Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mudik dan Lebaran ala Milenial
ilustrasi (sumber: seasia.co)

Mudik dan Lebaran ala Milenial



Berita Baru, Tips – Mudik dan lebaran ala milenial itu seperti apa sih? Pernahkah kamu mendengarnya?

Setelah berpuasa satu bulan lamanya, umat Islam akan merayakan Idul Fitri bersama. Idul Fitri sering diartikan sebagai hari raya kemenangan, sebuah momentum merayakan kemenangan bagi umat Islam setelah berjibaku menahan hawa nafsu, lapar, dahaga, dan semua hal yang membatalkannya.  

Idul Fitri 1443 H kali ini tampaknya berlangsung berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Jika dua tahun sebelumnya banyak pembatasan karena pandemi covid-19 masih terus menghantui.

Kali ini, kita dapat merasakan adanya pelonggaran dalam menjalankan ibadah saat Ramadan meski terus mengedepankan protokol kesehatan. Disusul adanya kabar gembira dengan diizinkannya mudik lebaran oleh pemerintah untuk menuntaskan rindu setelah terpisah jarak dengan keluarga di rumah.  

Sebagai milenial, banyak hal yang bisa kita lakukan menyambut hari kemenangan. Meski sedih rasanya karena sebentar lagi Ramadan meninggalkan kita, ada beberapa tips asyik yang dapat dilakukan supaya pembiasaan baik yang kita lakukan selama Ramadan tidak lagi kita tinggalkan:  

1. Istiqamah Menjalankan Ibadah

Jika selama Ramadan kita menjadi semangat untuk menjalankan ibadah wajib maupun yang sunah mulai dari, puasa, shalat berjamaah, shalat sunah, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan berbagai kebaikan lainnya maka ibadah-ibadah ini idealnya juga menjadi kebiasaan baik yang harus kita jaga.  

Bulan Ramadan merupakan sarana latihan untuk melakukan beragam ibadah yang bisa jadi selama ini sulit kita lakukan. Kebiasaan baik tersebut harus mampu diistiqomahkan di luar bulan Ramadan untuk mendapatkan Ridho Allah SWT.

Diawali dari melanjutkan puasa Syawal selama 6 hari di bulan Syawal, ada baiknya kita lanjutkan dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa Senin Kamis. Tilawah Al-Quran tak lupa juga kita biasakan sebagaimana yang kita lakukan selama bulan Ramadan.

2. Momen Instropeksi

Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berasal dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah Saw:   مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ   Artinya, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap rida Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alaih).  

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).  

Idul Fitri hakikatnya bukanlah hari raya untuk berhura-hura atau pesta pora. Ini adalah sebuah momentum untuk berintrospeksi diri. Setelah sebulan penuh digembleng dengan puasa dan rangkaian ibadah yang menyertainya, Idul Fitri idealnya harus menjadikan kita terlahir kembali sebagai manusia paripurna tanpa berlumur dosa. Mulai dari nol, saatnya kembali menyelaraskan kesalehan ritual dengan kesalehan sosial.

Adanya rezeki lebih yang datang di saat Idul Fitri bukan alasan untuk membeli pakaian baru, gadget baru atau memuaskan keinginan kita akan hal baru, Sebagai milenial kita harus mampu menjaga kesederhaan, rezeki yang kita terima merupakan sebuah ihwal baik untuk terus berbagi pada sesama. Sebab hakikat idul fitri adalah menambah taqwa. Dimulai berbagi pada orang terdekat kita, keluarga, kemudian kerabat dan lingkungan sekitar kita.  

3. Mudik Asyik Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Pemerintah telah mengizinkan mudik lebaran. Kendati demikian, ada beberapa syarat yang harus dipatuhi untuk mengendalikan pandemi covid-19. Salah satunya dengan mendapatkan vaksinasi booster. Untuk itu, wajib bagi milenial mematuhi peraturan yang berlaku, supaya mudik tetap asyik, kesehatan orang yang kita sayangi pun terjaga selalu.

Selain mematuhi protokol kesehatan, mudik asyik juga harus dilakukan dengan mematuhi rambu lalu lintas selama di perjalanan. Selanjutnya, apabila di tengah perjalanan mengalami hal yang tidak berkenan, diperbolehkan untuk membatalkan puasanya dan mengganti puasa tersebut di hari lain, sebagaimana firman Allah dalam  surat Al-Baqarah ayat 185:  

‎وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ  

Artinya: “Barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.”  

Supaya selamat sampai tujuan dan terhindar dari ujian di tengan jalan, jangan lupa diawali dengan berdoa terlebih dahulu ya!  

4. Menjaga Silaturahmi

Hal pertama yang harus dilakukan ketika sampai rumah, adalah sungkem kepada orangtua. Memeluk dan mencium dengan takzim tangan orang tua kita yang telah melahirkan, memberikan dukungan doa juga hartanya untuk hidup kita, maka berikan pelukan dan doa terbaik bagi mereka yang tersayang.  

Tidak lupa, berkunjung kepada sanak saudara, handai taulan, kerabat dan tetangga kita untuk bermaaf-maafan. Pada zaman Rasulullah, saat lebaran para sahabat dan Nabi saling bertemu dan mengucapkan:  

‎تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

Taqabbalallahu minna wa minkum.  

Artinya: “Semoga Allah menerima (puasa dan amal) dari kami dan (puasa dan amal) dari kalian.”  

Mudah-mudahan berkah ibadah di bulan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kemenangan suci jiwa dan badannya sebagai abid (hamba Allah) yang bertakwa.

beras