Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pakar Ekonomi Ungkap Tingginya Inflasi Perlebar Kesenjangan Sosial dan Ekonomi di Jerman
Orang-orang berdiri di jembatan penghubung sebuah pusat perbelanjaan di Berlin, ibu kota Jerman, pada 11 Februari 2022. (Xinhua/Stefan Zeitz)

Pakar Ekonomi Ungkap Tingginya Inflasi Perlebar Kesenjangan Sosial dan Ekonomi di Jerman



Berita Baru, Berlin – Tingkat inflasi yang mencatatkan rekor tertinggi di Jerman, perekonomian terbesar di Eropa, membawa dampak yang jauh lebih kuat bagi warga berpenghasilan rendah, demikian disampaikan oleh Presiden Institut Riset Ekonomi Jerman Marcel Fratzscher pada Kamis (24/11).

“Kesenjangan sosial saat ini semakin melebar, dan bahkan melebihi (apa yang terjadi) saat pandemi,” kata Fratzscher kepada media Jerman.

Karena warga berpendapatan rendah membelanjakan sebagian besar pendapatan mereka untuk kebutuhan dasar seperti energi dan makanan, mereka merasakan dampak inflasi yang tiga kali lebih kuat dibandingkan kelompok berpenghasilan tinggi, ungkap Fratzscher.

Tren serupa juga dapat terlihat di antara perusahaan-perusahaan Jerman. “Beberapa pemain besar menghasilkan keuntungan besar bahkan pada masa-masa ini, sementara banyak usaha menengah hampir tidak mampu bertahan,” ujar Fratzscher.

Sebuah studi yang juga dirilis pada Kamis oleh Institut Penelitian Ekonomi dan Sosial di Hans Boeckler Foundation menemukan bahwa kesenjangan finansial antara rumah tangga yang berada di bawah garis kemiskinan dan rata-rata pendapatan telah mengalami kenaikan signifikan sebelum pandemi COVID-19 mulai merebak.

Perkembangan ini merupakan “titik awal yang sangat buruk untuk uji tekanan sosial lanjutan” yang disebabkan oleh pandemi yang sedang berlangsung, konflik Rusia-Ukraina, dan inflasi yang mencatat rekor tertinggi, menurut lembaga tersebut.

Inflasi di Jerman naik ke angka 10,4 persen pada Oktober, level tertinggi sejak 1990, menurut Kantor Statistik Federal Jerman. Perkembangan tersebut sebagian besar dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan, yang masing-masing naik 43 persen dan 20 persen secara tahunan (year on year).

beras