Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

KH Abdul Mun’im: Mengurus NU, Merawat Semangat Perjuangan

KH Abdul Mun’im: Mengurus NU, Merawat Semangat Perjuangan



Berita Baru Jatim, Malang – NU dan Pesantren tak terpisahkan. Keduanya menjadi embrio cikal-bakal kekuatan yang harus mengakar dalam kesadaran berjam’iyah para nahdhiyin.

Pengasuh Pondok Pesantren Salaf Qur’an (PPSQ) Asyadzili Sumber Pasir, KH. Abdul Mun’im disela-sela acara Majelis Sholawat Dalailul Khoirot, Kamis (2/12/2021) menyampaikan, bahwa NU harus kembali menjadi rumah besar yang nyaman bagi segenap warga masyarakat nahdliyyin.

Tujuan awal didirikan NU, katanya, memang menjadikan wadah perjuangan. “Harus dipertegas kembali bahwa pesantren adalah NU kecil dan NU adalah pesantren besar,” katanya. Ia mengingatkan bahwa mengurus NU adalah upaya merawat semangat kebangkitan ulama’ dan umat dalam menjaga spirit perjuangan para masyayikh kita.

“Kebangkitan NU tidak bisa dilepaskan dari pesantren. Sebab pesantren adalah alasan berdirinya NU, pesantren sebagai basis pendidikan agama, sekaligus juga pesantren sebagai poros pendidikan calon manusia mulia, sebab didalamnya diprioritaskan pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, maka bisa dipastika pesantren adalah penempaan lahir batin menuju umat yang diharapkan nabi kita.”

Buya Mun’im lantas menambahkan, NU harus kembali ada marwah yang dibangun dari kesadaran bersama. Menurutnya, NU itu rumah Kyai dan warga Nahdhliyin. “Rumah penerus kanjeng Nabi, di dalamnya umat harus dibikin betah untuk berteduh dan bersandar pada NU, jangan dibikin gusar dan bingung,” ujarnya.

Ia mewanti-wanti, NU bukan hanya ajang untuk kontestasi, politisasi, yang ujung-ujungnya saling menghalalkan cara. “Jangan sampai ujung-ujungnya NU hanya menjadi ruang stempel legalitas politik praktis menjelang Pileg, Pilpres hingga Pilkada, eman NU ne,” tegas Kyai Alumni Ploso itu.

Sementara itu Ustadz Ainul Yaqin Wakil Ketua Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (MADANI), memaparkan, bahwa sudah bisa dipastikan NU harus kembali pada posisi dan tujuan awal didirikannya NU. “Yang mampu menjawab segala tantangan zaman, yang semakin kompleks,” katanya. Kejerninah dan kemandirian para pengemban amanah NU, katanya, sangat penting.

“Kemurnian dalam setiap kebijakan para pemangku NU menjadi taruhan marwah NU. Kebijaksanan para kyai didalamnya akan berimplikasi langsung pada kesetiaan warga nahdhliyin pada nantinya.”

“Jika kita melihat sejarah, dahulu Rais Akbar NU, KH. M Hasyim Asy’ari mencetuskan fatwa resolusi jihad. Itulah yang menjadi pemicu perjuangan kiai dan santri pesantren untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajah yang mencoba masuk kembali ke Indonesia, ada energi besar yang mengalir dan membersamai sebuah harapan dan tujuan,” terangnya.

Kemerdekaan itu, ia melanjutkan, bisa dimaknai kebebasan dan kedaulatan mengelola jam’iyah. Konteksnya juga dapat dimaknai bagaimana memposisikan diri kita sebagai bagian dari NU yang mandiri, berwibawa dan bermartabat sebagai organisasi.

NU sudah semestinya selaras dengan semangat menerjemahkan ajaran warisan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy”arie yang mengakar ke bawah tanpa harus mencerabut akar budaya. Ia menilai semestinya pola penyampaian Islam wasathiyah dibuat cair yang menjamah ruang-ruang egaliter. Disampingitu mengimplementasikan sebagai bagian dari penerjemahan syi’ar dan dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin.

“sSehingga nilai kewibawaan Jam’iyah NU benar-benar kokoh dan tidak terdegradasi sebab langkah-langkah kerdil kita,” tegas Inisiator dan pendiri BAANAR (Badan Ansor Anti Narkoba) Nasional tersebut.

Wakil Rois Syuriyah MWC Ngantang Kyai Saiful, menyampaikan bahwa NU membutuhkan sosok pemimpin yang mau bekerja untuk jamiyahnya. Bukan orang-orang yang berorientasi bekerja meraih keuntungan dari jamiyahnya. apalagi hanya memanfaatkan Jam’iyah untuk memenuhi hasrat pribadinya.

“NU itu warisan ulama’, harus dilestarikan bukan hanya sebagai warisan Jam”iyah saja, namun semangat menjaga NU seagai wasilah dan ibadah kita,” tegasnya.

Pemimpin NU, katanya, harus meningkatkan perjuangan dan semangat bekerja untuk kemaslahatan ummat. “Harus bisa berani mengalah, membedakan kepentingan pribadi untuk ummat, semoga ikhtiar kita dimudahkan Allah.”

beras