Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Jurnal Arif Kembali Gelar Workshop Bahas Publikasi Menembus Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal Arif Kembali Gelar Workshop Bahas Publikasi Menembus Jurnal Terindeks Scopus



Berita Baru, Jakarta  – Jurnal Arif FBS Universitas Negeri Jakarta bekerja sama dengan HISKI UNJ kembali selenggarakan pertemuan diskusi tim 10 dengan tajuk Workshop ke-13 “Publikasi Menembus Jurnal Terindeks Scopus” putaran satu pada hari Sabtu, (15/10/2022) via Zoom meeting. Workshop tersebut sebagai rangkaian kegiatan yang diadakan Jurnal Arif dengan tema yang sama.

Dalam pengantarnya, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. sebagai koordinator, menyampaikan bahwa pertemuan kali ini adalah pertemuan terakhir putaran pertama. Workshop diselenggarakan setiap dua minggu sejak 9 April-15 Oktober 2022. Jejak publikasi internasional ini merepresentasikan tanggung jawab kita bersama sebagai warga dunia untuk melakukan srawung akademik pada tataran internasional.

“Dijelaskan kembali bahwa ide penyelenggaraan workshop ini berawal dari rasanan akademik mengenai upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi untuk mendukung kinerja dosen dan peneliti serta pemeringkatan perguruan tinggi di Indonesia. Manfaat lainnya selain sebagai ruang publikasi luaran riset, penilaian kinerja dosen, H-index  dosen juga menjadi salah satu pertimbangan kewenangan riset, dan penyebaran gagasan atas hasil riset kepada masyarakat internasional, serta syarat pengajuan professor,” ungkap Novi.

Presentasi tim 10 menghadirkan 3 pembicara, Dr. Asrumi, M.Hum. (Universitas Jember), Dr. Sri Harini Ekowati, M.Pd. (Universitas Negeri Jakarta), dan Dr. Eva Leiliyanti, M.Hum. (Universitas Negeri Jakarta). Workshop dimoderatori Librianti Kurnia Yuki, M.Pd. (Universitas Putra Indonesia) dan pewara Dr. Ari Ambarwati, M.Pd. (Universitas Islam Malang).

Jurnal Arif Kembali Gelar Workshop Bahas Publikasi Menembus Jurnal Terindeks Scopus
Flyer Bincang Arif

Pemateri pertama, Asrumi mempresentasikan artikel berjudul “Tradisi Mendhem Ari-ari Bayi Sebuah Identitas Masyarakat Indonesia Kontemporer: Aspek Sosial dan Budaya Komunitas Jawa”

Asrumi menjelaskan bahwa tujuan riset ini adalah mengungkap (1) langkah-langkah prosesi mendhem ari-ari bayi sebagai suatu yang sakral; (2) pantangan dan dampaknya; (3) faktor-faktor yang melatarbelakangi eksistensinya dengan berbagai perbedaan kelas sosialnya; dan (4) alasan dan dampaknya bagi kelompok yang menentang tradisi tersebut.

“Langkah-langkah prosesi dan kelengkapan dalam penanganan mendhem ari-ari bayi masyarakat Jawa pada era modern ini masih eksis dan tidak terjadi perubahan. Kemajuan zaman, teknologi, keyakinan atau agama, dan kemajuan berpikir masyarakat Jawa  tidak mempengaruhi eksistensi tradisi mendhem ari-ari bayi bagi masyarakat Jawa,” ujarnya.

Asrumi menerangkan masyarakat Jawa beranggapan bahwa ari-ari bayi itu selain sebagai sarana penghubung sari-sari makanan ketika di dalam kandungan, juga sebagai tempat bersemayamnya roh saat di kandungan hingga lahir (sebelum ari-ari itu diputus dari pusarnya). Ari-ari bayi setelah dilahirkan dianggap sebagai saudara muda (adhi ari-ari) karena keluar mengikuti lahirnya bayi. Eksistensi tradisi ini terjadi karena masyarakat Jawa juga merasa adanya hubungan antara ari-ari dengan psikologis dan perilaku bayi hingga besar.

Pemateri kedua, Sri Harini Ekowati memaparkan materi dengan judul “Mobilitas Internasional dan Kompetisi Intercultural”.

Harini menjelaskan bahwa mobilitas mahasiswa sekolah ke luar negeri saat ini meningkat. Banyak beasiswa dalam atau luar negeri yang mendukung mobilitas internasional. “Seperti LPDP dari Kementerian Keuangan dan IISMA untuk mahasiswa S1 yang dibiayai oleh pemerintah selama satu semester di luar negeri,” jelasnya.

Harini menambahkan bahwa tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana kompetensi intercultural para penerima beasiswa luar negeri. “Mengingat mahasiswa yang memiliki pengalaman belajar di luar negeri dapat membentuk kompetensi intercultural/multicultural dan kemudian dapat membangun internasional network,” tuturnya.

Pemateri ketiga, Eva Leiliyanti menjelaskan artikel berjudul “Patriarchal Language Evaluation of Muslim Women’s Body, Sexuality, and Domestication Discourse on Indonesian Male Clerics Preaching”

Leiliyanti menerangkan bahwa kajian hijab dalam wacana keislaman menjadi titik tolak evaluasi kajian diskursif bahasa patriarki. Kaum feminis dan postfeminis memandang hijab sebagai simbol dari penindasan patriarki, karena perempuan bercadar bertentangan dengan normatif non-Islam standar patriarki.

 “Dalam kacamata feminis barat, kaum muslimin mengartikan hijab sebagai representasi dari keamanan fundamental untuk tubuh dan keselamatan wanita. Hal ini secara gamblang dapat dilihat dari bagaimana ustadz-ustadz menyuarakan sikap keagamaan mereka pada wacana Tubuh Perempuan, Seksualitas, dan Domestikasi,” jelasnya.

Selesai pemaparan dilanjutkan dengan tanya jawab yang berlangsung interaktif. Pertanyaan dan masukan kritis yang disampaikan audiens berpotensi untuk penyempurnaan naskah publikasi. Hingga akhir kegiatan sekitar 45 partisipan penulis dan peserta masih setia menyimak perjalanan “Bincang Arif” yang akan dilanjut pada putaran kedua.

beras