Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

NU dalam Pusaran Sejarah Kemerdekaan
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

NU dalam Pusaran Sejarah Kemerdekaan



Berita Baru, Kolom – Saban bulan Agustus tiba, rakyat Indonesia diriuhkan dengan pelbagai perayaan Hari Kemerdekaan. Menghiasi kampung dengan warna merah-putih menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan. Semua dikerjakan dengan gotong royong.

77 tahun lalu pun serupa. Semua bergandengan tangan dalam mewujudkan kemerdekaan. Terlepas agama yang berbeda, bahasa dan budaya yang ada semua menjadi satu demi meraih kemerdekaan Negara Nusantara ini.

Melalui ketegasan Ir Soekarno yang di dampingi Moh Hatta sebagai patner kepemimpinannya dijunjung tinggi dan percaya Indonesia berhasil merdeka. Setelah meraih kemerdekaan semua tidaklah mudah dan tenang, tantangan dan hambatan terus ada dan menyelimuti setiap rakyat Indonesia.

Berbicara tentang perjuangan Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengawal kemerdekaan Indonesia ada salah satu tokoh yang menjadi pahlawan nasional yang disebut sebagai Rais Akbar Jammiyah NU yaitu Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari sang pendiri NU dari Jombang Jawa Timur itu.
 
KH Hasyim Asy’ari sebagai sosok sentral perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Sebagai salah satu gerakannya adalah Resolusi Jihad NU pada oktober 1945. Dengan tegas beliau menyuarakan tentang perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hingga akhirnya muncul kaidah yang disuarakan dengan Hubbul Wathan Minal Iman (mencintai Tanah Air adalah bagian dari iman). 
 
Fatwa atau resolusi jihad KH Hasyim Asy’ri berisi lima butir. Seperti tertulis dalam Biografi Kiai Hasyim Asyari. Butir pertama Resolusi Jihad berbunyi; kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan. Kedua; Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong. Ketiga; musuh republik Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia.

Keempat; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali, dan kelima; kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap mereka yang berjuang.
 
Semangat tersebut yang sampai saat ini digelorakan oleh kaum Nahdliyyin di seluruh dunia bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari iman. Dengan demikian peran dan kontribusi NU sangatlah besar untuk meraih kemerdekaan ini.

Mempertahankan kemerdekaan beberapa cara yang ditempuh adalah bersifat tengah-tengah atau dalam bahasa disebut moderat, tawasuth dan tawadhu dalam menghormati setiap warga Indonesia yang berbeda agama, bahasa, dan budaya.
 
Kini paska kemerdekaan RI, kader-kader penerus Nahdlatul Ulama di semua level tingkatan organisasi harus sekuat tenaga mempertahankan sikap NU dalam mengisi kemerdekaan yang saat ini telah berusia 76 tahun. Sikap tawazun, tasamuh, dan i’tidal adalah sikap yang tepat untuk dipedomani kader nahdliyin di manapun dan kapanpun.

beras