Hiski Gelar Tukar Tutur Sastra Keenam Bicarakan Sastra Lokal, Pariwisata, Hingga Global

Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia kembali gelar Tukar Tutur Sastra #6 bersama 3 (tiga) Komisariat HISKI, pada Sabtu, (22/06) melalui Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal Youtube Hiski dan juga Tribun Network.

Ketiganya adalah Ahmad Muhammad Kamil, M.Pd. (Ketua HISKI UIN Walisongo, Semarang), Heppy Leunard Lelapary, M.Pd (Ketua HISKI Ambon) dan Dr. Agnes Setyowati H., M.Hum. (Ketua HISKI Bogor).

Sebagai moderator, Dr. Endah Imawati, M.Pd membuka acara dan memperkenalkan para narasumber dan topik yang akan dibahas. Acara dilanjutkan dengan sambutan Wakil Ketua II Hiski Pusat, Prof. Dr. Farida Nugraheni, M. Hum.

Farida mengatakan bahwa agenda Tukar Tutur Sastra adalah upaya pengurus HISKI Pusat untuk memasyarakatkan Sastra. Ia berharap, para peserta dapat mendulang ilmu pengetahuan dari tiga narasumber di agenda Tukar Tutur Sastra keenam kali ini.

“Selamat ber-Tukar Tutur Sastra para peserta, semoga ilmu yang kita peroleh dapat bermanfaat dan dirahmati oleh Tuhan,” tuturnya.

Pembicara pertama, Muhammad Kamil membawakan materi berjudul “Penggunaan AI dalam Penulisan Satra”. Ia menjelaskan bahwa Kemajuan teknologi AI telah membuka pintu baru bagi para penulis dan kreator untuk mengembangkan karya mereka.

“AI dapat membantu dalam berbagai aspek seperti ideasi, struktur cerita, pemilihan kata,
dan bahkan penulisan konten yang lebih kreatif,” jelasnya.

Kamil menambahkan bahwa penerapan AI dalam dunia penulisan kreatif tidak terlepas dari tantangan dan dilema etika yang perlu dipertimbangkan dengan saksama.

“Salah satu tantangan utamanya adalah menjaga keaslian dan integritas karya yang
dihasilkan. Bagaimana memastikan bahwa karya itu benar-benar hasil kreativitas manusia, dan bukan sekadar tiruan atau kombinasi dari berbagai sumber yang diolah oleh mesin,” terangnya.

Berlanjut ke pembicara kedua, Heppy, ia mempresentasikan materi dengan judul “Sastra Tana dan Jejak Literasi di Maluku”. Ia mengatakan bahwa Sastra Tana mengacu pada era tradisi lisan di Maluku sebelum abad ke 17.

“Jejak literasi mengacu pada dimulainya literasi baca tulis pada masyarakat Maluku memasuki akhir abad ke 17. Sastra tana menjadi penanda fase awal sejarah sastra lisan di Maluku,” paparnya.

Heppy menambahkan bahwa Jejak literasi menjadi penanda dimulainya tradisi menulis pada masyarakat Maluku.

“Sastra Tana dan jejak literasi menjadi penanda berkembangnya tradisi lisan memasuki tradisi menulis pada masyarakat Maluku,” ujarnya.

Pembicara ketiga, Agnes, mempresentasikan materi berjudul “Bogor, Pariwisata, & Sastra”. Ia menuturkan bahwa terminologi Sastra Pariwisata digunakan untuk kajian bidang sastra, sementara Pariwisata Sastra digunakan untuk bidang kajian pariwisata.

“Secara teoretis, Sastra & Pariwisata merupakan bidang ilmu yang multi-disiplin dan multi-dimensi karena diperkaya dengan berbagai teori dan konsep ilmu-ilmu humaniora,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa, Sastra Pariwisata mengajak kita semua untuk melihat lebih dekat sastra dengan mengunjungi tempat– tempat yang ada dalam karya sastra, lokasi para penulis mencairkan pikiran dan menemukan ide.

“Peran wisata sastra sebagai salah satu alternatif dalam promosi wisata sangat membantu dalam perkembangan ilmu sastra dan pariwisata. Karya sastra misalnya berupa legenda sangat berperan dalam perkembangan pariwisata yang dapat berpengaruh juga terhadap perekonomian suatu wilayah,” pungkasnya.

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif antara audiens dan narasumber dipandu oleh moderator. Sampai akhir acara, webinar ini diikuti oleh 219 peserta. Dan ditonton sebanyak 210 kali di kanal Yotube Hiski dan Tribun Jatim.

Sebagai informasi, sama halnya dengan Sekolah Sastra, acara Tukar Tutur Sastra adalah salah satu agenda dari Hiski Pusat yang dikomandoi oleh Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Diagendakan setiap bulan sekali di minggu ketiga.