Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Imaji Sociopreneur Gandeng Petani Tembakau Cegah Pekerja Anak

Imaji Sociopreneur Gandeng Petani Tembakau Cegah Pekerja Anak



Berita Baru Jatim, Jember – Imaji Sociopreneur, lembaga yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat di Kabupaten Jember menyoroti dampak pandemi Covid-19 terhadap pendidikan anak di desa. Salah satunya, ialah risiko meningkatnya angka anak putus sekolah dan pekerja anak.

Pada pertengahan 2020 lalu, International Labour Organization (ILO) memang memprediksi jumlah pekerja anak secara global akan meningkat untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir. Faktor utamanya, tidak lain ialah dampak pandemi Covid-19. Selain itu, kajian SMERU Institute pada 2020 juga memprediksi sekitar 11 juta anak dari rumah tangga rentan di Indonesia berisiko terjun sebagai pekerja anak.

Direktur Imaji Sociopreneur Moch. Musta’Anul Khusni mengatakan risiko ini diperparah oleh ketimpangan akses dan infrastuktur penunjang pendidikan selama kebijakan pembelajaran daring ditetapkan. Menurutnya, sulitnya mengikuti sistem sekolah daring sangat berisiko membuat anak bersentuhan dengan pekerjaan yang dapat melanggar hak dan menganggu tumbuh-kembangnya.

“Misalnya, saat senggang mereka ikut orangtua ke ladang atau gudang tembakau, meskipun niatnya membantu namun hal ini berisiko membuat anak terkena penyakit Green Tobacco Sickness (GTS),” ujarnya.

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Anul ini menegaskan Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak, Konvensi ILO No. 132 tentang Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak, dan Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja telah mengatur secara ketat terkait keterlibatan anak dalam suatu pekerjaan.

“Pada dasarnya, apabila pekerjaan yang dilakukan anak sesuai batas usia minimum dan tidak melanggar hak, merampas masa kanak-kanak, potensi, dan martabat anak-anak, masih boleh. Contohnya membantu pekerjaan rumah atau bisnis keluarga,” terangnya.

Anak-anak yang terlibat dalam suatu pekerjaan sering dikategorikan dengan istilah ‘pekerja anak positif’ dan ‘pekerja anak negatif’. Istilah Pekerja anak positif merujuk pada aktivitas pekerjaan tanpa melanggar hak, batas usia, jam kerja, dan kategori pekerjaan yang dilakukan tidak bersifat eksploitatif. Sebaliknya, istilah pekerja anak negatif merujuk pada pekerjaan yang melanggar dan berbahaya bagi perkembangan mental dan fisik anak.

Untuk mencegah munculnya pekerja anak itulah maka Anul dan timnya meluncurkan kegiatan ‘Imaji Academy’ yang berfokus pada pendidikan karakter, minat, dan bakat anak di 7 desa di Kabupaten Jember. Kegiatan ini termasuk dalam program pemberdayaan masyarakat bertajuk ‘ALP Village’ yang diprakarsai Imaji Sociopreneur, Yayasan Mimpi Indonesia, dan PT. Universal Tempu Rejo sejak Juli 2021 lalu.

Di hadapan puluhan petani tembakau mitra PT. Universal Tempu Rejo Desa Kesilir yang hadir dalam acara bertajuk ‘Visit Gudang’ pada Kamis (16/9), Anul mengajak para petani tembakau bekerja sama menanggulangi dampak Covid-19 di sektor pendidikan dan mencegah munculnya pekerja anak.

“Baik anak petani maupun buruh tani sangat bisa mengikuti kegiatan pembelajaran minat dan bakat ini,” ujarnya. Tujuan kegiatan ini, menurutnya, meminimalisir anak-anak tidak melakukan aktivitas di sekitar gudang atau ladang dan mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif.

“Di Kesilir, kami juga bekerja sama dengan Padepokan Setia Hati Terate, jadi pendidikan karakter juga bisa dilakukan melalui kegiatan olahraga,” tambahnya.

Anul menambahkan selain bidang pendidikan, program ALP Village juga menaruh perhatian pada sektor lingkungan dan ekonomi melalui kegiatan Imaji Lingkungan dan Sociopreneur Community. (*)

beras