Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono Tentang Hujan

Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono Tentang Hujan



Berita Baru, Puisi – Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai penyair. Di samping itu, Sapardi juga dikenal sebagai dosen, pengamat dan kritikus sastra.

Sapardi Djoko Damono lahir sebagai anak pertama di Solo, Jawa Tengah, tanggal 20 Maret 1940.

Meski telah tutup usia, karya-karya Sapardi Djoko Damono akan terus dikenang.

Berikut kami kumpulkan puisi-puisinya tentang hujan.

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

1964.

Kuhentikan Hujan

Kuhentikan hujan
Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

Ada yang berdenyut dalam diriku
Menembus tanah basah
Dendam yang dihamilkan hujan
Dan cahaya matahari
Tak bisa kutolak

Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga

1980.

Hujan Dalam Komposisi, 1

“Apakah yang kautangkap dalam suara hujan,
Dari daun-daun bugenvil basah yang teratur
Mengetuk jendela? Apakah yang kau tangkap
Dari bau tanah, dari ricik air
Yang turun di selokan?”

Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah
Dan hujan, membayangkan rahasia daun basah
Serta ketakutan yang berulang

“Tidak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri
Yang di balik pintu memimpikan ketukan itu,
Memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan
Bisik yang membersit dari titik air
Menggelincir dari daun dekat jendela itu
Atau memimpikan semacam suku kata
Yang akan mengantarmu tidur.”

Barangkali sudah terlalu sering ia
Mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya

1969.

Hujan Dalam Komposisi, 2

Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula
ia di udara tinggi, ringan dan bebas lalu
mengkristal dalam dingin kemudian melayang
jatuh ketika tercium bau bumi dan menimpa
pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun,
melenting di atas genting, tumpah di pekarangan
rumah, dan kembali ke bumi.

Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di
jalan yang panjang, menyusurnya, dan terge-
lincir masuk selokan kecil, mericik swaranya,
menyusur selokan, terus mericik sejak sore,
mericik juga di malam gelap ini, bercakap
tentang lautan.

Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di
lautan. Selamat tidur.

1969.

Hujan Dalam Komposisi, 3

dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya
terpisah dari hujan

1969.

beras