Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pesan Gus Yahya kepada Santri: Belajar Menata Hati
Media Indonesia/Susanto.

Pesan Gus Yahya kepada Santri: Belajar Menata Hati



Berita Baru, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan pesan kepada santri. Ia menegaskan bahwa hal pertama yang harus dilakukan santri dalam belajar adalah menata hati. 

“Kalian harus menata hati di dalam belajar itu bahwa kalian melakukan ikhtiar belajar semata-mata untuk mengharapkan mardhatillah (ridha Allah). Itu saja dulu,” ungkap Gus Yahya, sebagaimana dikutip NU Online dari Kanal Youtube Almunawwir TV, Selasa (31/5/2022).   

Sebab, lanjut Gus Yahya, setiap orang memiliki maqam atau tingkatan masing-masing. Disebutkan, ada maqam ‘alim, muta’alim, dan wali. Setiap maqam ini memiliki afdhalul amal atau keutamaan yang berbeda-beda. 

“Afdhalul amal untuk ‘alim (yaitu) ta’lim. Afdhalul amal untuk muta’alim seperti santri adalah ta’allum. Ta’alum itu tidak boleh ada motivasi selain libtighoi mardhatillah (mengharap ridha Allah). Karena selain itu, haram. Kalian kan kalau ngaji supaya nanti laku jadi pengurus NU itu haram. Itu tidak boleh ada motivasi selain mardhatillah,” jelasnya. 

Gus Yahya menjamin, apabila santri sudah mampu menata hati untuk mengharapkan ridha Allah itu maka pada saatnya nanti akan ada manzilah atau kedudukan yang disediakan oleh Allah. Manzilah ini pun, kelak harus dilaksanakan dengan ikhlas dan penuh dedikasi untuk berkhidmah. 

Sebagai contoh, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini mengaku tidak pernah memiliki cita-cita untuk menjadi pengurus NU. Bahkan menjadi Dewan Pertimbangan Presiden 2018-2019 dan Juru Bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). 

“Saya cuma ngalap berkah. Bahwa kemudian ada manzilah ini-itu ya kita terima sebagai tanggung jawab yang dibebankan kepada kita. Kita laksanakan sekuat-kuatnya,” ucap Gus Yahya.

Ia berpesan kepada santri, bahwa kelak mereka akan menghadapi realitas yang mungkin saja belum pernah terbayangkan pada hari ini. 

“Saya ini dari generasi antara, generasi yang hilang. Karena antara baby boomers dengan milenial, ini generasi yang tidak jelas. Tapi saya menyaksikan peralihan, dari era pra milenial ke pasca milenial,” tuturnya.

beras