Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mahasiswa KKN Semarakkan Sedekah Bumi dan Bersih Desa

Mahasiswa KKN Semarakkan Sedekah Bumi dan Bersih Desa



Berita Baru Jatim, Lamongan — Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang semarakkan kegiatan Sedekah Bumi Lamongan, pada Rabu, (06/10).

Choirul Fatihin, salah satu mahasiswa tersebut adalah peserta KKN RDR ke 77 (Kuliah Kerja Nyata Dari Rumah) Kelompok 88 UIN Walisongo Semarang.

Mereka ikut berpartisipasi dalam kegiatan Sedekah Bumi dan Bersih Desa yang diadakan oleh Warga Desa Tejoasri, Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.

Menurutnya, kegiatan ini dilakukan Sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat dan karunia dari sang pencipta. Kegiatan tersebut dilaksanan di beberapa titik utama yaitu: makam leluhur desa, tepi bengawan mati, dan pemakaman umum desa.

“Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari, dibuka dengan kegiatan bersih- bersih makam oleh seluruh penduduk desa Tejoasri Laren, berlanjut dengan kegiatan khataman Al Quran. Pada sore hari, setiap kepala keluarga diwajibkan membawa nasi, lauk pauk, buah- buahan, maupun jajanan dari rumah, sebagai syarat untuk melaksanakan tradisi sedekah bumi. Nasi tersebut akan dibacakan doa pada acara tahlil bersama di malam harinya. Kegiatan tahlil bersama ditutup dengan acara ramah tamah dan makan besar sampai pukul 23.00 WIB. Puncak dari acara sedekah bumi berada di hari kedua yakni arak- arakan ambeng, dan tumpeng raksasa. Kemudian dilanjut dengan udik- udikan,” tuturnya.

Ia menambahkan jika kegiatan yang dilakukan 1 tahun sekali membuat warga desa antusias untuk mengikutinya.

“Kegiatan sedekah bumi dan bersih desa ini biasanya dilakukan 1 tahun sekali setelah para petani sawah maupun perkebunan mendapatkan panen, dengan harapan rizki yang diperoleh mendapat keberkahan serta sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas semua yang diberikanNya,” tambahnya.

Bapak Anshori, tokoh masyarakat setempat, menuturkan bahwa egiatan Sedekah Bumi dan Bersih Desa ini dapat dikatakan sebagai Haul nya Desa Bungkawak.

“Kegiatan ini turun temurun dilakukan dari nenek moyang sampai sekarang dengan mengakumulasi budaya yang dilarang oleh agama Islam kemudian diganti dengan kegiatan kegiatan keagamaan yang diperbolehkan oleh agama seperti pengajian, manaqiban, dan lainnya,” pungkasnya.

beras