Pengusaha Sepatu Jatim: Penjualan Sepatu Tak Sebagus Sebelum Pandemi
Berita Baru, Surabaya – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur melaporkan kinerja industri sepatu dan alas kaki Jatim saat ini mengalami kenaikan 40 persen dibandingkan kondisi pasar pada 2021.
Ketua Aprisindo Jatim Winyoto Gunawan mengatakan kenaikan penyerapan produk sepatu ini seiring dengan mulai membaiknya situasi COVID-19 yang berujung dimulainya Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
“Selain itu juga ada momen Lebaran yang telah diperlonggar oleh pemerintah agar masyarakat bisa mudik, dan tentunya berbelanja untuk kebutuhan Lebaran, termasuk untuk belanja sepatu,” jelasnya, Senin (9/5/2022).
Meski mengalami kenaikan, tetapi menurut Winyoto, kenaikan penjualan sepatu/alas kaki masih belum bisa menyamai kondisi saat sebelum pandemi terjadi, terutama di momen Lebaran maupun saat memasuki tahun ajaran baru anak sekolah.
“Kenaikan kinerja sepatu ini tidak sama dengan kondisi 2 tahun lalu atau sebelum pandemi. Walaupun sekolah-sekolah sudah masuk, tapi pergerakan penjualan di pasar domestik belum sebagus dulu, paling baru pulih sekitar 60 persen,” katanya.
Hal tersebut, katanya, masih ada dampak pandemi yang tersisa lantaran saat itu banyak pekerja yang di PHK, dan banyak pelaku UMKM yang gulung tikar sehingga memilih menghemat untuk tidak membeli barang yang sudah dimiliki.
“Contohnya kalau sepatu masih baik dan masih bisa dipakai, mereka tidak beli sepatu sampai benar-benar sepatunya rusak. Kalau dulu kan tidak, untuk menyenangkan anak, orang beli sepatu lagi,” ujarnya.
Winyoto menambahkan saat ini industri sepatu pun telah melakukan koeksi harga dengan kenaikan 5 – 10 persen akibat kenaikan harga bahan baku misalnya bahan baku tekstil.
“Sedangkan di pasar ekspor, industri sepatu masih cukup bagus karena dampak dari limpahan order dari perang dagang AS dan China. Ekspor kita banyak ke AS dan Eropa,” imbuhnya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim pada Maret 2022 kinerja ekspor non migas Jatim mencapai US$2,09 miliar naik 18,27 persen dibandingkan Februari 2022 yakni US$1,77 miliar.
Pada periode tersebut, ekspor komoditas alas kaki mengalami penurunan -US$1,34 juta dibandingkan Februari 2022. Selain alas kaki, komoditas yang mengalami penurunan ekspor yakni gara, belerang, kapur, buah-buahan, kayu dan barang dari kayu, dan berbagai produk kimia.
Sedangkan yang mengalami kenaikan kinerja ekspor (mtm) yakni bahan kimia organik, lemak dan minyak hewan/nabati, tembaga, perhiasan, ikan dan udang.