Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Lesbumi Banyuwangi Gelar Diskusi Fenomena Spiritual di Bumi Blambangan
Dok.Foto: Beritabaru.co

Lesbumi Banyuwangi Gelar Diskusi Fenomena Spiritual di Bumi Blambangan



Berita Baru Jatim, Banyuwangi – Pengurus Cabang Lesbumi NU Banyuwangi menggelar diskusi budaya dan agama dalam rangka memperingati hari lahir Lesbumi ke-59. Diskusi yang diselenggarakan di Cafe Akbar, Jumat (09/04/2021).

Menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Taufiq Wr (Ketua Lesbumi Banyuwangi), Pak Sanusi (Pelaku Adat Osing), Haji Ilham Triadi (Pemerhati Tradisi), Pendeta Kristanto (GKJW) dan dihadiri tokoh dan budayawan Banyuwangi,  ketua DKB, Hasan Basri.

Dalam pemaparan awal, Taufiq Wr mengurai nilai-nilai spiritual berada dalam diri setiap manusia. Menurutnya, ia sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari dalam segala aktivitas pribadi maupun publik, baik aktivitas ekonomi dan budaya.

 “Sedangkan kalau bicara dukun, belum tentu di dalam praktik perdukunan itu mengandung nilai spiritual, juga di dalam praktik perdukunan itu tidak pernah bersifat publik, tetapi lebih bersifat privat. Tetapi ketika mengupas perihal spiritualitas, di dalamnya mungkin saja salah satunya ada dukun,” katanya.

Selanjutnya pelaku adat Osing, Sanusi menegaskan bahwa di Banyuwangi tidak pernah terjadi ketegangan tajam antara agama dan kebudayaan.

 “Lantaran agama yang dipeluk dan dijalani orang-orang Banyuwangi adalah agama yang berangkat dari pemahaman yang mendalam terhadap agama itu sendiri sebagai ciri khas,” ujarnya.

Sementara Kang Ilham mengatakan kalau hari ini ada yang mempertentangkan agama dan kebudayaan, maka di balik itu terdapat tujuan praktis atau adanya rekayasa tertentu yang menyimpan tujuan tertentu.

“Di Banyuwangi banyak praktik-praktik publik yang mengandung nilai spiritual. Misalnya “nyarang udan” atau “pawang hujan”. Meski bersifat privat, si pawang hujan dipanggil untuk menghentikan hujan pada acara hajatan salah seorang warga, tapi praktiknya bersifat publik, karena di situ ada sajen dan melibat sejumlah orang. Dan praktik pawang hujan itu telah menjadi permakluman dalam masyarakat,” tukas Ilham.

Sedangkan Pendeta Kristanto menyinggung perdukunan lebih pada privat, misalnya orang minta penglarisan, jodoh, dan lain-lain.

“Di sini dapat kita bedakan, mana praktik spiritual dan mana praktik klenik. Penyembuhan atau proses persalinan yang dilakukan dukun melahirkan, itu bisa bersifat spiritual lantaran ia mengandung praktik yang dipermaklumkan publik dan melibatkan orang lain serta mengandung ketentuan-ketentuan perihal tata cara persalinan. Namun kalau dukun penglarisan, ia bersifat privat lantaran hanya dilakukan oleh orang tertentu saja, yg dalam pandangan Lesbumi tidak bernilai spiritual,” pungkasnya.

beras