaskan jika tidak ada gumuk akan menambah jarak terdampak tsunami dan jumlah korban. Yang bisa dilakukan perusahaan harus bisa pastikan membuat gumuk untuk mengembalikan ketinggianya.
Tidak hanya itu, berdasarkan ATLAS Kerentanan Likuefaksi, Badan Geologi, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Kementerian ESDM 2019 Pesisir Selatan Jember juga masuk Zona Kerentanan Likuefaksi Tinggi.
Berkaitan dengan kerentanan Likuefaksi, ia menjelaskan bahwa daerah pinggiran pasir raya berpotensi terjadi gempa. “Jadi tidak hanya merugikan warga tetapi juga pertambangan,”ungkapnya.
“Daerah Likuefasi itu tidak boleh terjadi pertambangan, karena rawan gempa dan tsunami”, tutupnya.