Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Harlah NU, Lesbumi Adakan Kenduri Budaya
Diskusi Kenduri Budaya oleh Gus Robith Qhosidi/Berita Baru Jatim

Harlah NU, Lesbumi Adakan Kenduri Budaya



Berita Baru Jatim, Jember – Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Jember merayakan peringatan Hari Lahir NU Ke-98 dengan acara Kenduri Budaya bertema “Sains, Sastra dan Pesantren”. Acara berbentuk diskusi ini diselenggarakan di Aula PCNU Jember pada Minggu (28/02/2021).

Tema tersebut lahir atas kajian awal dari dua buku karya pengurus Lesbumi Jember. Dua buku tersebut adalah kumpulan puisi Pesan Laut Kepada Perahu karya Muhammad Lefand dan kumpulan cerpen Lelaki Ketujuh karya Fandrik Ahmad. Keduanya sama-sama mengusung kearifan lokal masyarakat Madura.

Siswanto, ketua Lesbumi Jember mengatakan bahwa sains tidak melulu soal ilmu pengetahuan. Pengalaman-pengalaman empirik juga merupakan bagian dari sains.

“Seorang sastrawan pasti bersinggungan dengan pengalaman empirik  sehingga bisa membaca sebuah realitas sosial. Nah, realitas inilah yang kemudian ditulis dalam bentuk sastra,” ungkapnya.

Kenduri Budaya menghadirkan para pemateri pakar sastra yang berkompeten di bidangnya masing masing, sebut saja Gus Robith Qoshidi, Akhmad Taufiq, dan Ali Ibnu Anwar. Turut pula Muhammad Lefand dan Fandrik Ahmad sebagai pemantik diskusi.

Gus Robith Qoshidi, Pengasuh Ponpes Nurul Islam  Jember, menguraikan sastra mampu beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan sains, baik pada tataran isi, tematik, produksi dan  masyarakat, pesantren bisa mengambil peran strategis tersebut.

Sastra dari dulu menjadi bagian sains, banyak para saintis yang telah melakukan kajian mendalam bahwa dongeng, mitos ternyata memiliki fungsi khusus dalam membentuk peradaban,” jelasnya.

Sementara itu, Akhmad Taufiq, Dosen Universitas Jember menyinggung fenomena science fiction yang mewarnai jagat kesusastraan Indonesia. Menurutnya, karya Fandrik dan Lefand merupakan hasil kerja etnografi terhadap kebudayaan Madura, ada proses interkultural dan menariknya berhasil menyajikan realisme magis yang apik.

Di sisi lain, Ali Ibnu Anwar, penyair nasional. Menjabarkan secara mendasar peran sastra dalam jaman jahiliyah, bahwa ketika terjadi konflik politik waktu itu maka sastra menjadi media dalam berdiplomasi.

“Inilah bukti bahwa sastra bisa masuk ke ranah apa pun. Tidak hanya sains, termasuk juga politik,” ungkapnya.

Sebelum acara diskusi dilakukan pemotongan tumpeng bersama dalam rangka memperingati harlah NU. Gus Robith menyampaikan bahwa dirinya merasa senang dapat menjadi bagian dari acara Lesbumi. Dengan sedikit berdiplomasi, wakil Tanfidziyah PCNU Jember mengatakan bahwa Lesbumi Jember kini benar-benar ‘membumi’, dalam arti semakin kreatif dan inovatif dalam berkebudayan.

“Semoga dapat menjadi contoh bagi lembaga yang lain,” pungkasnya.

beras