Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Media Sosial: Media Bermanfaat Sosial atau Media Pamer Sosial?
Sumber: sukabumiupdate.com

Media Sosial: Media Bermanfaat Sosial atau Media Pamer Sosial?



Melalui terbitnya tulisan ini, tidak berarti penulis adalah individu yang ideal seperti yang diharapkan tulisan ini. Penulis sedang berusaha menjadi insan yang diharapkan dalam tulisan ini, karena untuk menjadi sosok dalam tulisan ini membutuhkan banyak kesabaran.

Pernahkah kita melakukan pamer aktivitas, pamer kekayaan, kemampuan makan di restoran ternama, tidur di hotel berbintang, prestasi, kemesraan dengan pacar, dan lain sebagainya? Wajar, ini adalah fenomena yang tumbuh, karena hadirnya smartphone dan beberapa aplikasi berbasis media sosial di masyarakat. Tahukah kita, ternyata kita pamer karena kita sedang tidak bahagia. Kita pamer sebenarnya membutuhkan pengakuan dari orang lain. Manusia yang bahagia tidak perlu menceritakan hidupnya, prestasinya, perjalananya, dan hal hebat yang dilakukannya, apalagi jika hanya sekadar hal sepele. Kebahagiaan sebenarnya ada dalam hatin, bukan dari like,komentar, sanjungan, dan pujian. Ya, memang ada orang yang bahagia jika mendapat pengakuan atau penghargaan dari orang lain. Namun pengakuan dan penghargaan tersebut akan kurang bermakna jika ternyata kita sendiri yang menyetting agar terjadi secepatnya. “Kurang keren bro!”. Biarkanlah Tuhan memainkan peran-Nya memberikan penghargaan yang memang pantas.

Kadang manusia membungkus aktivitas pamernya dengan istilah “berbagi kebahagiaan”. Tapi tunggu dulu, apa orang lain butuh anda membagi kebahagiaan anda? Atau bahkan orang lain akan merasa tidak nyaman, atau malah jijik?. Fenomena lucu juga terjadi saat kita melihat orang memasang fotonya pada story atau postingan di media sosial. Mereka memakai foto yang diambil dari sekian puluh jepretan kamera dan diambil yang terbaik, sementara yang lain akan diabaikan bahkan dihapus karena hanya akan menyesakkan ruang memori handphone.

Pengguna handphone android menjadi terikat dengan hanya persoalan foto, maka tidak jarang dari mereka menggunakan aplikasi edit foto agar mendapatkan hasil terbaik, lalu mengunggahnya dengan kalimat keterangan (caption) yang biasanya tidak nyambung sedikitpun dengan foto tersebut, bahkan tidak ada hubungannya antara kalimat motivasi dengan gaya berfoto. Hal itu sudah dianggap cakep dan keren seperti dalam film serial petualangan hidup. Ternyata melalui media sosial, kita bisa jadi motivator dadakan. Motivator hebat karena kita nilai sendiri, sedangkan orang lain minim respon.

Sebenarnya orang yang menyukai kita selalu menunggu hal yang mereka sukai dari kita, seperti ilmu, pengetahuan, tutorial, dan lain sebagainya. Sebaliknya orang yang tidak menyukai kita, tidak akan peduli apapun terhadap apa yang kita pamerkan. Mereka bahkan akan merasa terganggu dengan postingan (tidak penting) dari kita. Hal ini tidak berlaku bagi artis, karena sebagaian artis ditakdirkan untuk pamer kecantikan dan kekayaan.

Orang yang benar-benar bahagia, tidak tertarik untuk pamer. Ia akan pamer (menceritakan) kebahagiaan kepada beberapa orang seperlunya saja, bukan malah pamer di media sosial tanpa arah dan tujuan. Ia merasa bahwa pujian akan datang tanpa dicari atau dipancing. Ia yakin Tuhan tahu waktu yang tepat untuk mendapatkan penghargaan. Orang bahagia juga tidak bingung dengan minimnya sanjungan pujian, banyaknya kebencian dan prasangka tanpa alasan. Sungguh mereka bahagia dalam hatinya sendiri. Ketika hatinya sudah bahagia, ia akan mampu berbuat baik kepada orang lain dengan penuh senyuman.

Mungkin kita sendiri juga sering berkeluh kesah di media sosial agar orang lain tahu. Kita juga sering menceritakan sudut terceruk dalam hidup kita. Padahal hal semacam itu tidak perlu diumbar, sebagus dan semahal apapun  celana dalam kita, toh orang lain tidak perlu melihatnya, bukan? Celana dalam sama seperti privasi hidup kita. Bagian yang selalu kita sembunyikan dan kita malu jika orang lain tahu. Bisa jadi orang yang pamer adalah orang yang memakai celana dalamnya di luar. Aneh bukan? Kita juga sering berdoa secara privasi kepada Tuhan melalui media sosial. Doa-doa personal kita, ditulis di medsos dengan tujuan agar orang lain tahu ? Tahu betapa sejuknya doa kita, tahu betapa alimnya kita saat menyebut nama Tuhan, tahu betapa indahnya kalimat puisi kita kepada Tuhan. Untung saja Tuhan tidak mudah marah karena tahu kekonyolan kita.

Pernahkah kita mengumbar foto mesra atau foto pacar kita di media sosial? Tahukah kita bahwa sebenarnya tidak ada yang peduli dengan nama pacar dan kemesraan yang kita umbar di medsos (media sosial). Sebenarnya kita heboh sendiri di panggung yang tidak ada fans dan penontonnya. Pamer foto kemesraan di medsos, akan berbahaya jika putus. Akan disimpan di mana kemesraan dalam foto itu? Apalagi pandangan orang yang telah melekat bahwa kita sedang menjadi pacar orang, ternyata kita putus. Seramnya lagi, hampir seluruh penduduk bumi akan tahu bahwa kita bekas pacar dia, dia, dan dia dia yang lainnya. Kita pernah memegang tangan dia, mencium pipi dia, atau bahkan berpelukan dengan dia. Nilai jual kita berkurang dong, hanya karena pamer. Pamer kemesraan dengan pasangan yang belum halal juga sangat berpotensi besar menutup pintu perjodohan yang lebih baik.

Analogi yang tepat buat manusia yang keren adalah langit. Langit adalah sesuatu yang tinggi dan tidak terbatas tingginya. Belum ada manusia yang mengetahui berapa tinggi langit. Maka jadilah kita seperti langit, karena semua orang tahu langit itu tinggi tanpa dia menuliskan ukuran tingginya kepada penduduk bumi. Langit dinilai tinggi karena kebesaran hatinya, ia besar tapi tidak pernah sombong untuk menceritakan kebesaran dirinya. Semua orang tahu dan semua orang kagum pada langit. Sampai-sampai manusia punya semboyan “Cita-cita setinggi langit”.

Sungguh mulia orang yang perjalanan hidupnya, kota yang dikunjungi, prestasinya, harta kekayaan, amal kebajikan, tersimpan rapat tanpa sengaja ia buka. Orang lain tahu isinya karena orang lain pula yang menelisiknya. Bukan sengaja ia pamerkan. Pasangan yang tak pernah pamer kemesraan, bisa jadi merupakan pemilik kebahagiaan cinta sejati. Orang yang tak pernah melaporkan lokasi liburan di permukaan bumi manapun, bisa jadi mereka penguasa perjalanan di setiap ceruk dunia.  Orang yang tak pernah pamer merek kosmetik dan aktivitas salon, bisa jadi pemilik definisi cantik dan tampan sesungguhnya.

Orang yang tidak pernah sempat mengumumkan ini dan itu, bisa jadi adalah seorang masterpice karya terbaik. Mereka terus produktif dan berkarya tanpa lelah. Orang seperti ini sangat mengagumkan. Mereka sangat bersahaja dan menentramkan. Pandangan matanya sejuk dan menenangkan. Kita harusnya hidup tanpa sandiwara, bukan hidup untuk mengemis like atau komentar pujian. Lakukan banyak hal bermanfaat tanpa sempat memamerkannya. Seolah esok sudah tak ada lagi waktu untuk berbuat baik. bersyukurlah seperti manusia paling beruntung di dunia.

Manusia berkelas, adalah manusia yang tidak banyak drama, tidak berpura-pura dalam kemewahan dan kehebatan. Wanita yang keren, tidak pernah pamer kemolekan tubuh, manisnya guratan wajah, atau hebatnya make up mereka. Ia tahu bahwa mahalnya perempuan ada pada kecerdasan, keberanian, kemandirian, ketangguhan, dan kemampuan bersabar menahan diri. Semua hal baik di atas, tidak pernah sama sekali dapat diwakili oleh pamer kondisi fisik. Wanita istimewa juga, hatinya terbebas dari dengki, iri pamer, ingin dipuji, bergunjing, dan hal sia sia lain. Tahukah kita, ternyata orang yang suka bergunjing, adalah orang yang suka pamer. Saat menjelek-jelekkan orang lain, secara tidak langsung dia memamerkan betapa baiknya dia sementara orang lain penuh aib.

Sungguh bahagianya para penjahat yang mengintai korban yang suka pamer di media sosial. Tentu ia sangat senang karena telah mengetahui posisi orang tersebut, sedang berada di kota mana, sedang mengenakan baju apa, perhiasan apa, handphone apa, hotel tempat menginap, restoran mana, apa saja harta yang kita simpan, dimana menyimpanya. Para penjahat tak perlu susah payah meneliti korbannya karena korbannya telah memberikan peta petunjuk dan hartanya lewat media sosial. Tak terbayangkan juga jika aparat keamanan ikut-ikutan pamer di media sosial tentang kesehariannya. Berapa teroris dan mafia yang akan tertawa dan berpesta membantai mereka karena tahu kondisi dan keberadannya.     Ide pamer terbaik adalah memamerkan ide dan gagasan. Pola pikir kreatif dan visioner perlu dipamerkan agar mendapat respon positif dan semakin cepat dieksekusi. Media sosial akan bermanfaat juga untuk membagikan pengetahuan. Usahakan pengetahuannya adalah pengetahuan yang dibutuhkan dan populer, para netizen akan menanggapi positif dengan berdiskusi. Indahnya berbagi pengetahuan tanpa saling menyombongkan. Merasa rendah diri dan memposisikan diri sebagai gelas kosong yang siap diisi adalah perilaku terbaik untuk bersosialisasi di media sosial. Semoga media sosial menjadi media yang benar-benar bermanfaat sosial. Bukan menjadi media yang menciptakan ketidaknyamanan sosial.

Penulis: Irfandi, Penggagas Kampung Lali Gagget, di kabupaten Sidoarjo

beras