Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pemilu 2024, Politisi PPP Jatim: Perlu Ada Penyadaran Politik bagi Anak Muda
Santi Fauziah, Politisi PPP Jawa Timur.

Pemilu 2024, Politisi PPP Jatim: Perlu Ada Penyadaran Politik bagi Anak Muda



Berita Baru, Surabaya – Anak muda menjadi ujung tombak politik di Tanah Air. Partisipasi para milenial sangat menentukan masa depan Indonesia di masa yang akan datang. Lebih-lebih dalam Pemilu 2024.

Banyak pihak yang memprediksi, pada pemilu 2024 angka pemilih anak muda bisa mencapai 60 persen. “Generasi milenial memiliki potensi yang tinggi,” kata, Politisi PPP Jawa Timur, Santi Fauziah.

Hal ini dia sampaikan dalam Talkshow Politik yang diselenggarakan Rumah Kebangsaan, Sabtu (14/1). Acara yang bertajuk “2024 dan Klaim Potensi Anak Muda” itu digelar secara hybrid. 

Santi mengutip data Centre for Strategic and International Studies (CSIS), ada peningkatan suara anak muda di pemilu 2014 ke 2019. Kondisi ini menggambarkan di tahun 2024 akan meningkat tajam.

Itu sebabnya, Santi melihat perlu adanya penyadaran politik bagi generasi milenial. Bukan tanpa alasan. Dia menilai bahwa suara mereka memiliki persentase yang cukup tinggi menentukan perwakilan di legislatif dan eksekutif, baik pusat maupun di daerah.

Dia menyebut beberapa program sudah dilakukan baik dari penyelenggara, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan juga partai politik itu sendiri. “Seperti pendidikan pemilu,” sambungnya.

Santi berharap, dengan pendidikan tersebut wawasan anak muda tentang politik Indonesia menjadi lebih terbuka. Sehingga mereka memiliki ghirah yang cukup besar untuk turut serta berpartisipasi dalam politik.

“Bisa menjadikan anak muda itu semangat. Mereka teredukasi,  o… ternyata politik itu tidak hanya membahas tentang kursi, bukan hanya membahas tentang jabatan, di sini juga diberdayakan, sebagai ruang untuk menyampaikan aspirasi,” tuturnya.

Selain penyadaran politik, Santi juga memandang penyelenggara perlu menyediakan media pemilu bagi generasi milenial, khususnya yang ada di jenjang pendidikan seperti pesantren dan kampus.

“Untuk memastikan suara anak muda dapat terfasilitasi. Bukan mereka gak tahu, harusnya ada media yang memudahkan mereka untuk bisa nyoblos,” ujarnya.

beras