Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Emil Paparkan Strategi Penanganan COVID-19 di Webinar 3T LeaN On by INVEST DM
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak saat menjadi pemateri dalam Webinar Pelacakan Kontak: Mengoptimalkan Dukungan Masyarakat dalam 3T yang merupakan rangkaian program dari LeaN On, Senin (2/8). Foto: Youtube BNPB.

Emil Paparkan Strategi Penanganan COVID-19 di Webinar 3T LeaN On by INVEST DM



Berita Baru, Jakarta Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak paparkan strategi penanganan pandemi di Jawa Timur saat menjadi salah satu pemateri pada Webinar Pelacakan Kontak:  Mengoptimalkan Dukungan Masyarakat dalam 3T, Senin (2/8) siang.

Webinar tersebut merupakan salah satu kegiatan Program LeaN On yang digagas oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan INVEST DM, yang didukung oleh United State Agency for International Development (USAID) Indonesia melalui program Empowering Access to Justice (MAJU) – The Asia Foundation (TAF).

Saat menyampaikan materinya, Emil menyampaikan bahwa dalam melakukan penanganan COVID-19, ia fokus dalam tiga hal yaitu penerapan protokol kesehatan, vaksinasi, dan tracing dan treatment.

“Dalam protokol kesehatan, dengan memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan, kita dihadapkan pada kondisi masyarakat yang misunderstanding atau tidak paham, menyangkal atau denial, dan lalai atau ignorant. Ketiga kondisi ini membutuhkan strategi berbeda dalam menghadapinya,” tutur Emil.

Selain protokol kesehatan, Emil mengatakan dalam melaksanakan vaksinasi pemerintah juga memiliki tantangan tersendiri, karena pemerintah dihadapkan dengan kondisi masyarakat yang percaya dan tidak percaya COVID-19.

“Orang yang percaya pun belum tentu berani divaksin, karena ada yang mendapat hoaks kalau divaksin akan kenapa-napa, kemudian ada juga yang tidak mau vaksin kedua karena vaksin pertama membuat dirinya sakit, serta ada kelompok yang mengatakan ngapain harus vaksin jika masih ada resiko terpapar COVID-19,” jelas Emil.

Lebih lanjut, Emil mengatakan kondisi masyarakat ketika terinfeksi COVID-19 mereka merasa takut dijauhi oleh orang sekitarnya, dan juga takut untuk berobat ke rumah sakit lantaran mendengar informasi rumah sakitnya penuh dan takut tidak tertangani.

Dalam memaksimalkan penanganan pandemi ini, Emil mengatakan bahwa tracing dan treatment harus dilakukan sebagai tolak ukur preventive, guna meminimalisir risiko terpapar COVID-19.

“Tenaga kesehatan saat ini terbagi tugasnya, ia harus melakukan vaksinasi, merawat pasien, dan mereka pun melakukan tracing. Menghadapi persoalan yang dihadapi tenaga kesehatan ini, kita harus memprioritaskan treatment dan vaksinasi. Serta dengan meminimalisir keterpaparan COVID-19 bagi tenaga kesehatan,” jelasnya.

Merespon hal itu, Kontributor Pandemi Talk Pritania Astari menyampaikan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah saat ini erat kaitannya dengan pola komunikasi dan edukasi pandemi kepada kelompok rentan dan usaha dalam menjangkau mereka.

“Kelompok rentan harus diprioritaskan karena mereka memiliki kerentanan ekonomi yang tidak dapat berdiam di rumah, mereka harus bekerja setiap hari untuk menutupi kebutuhan mereka, kurangnya edukasi terkait bahaya pandemi bagi mereka membuat misperception bagi mereka. Pada akhrinya pada populasi rentan kasus tidak terdeteksi, sehingga terjadi peningkatan kematian,” tutur Pritania.

Selanjutnya, Badan Koordinasi Relawat (BKR) Satgas COVID-19 Melva Elfrida Sihombing sebagai panelis dalam webinar itu mengapresiasi penuh langkah yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mengendalikan penyebaran COVID-19.

“Kecepatan penanganan dari zona hitam hingga saat ini berada di zona orange adalah program yang sangat baik dalam mengubah zona di daerah,” tutur Melva.

beras