MI Darun Najah Banyuwangi Edukasi Siswi Tentang Kesehatan Reproduksi dan Bumbu Dapur
Berita Baru, Banyuwangi – Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darun Najah II Banyuwangi memberikan edukasi bagi siswi dan ibu wali murid tentang kesehatan reproduksi dan bumbu dapur pada Kamis (21/04/2022) di Taman Sritanjung secara outdoor.
Edukasi tentang Kesehatan reproduksi diantaranya cara merawat organ kewanitan agar terhindar dari risiko kanker yang sering dihadapi wanita seperti kanker rahim (serviks) dan kanker payudara.
Selain itu, para siswi yang bersekolah di kawasan Ponpes Darun Najah, Jalan KH Harun, Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi itu juga diperkenalkan tentang jenis dan manfaat bumbu dapur sebagai bekal mereka untuk membantu orang tua di rumah.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan siswa selama Ramadan. Setelah menerima materi tentang cara merawat organ kewanitaan dan risiko kanker oleh dokter spesialis, para siswa yang seluruhnya perempuan itu membagikan takjil pada pengendara yang melintas di sekitar Taman Sritanjung di pusat kota Banyuwangi.
Para siswa dan guru perempuan mengenakan kebaya dan menerapkan protokol kesehatan termasuk mengenakan masker.
“Kegiatan ini diikuti siswi kelas 1 sampai 6 dan ibu-ibu wali murid. Siswi kelas 1, 2, dan 3 dikenalkan tentang bumbu dapur agar tahu macam-macam bumbu masak sehingga bisa membantu bunda di dapur,” kata Kepala MI Darun Najah II, Majidatul Himmah.
Sedangkan siswi kelas 4, 5, dan 6 diberikan edukasi tentang reproduksi wanita. “Siswi kelas 4, 5, dan 6 diberi edukasi tentang cara merawat organ kewanitaan sejak dini agar terbiasa hidup sehat dan terhindar dari kanker serviks dan kanker payudara yang banyak dialami wanita,” katanya.
Setelah diberi materi tentang cara merawat organ kewanitaan, para siswa membagikan takjil ke pengendara yang melintas di sekitar Taman Sritanjung.
“Ditutup dengan kegiatan berbagi takjil agar melatih siswi untuk terbiasa berbagi,” kata Majidatul.
Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam yang memberikan materi, Kurnia Alisa Putri, mengatakan anak-anak sudah harus diajarkan tentang kesehatan reproduksi sejak berusia tiga tahun. Namun, cara penyampaiannya berbeda dengan cara menyampaikan pada anak usia SD.
“Kalau pada anak usia 3-5 tahun mungkin bahasanya tidak sejujur kita bicara pada anak SD. Kalau anak SD sudah belajar biologi sehingga kita bisa menjelaskan lebih detail,” katanya usai memberikan materi.
Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ini, untuk pencegahan dan perawatan organ kewanitaan harus dilakukan sejak usia 3 tahun. Hal ini harus disampaikan pada anak-anak bahwa organ kemaluannya adalah sesuatu yang harus dilindungi, dijaga, dan tidak boleh semua orang tahu.
Anak-anak juga harus memahami bagaimana cara membersihkan organ vitalnya. “Mereka harus memahami saat mereka kencing harus dibersihkan dengan air. Pembersihan harus dilakukan dari depan ke belakang, bukan dari belakang ke depan. Karena itu akan meningkatkan risiko kuman dari anus untuk naik ke saluran kencing,” katanya.
Dokter yang bertugas di RS Yasmin, Banyuwangi ini menambahkan untuk pencegahan penyakit pada organ reproduksi, usia yang paling ideal untuk anak diberi edukasi adalah mulai kelas III SD karena pada usia ini mereka sudah paham.
“Karena untuk mempersiapkan mereka menstruasi. Biasanya umur 8 tahun atau kelas IV SD sudah mulai menstruasi,” katanya.
Ia juga menjelaskan bagaimana cara mengganti pembalut dan berapa kali harus diganti saat sedang haid. Misalnya, sehari minimal tiga kali. Menurutnya, hal itu tergantung pada pendarahan dan aktivitasnya juga.“Hal-hal simpel seperti itu sih sebenarnya. Ganti celana dalam seperti apa, perawatan celana dalam seperti apa, harus dijemur, harus diletakkan yang tidak lembab, yang kering,” ujar dokter yang akrab disapa Puput ini.
Para siswa juga dibekali pengetahuan tentang kanker serviks dan kanker payudara serta cara pencegahannya. Sebab, jika mereka menikah pada usia muda, maka akan lebih mudah terserang kanker serviks.
“Tapi sekarang pencegahannya ada vaksin,” ujarnya.
Ia mengatakan usia yang paling rentan terserang kanker serviks rata-rata usia 40 tahun ke atas. Namun, banyak kasus juga ditemukan perempuan berusia 27-28 tahun terkena kanker serviks karena mereka menikah di usia yang sangat muda.
“Jadi banyak dari pelosok (desa), menikahnya masih muda, beberapa tahun kemudian ditemukan menderita kanker serviks,” katanya.