Kurma Jawa Khas Bojonegoro Cocok Menjadi Menu Berbuka Puasa
Berita Baru, Bojonegoro – Kurma adalah buah yang identik dengan Bulan Ramadan. Namun, bagaimana jika kurma itu merupakan produk olahan yang berbahan dasar tomat? Dari tangan Sri Endah Wahyuningsih (54), warga Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, ia mampu mengolah tomat menjadi kurma.
Ibu dua anak ini menamai produknya dengan Kurma Jawa. Sebuah jajanan manisan. Ia menceritakan awal mula membuat jajanan itu berangkat dari kegemarannya mengonsumsi tomat sejak di bangku SMA. Saat tinggal di Kota Malang, di sekitar rumah Endah, tomat tumbuh subur nan melimpah.
“Dulu mulai belajar membuat kurma tomat itu sejak tahun 1992, waktu itu belajar buat sama adik, dan saya sajikan sebagai camilan lebaran, ternyata banyak yang suka dan pesan,” ujarnya kepada Beritajatim.com, Senin (4/4/2022).
Saat kembali ke kampung halaman, Endah perlahan mulai mengenalkan produknya. Pangan Industri Rumag Tangga (PIRT) menjadi langkah awal yang ia lakukan. Sekira 2010, izin produk Kurma Jawa keluar. Sebelum diterima di toko dan supermarket di Bojonegoro, produk olahan Endah sempat ditolak.
“Dulu tidak langsung diterima, sempat ditolak Bravo juga karena kemasannya yang kurang menarik, karena waktu itu hanya saya kemas dengan plastik dan mika biasa dengan label kertas fotocopy hasil dari design anak saya yang masih duduk di bangku SMP,” katanya.
Lambat laut, produknya mulai dikenal. Ia mengaku sempat diundang oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker). Produk unggulan daerah mulai dibantu promosi melalui website instansi pemerintah. Endah mendapatkan berkah, pembeli asal Bandung, Bali, Kalimantan, Surabaya, Mojokerto, maupun Malang mulai berdatangan.
Endah juga mengandalkan promosi melalui media sosial, Kurmojowo_tomat. Endah mendedahkan, penjualan kurma jawa pun, sempat naik turun. Kemasan yang ia buat terlalu besar. Saran dari kawannya pun ia ikuti. Endah membuat kemasan yang lebih ekonomis seberat 1 ons ternyata peminatnya stabil hingga sekarang.
“Seiring dengan berkembangnya zaman saya sekarang ganti kemasan dengan standing pouch, juga pemasarannya bertambah luas,” pungkasnya.
Bagaimana Pembuatannya?
Awalnya tomat direbus dengan air gula, lalu dikeringkan hingga beberapa hari di bawah terik matahari agar menyusut kadar airnya.
“Awalnya tomat ini kita rendam dengan air gula lalu kita tiriskan di bawah terik sinar matahari. Agar lebih terasa kenyal dan kadar air berkurang, butuh dua hingga tiga hari untuk menjemurnya,” jelas Sri Endah Wahyuni kepada detikJatim di rumahnya, Kamis (7/4/2022).
Setelah proses menjemur, nantinya tomat-tomat yang sudah hampir kering akan direbus atau dikukus agar matang. Setelah melalui proses pengolahan, baru camilan Kurma Jawa ini dikemas dengan ukuran 100 gram.
“Sengaja kita packing dengan ukuran kecil agar cepat proses penjualannya dan tentunya harga akan lebih terjangkau oleh para konsumen. Untuk satu kotak 100 gram ini harga di pasaran kisaran Rp 11 ribu hingga 12 ribu rupiah,” imbuh Endah.
Rutinitas ini sudah dijalankan Endah lebih dari lima tahun. Dia mengerjakan ini bersama keluarganya. Mulai proses pembuatan, packing, hingga distribusi barang ke toko.
“Selama ini saya dibantu anak saja yang buat hingga sampai kirim ke toko toko di kota,” tambah Endah.
Sementara itu, momen Ramadan dan lebaran kali ini, Endah berharap omzet Kurma Jawa-nya bisa meningkat. Setiap hari, Endah mengaku bisa membuat 20 hingga 25 kilogram tomat untuk diproses menjadi kurma.