Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Epidemi Obesitas
Ilustrasi: (dreamtime.com)

Epidemi Obesitas



Opini Kasus terpopuler yang bertahan hingga era modern adalah ritual diet untuk menghindari kegemukan atau obesitas. Namun ternyata obesitas tak hanya dipengaruhi oleh seberapa banyak makanan yang dikonsumsi, ada faktor lain yang turut menyumbang besarnya angka obesitas penduduk dunia.

Dalam tiga dekade terakhir, konsumsi minuman berpemanis telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia yang menjadi salah satu kekuatan mendorong epidemi obesitas. Faktor genetik dan pola makan (minuman berpemanis) saling mempengaruhi terhadap berat badan dan risiko obesitas.

“Konsumsi minuman berpemanis secara teratur dapat memperkuat risiko genetik obesitas. Efek genetik dari obesitas dapat diimbangi dengan pilihan makanan dan minuman yang sehat,” tutur Frank Hu, seorang profesor di bidang nutrisi dan epidemiologi di HSPH.

Selain karena jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, perbedaan waktu saat mengkonsumsi makanan juga berperan penting terhadap obesitas. Dari hasil penelitian, orang yang mengkonsumsi gula dan lemak jenuh pada periode tidak aktif (sedikit bergerak) akan memiliki berat badan lebih tinggi dibandingkan yang mengkonsumsi gula dan lemak jenuh selama masa aktif (banyak aktivitas), meskipun total asupan kalori mereka adalah sama. Hal ini dikaitkan dengan rendahnya produksi panas tubuh. Panas atau temperatur tubuh yang lebih rendah saat masa tidak aktif akan menurunkan proses metabolisme lemak sehingga memperbanyak timbunan lemak di tubuh yang menyebabkan kegemukan.

Fenomena menarik lainnya yang terjadi di abad ke-21 ini adalah terjadinya desinkroni sirkadian, yaitu ketidaksesuaian antara ritme sirkadian alami tubuh kita dan lingkungan. Ritme harian atau sirkadian ini meliputi siklus bangun tidur dan ritme pada pelepasan hormon yang dikontrol oleh jam molekuler yang terdapat di setiap sel pada tubuh manusia. Jam manusia dikontrol oleh gen kita. Jam manusia ini memiliki karakteristik khusus, yaitu berupa ritme standar yang memungkinkan jam manusia sejalan dengan siklus harian yang dihasilkan oleh rotasi bumi, seperti kebiasaan aktivitas manusia yang telah berlangsung selama berabad-abad, bahwa bekerja di siang hari dan beristirahat di malm hari.

Simetri yang indah antara jam manusia dengan siklus harian rotasi bumi dapat terganggu oleh paparan siklus cahaya buatan waktu makan, kerja, dan tidur yang tidak teratur. Itulah sebabnya lampu listrik yang memungkinkan kita untuk bekerja, beristirahat dan bermain setiap saat, malah memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan dan ukuran lingkar pinggang kita. Terjadilah fenomena dimana manusia mulai mengesampingkan sinkronisasi kuno antara ritme jam manusia dan lingkungan.

Fakta dewasa ini, ritme harian terkait waktu makan, tidur dan kerja telah menghilang secara bertahap dari kehidupan kita. Jam sirkadian manusia terus berusaha sejalan dengan gaya hidup kita yang sangat tidak teratur. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan metabolisme dan lainnya, dan cenderung membuat kita menjadi gemuk.

Oleh karenanya desinkroni sirkadian merupakan hal yang tidak dapat dihindari saat ini. Namun demikian, mempertahankan ritme sirkadian secara sehat dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu makan secara tepat, tidak memutus siklus tidur pada malam hari, dan berusaha beraktivitas di siang hari untuk mendapatkan lebih banyak paparan sinar matahari, selain juga mengontrol diet makanan sehat. Dengan demikian akan meminimalisir faktor obesitas yang dapat membawa dampak buruk pada kesehatan tubuh. (Ls)

Referensi:

Cathy A. Wyse. 2012. Does human evolution in different latitudes influence susceptibility to obesity via the circadian pacemaker?BioEssays. DOI: http://dx.doi.org/10.1002/bies.201200067

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/bies.201200067/epdf

Qibin Qi, dkk. Sugar-Sweetened Beverages and Genetic Risk of Obesity. New England Journal of Medicine, 2012; DOI: http://dx.doi.org/10.1056/NEJMoa1203039

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1203039#t=articleTop
http://www.hspn.harvard.edu/
http://www.sciencedaily.com/releases/2012/09/120921162308.html

beras