Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Merayakan Lebaran Ketupat dengan Praonan ala Masyarakat Pasuruan
Tradisi Praonan. (Dok. Foto: Radar Bromo)

Merayakan Lebaran Ketupat dengan Praonan ala Masyarakat Pasuruan



Berita Baru, Pasuruan – Setelah dua tahun ditiadakan, tradisi Praonan di Pasuruan kembali digelar. Masyarakat pun menyambut antusias tradisi di Hari Raya Ketupat yang sudah berlangsung puluhan tahun ini.

Ribuan orang sejak pagi sudah memadati kawasan pesisir Pasuruan. Masyarakat tumplek blek di beberapa titik.

Di setiap titik tersebut, puluhan nelayan sudah menyiapkan perahu untuk disewa. Antara lain yakni, Desa Gerongan, Desa Semare, Desa Kalirejo Kecamatan Kraton.

Kemudian di Desa Wates, Desa Jatirejo, Desa Tambak Lekok, Kecamatan Lekok. Lalu di Desa Nguling Kecamatan Nguling. Selain di wilayah kabupaten tradisi serupa juga digelar di Pelabuhan Kota Pasuruan.

Di pantai-pantai ini, para nelayan sudah menyiapkan perahu-perahu baik ukuran besar maupun kecil. Masyarakat cukup membayar sekitar Rp 10.000 per orang untuk naik perahu dan berkeliling ke laut sampai puas.

“Sangat senang Praonan kembali digelar. Sudah dua tahun ini nggak ada, jadi warga juga sangat antusias,” kata Ahmad Romadoni, salah satu warga di Pelabuhan Pasuruan, Senin (8/5/2022).

Muhammad Zidan (30), warga Madura yang setiap tahun mengikuti tradisi tersebut mengaku bahagia. Ia rela datang ke saudara yang berada di Gadingrejo, Kota Pasuruan hanya untuk bersilaturahmi dan melakukan tradisi praonan.

“Setiap tahun sama anak-anak ini, kalau tahun kemarin dibatasi alhamdulillah tahun ini sudah ramai kembali,” ujar Zidan.

Selain bisa menghibur anak-anak untuk melihat secara langsung suasana laut Pasuruan, Zidan juga mengaku senang karena tak membayar sewa perahu. “Numpak kapal gratis (naik perahu gratis), kan milik saudara,” ucapnya sambil tersenyum.

Sementara itu, tradisi praonan tersebut sudah digelar sejak dulu. Warga yang mayoritas nelayan sengaja libur di H+7 atau hari raya ketupat ini hanya untuk merayakan tradisi yang sudah digelar setiap tahunnya.

Nelayan yang menyewakan perahunya menarif setiap orang dengan harga Rp10 ribu. Setiap perahu berisi 8-10 orang, tergantung kapasitas perahu yang disediakan.

Ahmadi, sekdes Kalirejo mengatakan, tradisi praonan ini bermula saat warga sekitar melakukan silaturahmi layaknya hari raya idul fitri seperti biasanya. Namun, sejumlah sanak saudara yang ingin menaiki perahu diajak untuk melihat suasana laut Pasuruan.

“Lambat laun tambah ramai. Akhirnya, setiap tahun ada tradisi praonan ini,” katanya. Diketahui, tradisi praonan tersebut tetap dengan protokol kesehatan. Warga juga dilarang berkerumun.

Mengantispasi kejadian yang tidak dinginkan ratusan petugas gabungan dari Polair Pasuruan, Polres Pasuruan, Polres Pasuruan Kota, BPBD dan pemerintah desa diterjunkan ke beberapa titik. Petugas memastikan perahu yang disewakan benar-benar layak.

“Penumpang yang naik perahu juga di batasi, perahu kecil maksimal 10 orang, perahu besar 30 orang. Petugas juga patroli terus jangan sampai perahu berlayar terlalu jauh dan diminta saling menjaga jarak menghindari tabrakan,” kata Kasat Polair Pasuruan AKP Winardi.

Menurut data pihak Sat Polair Pasuruan, perahu nelayan yang menyediakan jasa berkeliling laut pada Praonan tahun ini mencapai 1.000 unit. Warga yang datang ke pantai pada Praonan tahun ini mencapai lebih dari 6.000 orang.

“Dari Semare sampai Lekok ada sekitar 1.000 perahu. Warga yang datang lebih dari 6.000,” jelas anggota Sat Polair, Aipda Laswanto.

Meski menguntungkan nelayan dan warga sekitar, tradisi ini berisiko tinggi. Pasalnya, masyarakat yang naik perahu tidak dilengkapi peralatan keamanan yang memadai, seperti pelampung dan lain-lain. Sebagian perahu nelayan hanya menyediakan jeriken sebagai pelampung darurat.

Maka dari itu, semua petugas siaga penuh. Patroli terus dilalukan. Tradisi Praonan digelar sejak pagi hingga laut surut di sore hari. Semoga semua aman dan terkendali,” pungkasnya.

beras