LGBT Bukan Sekadar Faktor Psikologis, Begini Kata Pengajar Unair
Berita Baru, Surabaya – Beberapa pekan lalu dunia maya dihebohkan oleh podcast Deddy Corbuzier yang mengundang pasangan homoseksual atau LGBT yaitu Ragil dan Fred. Dalam podcast tersebut Ragil dan Fred menceritakan bagaimana mereka bertemu dan akhirnya menikah setelah mereka mencari jati diri masing-masing.
Dosen Psikologi Unair, Atika Dian Ariana mengatakan pencarian jati diri tersebut tentunya tidak lepas dari faktor psikologis dari tiap pasangan tersebut.
“Apabila berbicara perihal LGBT, perlu dipahami perbedaan antara identitas seksual dan orientasi seksual. Identitas seksual pada dasarnya merupakan bagian dari konsep seseorang menganggap diri mereka sebagai apa dalam hal peran seksualnya (laki-laki atau perempuan),” katanya.
Sementara itu, kata Atika, orientasi seksual secara garis besar pada dasarnya adalah ketertarikan kepada peran seksual yang dituju. Baik secara romantis, emosional, maupun fisik kepada orang yang kebetulan jenis kelaminya sama yang kemudian disebut homoseksual atau heteroseksual.
“Tapi apabila kita ingin sedikit lebih terbuka, bahwa orientasi seksual itu bentuknya banyak sekali. Nah kebetulan aja secara umum yang paling populer adalah homoseksual dan heteroseksual,” jelasnya.
Menurut dosen kelahiran Tulungagung tersebut, homoseksual bisa muncul karena faktor psikologis. Namun, dari perspektif yang lebih komprehensif, ada faktor lainnya. Yaitu, faktor biologis yang kemungkinan pada saat perkembangan dari fase anak menuju remaja hingga dewasa lebih dominan ke arah menyukai sesama jenis kelamin.
Atau, bisa juga secara psikologis karena orientasi seksual tersebut tidak terjadi secara mendadak. Karena, sebenarnya sudah sesuai dengan perkembangan seseorang dan biasanya diawali sesuai dengan fungsi seksualnya, yaitu pada masa pubertas.
“Cuma, persoalannya kadang-kadang di masa remaja itu seseorang tidak langsung menyadari identitas seksual dan orientasi seksualnya. Kadang-kadang untuk beberapa orang perlu pengalaman seksual atau berperilaku seksual dulu untuk kemudian menyadari bahwa mereka ini tidak seperti yang kebanyakan orang di sekitarnya lakukan,” ungkapnya.
Selain itu, penyebab lain bisa karena faktor sosial. Karena, munculnya homoseksual terdiri atas faktor biologis, psikologis, dan faktor sosial.
Pendapat Ragil ketika podcast Deddy Corbuzier yang menyatakan bahwa seksualitas itu berpindah-pindah, menurut Ariana, hal tersebut mungkin bukan berpindah-pindah. Namun, lebih tepatnya, kesadaran orientasi dan identitas seksual seseorang yang baru saja dapat diidentifikasi oleh dirinya.
“Artinya, individu yang tidak spesifik terkadang menyukai sesama, jenis terkadang menyukai lain jenis. Seperti inilah seseorang sebenarnya identitasnya itu berkembang ketika remaja, ia sudah punya pandangan saya ini apa? peran jenisnya apa?. Kemudian orientasi seksualnya juga sudah mulai semakin tampak,” katanya.
Tetapi, lanjut Atika, ada keraguan di antaranya, yang mana di sinilah faktor sosial budaya kemudian berperan penting. Contohnya ketika kebetulan seseorang berada di komunitas yang mungkin memiliki orientasi seksual yang kurang lebih sama, kemudian ia merasa mendapat penguatan. Maka ia merasa diterima dengan keadaan yang seperti ini dan sebaliknya.
“Bila seseorang yang memiliki orientasi seksual yang atipikal atau berbeda dari kebanyakan tapi kemudian dia berada di komunitas yang tidak memberikan dukungan atau bahkan menolak, bisa jadi ini yang kemudian menimbulkan konflik,” katanya.