Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kasus Pencabulan Kiai Fahim, Begini Respon Para Tokoh di Jember
Dok. Foto: Jempolindo.id

Kasus Pencabulan Kiai Fahim, Begini Respon Para Tokoh di Jember



Berita Baru, Jember – Dugaan pencabulan yang menyeret salah seorang pengasuh pesantren di Kecamatan Ajung terhadap santrinya menuai beragam respons dari sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Rabithah al-Ma’ahid al-Islamiyyah (RMI) Jember, sebuah asosiasi yang membawahi lembaga pesantren di Jember di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).

Ketua RMI Jember Fuad Akhsan mengaku tidak begitu paham mengenai keberadaan pesantren yang diasuh terduga pelaku, pria berinisial FM itu. Terlebih, pesantren tersebut tidak masuk dalam keanggotaan RMI Jember.

Namun, ia menyayangkan, mengapa ada dugaan kasus seperti itu. Sebab, menyebabkan marwah lembaga-lembaga pesantren lainnya juga terkena imbasnya. 

“Kami menyayangkan ada kasus seperti ini, karena pesantren-pesantren lainnya bisa kena imbasnya. Terlebih marwah seorang kiai selaku pengasuh,” kata Gus Fuad, sapaan akrabnya.

Pria yang juga pengasuh di Pesantren Al Amien Sabrang, Ambulu, itu merasa perlu angkat bicara mengenai kasus yang menyeret lembaga pesantren beserta pengasuhnya tersebut. Ia juga menghendaki publik tidak menaruh opini miring terhadap segala aktivitas pengajaran dan pendidikan di pesantren.

Terpisah, Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember Prof Kiai M. Noor Harisudin berpandangan, kasus pelecehan yang terjadi itu tetap harus dapat diproses sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku dan dikawal sampai tuntas. 

Pihaknya sepertinya tidak ingin ada opini publik yang muncul dan kemudian liar mengenai keberadaan pesantren dan pola pengasuhan di dalamnya. 

“Aparat penegak hukum harus tegas, memproses sesuai dengan prosedur hukum yang ada,” pintanya.

Ia juga menaruh prihatin atas kasus tersebut, karena terjadi di lingkungan pesantren. Sebab, sebagaimana diketahui, lingkungan pesantren dikenal sebagai tempat yang kental menjunjung syariat dan kebudayaan yang mengedepankan adab serta sopan santun. 

“Ikuti saja proses hukum yang ada, dikawal. Dan semoga tidak ada lagi kejadian-kejadian serupa,” pungkas Wakil Ketua PW LDNU Jawa Timur itu.

Selidiki Kasus secara Objektif

Dugaan perselingkuhan yang dilakukan pengasuh pondok pesantren di Ajung terus menggelinding. Sejalan dengan itu, dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur juga semakin menguat, setelah sejumlah santriwati divisum. Kasus ini pun disikapi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jember.

Sekretaris MUI Jember Zainal Anshari mengatakan, dirinya belum bisa memberikan komentar banyak terkait kasus asusila yang dialamatkan kepada FM. 

Menurutnya, dugaan perselingkuhan hingga pencabulan dalam penyelidikan polisi dan hasil dari penyelidikan itu belum memperoleh kesimpulan yang terang benderang. 

“Sejauh ini kami belum dapat memberikan komentar apa pun terkait pokok peristiwa, karena masih dalam penanganan kepolisian,” katanya.

Selaku orang berpengaruh di organisasi ulama Jember, dirinya turut memberikan dorongan kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas dugaan peristiwa yang dilaporkan oleh istri FM, yakni HA. 

“Kami juga memberikan dorongan kepada pihak kepolisian agar objektif dalam dugaan peristiwa tersebut. Sebab, kami juga menunggu keputusan akhirnya nanti, seperti apa, baru kami bisa bersikap,” terangnya.

Dia juga menjelaskan terkait situasi pendidikan di ponpes. Menurutnya, kultur budaya di pesantren mempunyai karakter masing-masing. Pihak luar tidak dapat terlalu terlibat di dalamnya. 

Setiap pesantren juga disebut mempunyai penekanan disiplin keilmuan yang berbeda-beda. Namun demikian, pendidikan di dalamnya tetap harus dikontrol oleh pemerintah melalui Undang-Undang Pesantren.

“Sistem pendidikannya itu independen dan pihak luar tidak terlalu terlibat di dalamnya. Sebab, setiap pesantren itu mempunyai disiplin keilmuan masing-masing. Ada yang fokus bahasa, fokus ilmu pengembangan agama, dan lainnya,” paparnya.

Berkaitan dengan itu, sejauh ini pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah santriwati, termasuk pelapor. Sementara, terlapor diketahui masih sakit. Pemeriksaan akan dilakukan hari ini, Selasa.

beras