Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tangkap Layar Webinar Daring Peringatan Bulan Bahasa pada Kamis, (29/10) Via Zoom Meeting. (Foto: Beritabaru.co /Rizal Kurniawan)
Tangkap Layar Webinar Daring Peringatan Bulan Bahasa pada Kamis, (29/10) Via Zoom Meeting. (Foto: Beritabaru.co /Rizal Kurniawan)

Peringati Bulan Bahasa, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Gelar Webinar tentang Bahasa Indonesia



Berita Baru, Banda Aceh — Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh menggelar Webinar Daring peringatan Bulan Bahasa pada Kamis, (29/10) Via Zoom Meeting.

Webinar ini mengangkat tema Bahasa Indonesia Sebagai Sarana Pemajuan Pariwisata. Ada 3 narasumber yang menjadi pembicara dalam webinar ini, antara lain, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum dari Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. Ali Imron Al-Ma’ruf, M.Hum dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan terakhir, Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D. dari Universitas Negeri Medan.

Rahmatsyah, ketua panitia melaporkan bahwa kegiatan peringatan Bulan Bahasa yang dilakukan jurusan PBI ini berlangsung tiap tahun, namun kali ini dilakukan secara daring karena pandemi.
“Semoga kita dapat mengambil ilmu dan menjalin silaturahim dari acara ini,” sambutnya.

Ketua Jurusan PBI, Dr. Moh Harun, M.Pd, memberi harapan besar pada webinar ini
“Semoga bahasa Indonesia menjadi kekuatan kita, masuk dalam bahasa PBB dan dapat mengaitkan kita bersama demi memajukan pariwisata kita,” harapnya.

Sementara itu, dekan FKIP, Prof. Dr. Djufri, M. Si, mengatakan bahwa tema webinar begitu penting dan hebat, dia berharap diskusi ini melahirkan sebuah pemikiran baru. Dia mengungkapkan bahwa kita harus menjaga dan melestarikan orisinalitas dan keotentikan bahasa-bahasa Ibu. Sebab menurutnya, di Aceh sendiri, sudah banyak yang hilang bahasa Ibu di daerah-daerah tertentu.

“Terlepas dari itu, ketika melihat pariwisata di Bali, NTB dan beberapa pulau lain, justru Bahasa Inggris lebih populer. Ini tantangan bagi kita, khususnya orang-orang bahasa. Anak-anak kita juga misalnya, bisa dipastikan nilai bahasa Inggris lebih tinggi daripada nilai bahasa Indonesia, saya tidak tau sebabnya. Apakah anak kita lebih menyukai Bahasa Inggris, ataukan bahasa kita terlalu sulit,” ungkapnya.

Acara dilanjutkan kepada acara inti yang dimoderatori Muhammad Iqbal, S.Pd., M.Pd.

Pembicara Webinar Peringatan Bulan Bahasa, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum dari Universitas Negeri Jakarta
Pembicara Webinar Peringatan Bulan Bahasa, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum dari Universitas Negeri Jakarta. (Foto: Beritabaru.co/ Rizal Kurniawan)

Pemateri pertama, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum memaparkan presentasi berjudul Teks Sebagai Sistem Tanda Pemajuan Pariwisata. Novi mengawali penjelasan terkait korelasi bahasa, sastra dan pariwisata. Dia menerangkan bahwa sastra dan pariwisata memiliki hubungan resiprokal banyak karya sastra mendapat inspirasi dari pariwisata. Sebaliknya, banyak pariwisata berbasis sastra.

“Sastra pariwisata sebagai salah satu alternatif pengembangan pariwisata yang dikembangkan dalam produk budaya industri kreatif berkelanjutan, dalam arti luas seni pertunjukan dan gastronomi. Banyak seni pertunjukan berbasis sastra yang memiliki daya tarik wisata,” jelasnya.

Novi melanjutkan dengan memberi contoh-contoh, seperti ritual-ritual, slogan dan bahasa-bahasa yang sering dipakai dalam konteks pariwisata, film dokumenter berbasis lokal. Dia juga menambahkan pengalaman penelitian, yang kebanyakan berfokus pada Banyuwangi.

Pemateri ke dua, Prof. Dr. Ali Imron Al-Ma’ruf, M.Hum menerangkan terkait kontribusi bahasa dalam memajukan pariwisata Indonesia.

“Saya setahun di Kairo, mengikuti acara diplomasi bahasa, tepatnya menjadi duta bahasa mewakili Badan Bahasa. Hal ini penting untuk mengembangkan Bahasa Indonesia itu sendiri,” terangnya.

Pemateri ke tiga, Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D menjalaskan terkait konsep bahasa untuk mengetahui lebih dalam realitas sehari-hari.

“Tak ada masyarakat tanpa bahasa, tak ada bahasa tanpa masyarakat,” tutupnya.

Sesi dialog dan diskusi dilakukan secara bergilir satu pemateri memaparkan materi, satu sesi pertanyaan. Total ada kurang lebih 222 peserta yang mengikuti webinar kali ini.

Pamflet Webinar Bulan Bahasa "Bahasa Indonesia Sebagai Pemajuan Parawisata. (Foto: Istimewa)
Pamflet Webinar Bulan Bahasa “Bahasa Indonesia Sebagai Pemajuan Parawisata. (Foto: Istimewa)

beras